Bab 7; The Heroine

544 61 6
                                    

20 vote and 10 comment, then I will up this story.😙

Sejak Kana menyelamatkannya dari bully-an teman sekelasnya sewaktu mereka kelas satu SMA, Baba tidak bisa mengalihkan pikirannya dari membayangkan wajah Kana kala itu.

Rambut panjang Kana yang diikat kuncir kuda itu berubah menjadi kusut masai karena berkelahi dengan anak lelaki. Seragamnya sobek sana sini seperti gembel. Lengannya juga ikut tergores karena kuku panjang salah satu siswa yang menyerangnya.

Setelah perkelahian itu selesai karena dilerai guru, bukannya mengobati lukanya terlebih dulu, Kana malah mengobati Baba yang bibirnya hanya sobek sedikit. Namun, lucunya, Kana yang terlihat superhero sewaktu menolongnya tiba-tiba menangis ketika orang tuanya datang menjemputnya ke sekolah setelah dihubungi guru piket. Tidak tanggung-tanggung, Kana menangis meraung-raung seperti anak kecil sambil berkata bukan dirinya yang salah.

Mengingat hal itu, senyum Baba terbit membayangkan Kana mungil-nya yang manis. Gadis itu sangat berani.

"Ba, kok malah senyum-senyum sendiri, sih? Kamu dengar nggak, mama ngomong apa?" tangan mamanya melambai-lambai di depan wajah Baba yang masih tersenyum seperti orang bodoh. Dia kini sedang quality time dengan Mamanya di salah satu kafe di daerah sekitaran Menteng. Walaupun pelit-pelit gini, Baba itu anak Mama.

Mamanya mengerutkan dahi bingung melihat anak lelaki semata wayangnya yang terlihat melamun dengan senyum manis. Tidak salah lagi, batinnya, anaknya ini pasti sedang kasmaran. Itu artinya, sebentar lagi dia akan memiliki menantu dan mendapatkam cucu. Oh, Amira, mama Baba, tidak sabar menunggu hari itu tiba, yang perlu di lakukannya sekarang adalah mendesak Baba untuk segera menikah.

"Jadi, Ba, kamu udah ketemu wanita yang pas, buat jadi menantu mama?"

Dengan masih tersenyum bodoh, baba menjawab, " udah, Ma."

Mamanya yang tadi kalem seperti putri keraton langsung membelalakkan matanya dan tersenyum lebar. Tapi, sebelum Baba menyadari perubahan ekspresinya, Mamanya kembali memasang ekspresi putri keraton andalannya, namun kali ini diiringi dengan senyuman licik.

"Ehm, jadi...., kapan Mama bisa ketemu sama 'wanita yang pas' ini?"

Mendengar kata 'wanita yang pas' lamunan Baba langsung buyar. Dia mengernyitkan dahi menatap sang Mama yang kini tersenyum manis.

"Wanita yang pas?" tanyanya bingung.

"Iya, 'wanita yang pas'. Kapan Mama bisa ketemu sama dia?" Mamanya membuat tanda kutip di udara dengan menggerakkan jari telunjuk dan tengah yang diangkat ke atas.

" 'wanita yang pas' apanya?" Baba menirukan Mamanya membuat tanda kutip di udara.

"Ya, 'wanita yang pas' yang kamu bilang tadi?"

" 'wanita yang pas' apaan sih, Ma?"
Mereka saling membuat tanda kutip di udara dalam menyebutkan kata 'wanita yang pas'. Merasa Mamanya akan menyebutkan kata 'wanita yang pas' lagi, Baba kembali berbicara sebelum Mamanya bicara.

"Kalau Mama bilang 'wanita yang pas' lagi, aku makan nih sendok mentah-mentah," gusar Baba pada Mamanya.

"Enggak gitu juga kali Ba, Mama cuma becanda. Iya, iya, 'wanita yang pas' maksud Mama itu calon istri kamu. Katanya kamu udah ketemu, coba bawa kerumah. Mama mau ketemu."

Mendengar penjelasan Mamanya, ingatan Baba langsung mengarah pada penolakan-penolakan Kana pada lamarannya, yang seketika membuat bahunya merosot lesu.

"Loh, kok malah lesu gini? Yang semangat dong, Ba. Kan udah ketemu sama calon istrinya." Mamanya tersenyum sambil menyeruput teh hangatnya.

"Ketemu, Ma, belum dapet."

"Ya kamu, sih, udah ketemu yang pas bukannya langsung di tangkap malah di mainin dulu, ya lepas jadinya."

"Maaa, kasih saran kek, gimana cara buat nagkepnya lagi," rengeknya membenamkan kepalanya kedalam lengannya yang dilipat di atas meja.

-continue-

So, How? Aku akam up cerita ini dengan syarat 20 vote dan 10 komentar dari kalian. Kalau target belum tercapai, so sorry, aku ngambek update duluuuuuu😂😂😂

Dududududududu..
Baaaaayyyyyy😙😙

Jomblo PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang