Sudah seminggu reno dan rina tertidur lelap, sahabat dan orang orang terdekatnya, selalu menunggu dan menemaninya, tanpa henti.
"Rin bangun napa! Gua kangen tau nggak! " ujar gerald sendu.
Tiba tiba jari yang terdapat jarum infus itu bergerak dengan perlahan, lalu mata indah itupun terbuka.
"Euh" ujar rina.
"Rin lo udah bangun!! " girang gerald.
"Ha... Us"
Gerald dengan cepat memberikan segelas air, dan rina meneguknya dengan perlahan.
"Gua dimana?? " heran rina.
"Lo dirumah sakit, saat itu lo kecelakaan,,dan akhirnya lo pingsan, warga sekitar ngeliat lo sama reno lalu membawa lo ber2 kerumah sakit ini" ujar gerald lembut.
"Reno mana??!!! Reno!? " panik rina.
"Syuut tenang, reno ada kok tu ruangan yang tertutup tirai" ujar gerald meliat tirai yang didalamnya terdapat suatu ruangan, yang tak lain dan tak bukan adalah ruangan reno.
Rina ikut menatap, dan ingin bangun, namun gerald mencekatnya.
"Lo gila! Kondisi lo masih belum stabil! Jangan nekat rin! "
"Tapi reno.... "
"Tenang dia baik baik aja! " ujar gerald meyakinkan, padahal dia juga tidak tau.
Rina mengangguk lesu. Lalu kembali berbaring, tak lama datang dokter untuk memeriksanya.
"Kondisinya mulai stabil, tapi jangan terlalu kelelahan, dan harus istirahat sampai beberapa hari"
"Dengerin" ketus gerald.
"Iya bawel! " kesal rina.
*****
Aldi menatap reno yang masih tertidur dengan lelapnya. Suara rina dia sudah mendengarnya, dan sekarang suara reno, bocah polos yang mampu meluluhkan hatinya.
"Ren bangun! Ini gua Aldi! Momy sama yang lainnya ngecariin lo! Cepet bangun! Biar bisa berkunjung kerumah gua! " ujar aldi sendu
Namun tetap saja,, tidak ada respon apa apa. Ruangan tetap hening, hanya ada suara rina dan gerald yang bercengkrama.
Tes.....
Air mata aldi jatuh.
karna nggak kuat, Aldi berlalu pergi.
*****
Malamnya,, rina kekeh ingin menemui reno.
"Intinya gua mau ketemu reno!!kalo lo pada kekeh nggak mau nemenin atau nolongin gua! Yaudah gua sendiri aja! " ujar rina.
"Eh jangan!! Iya nih ditemenin, yang penting jangan berisik"
Rina mengangguk.
Sreeet
Tirai dibuka, reno manisnya, terbaring lemah, reno cerianya sekarang terdiam, reno manjanya sekarang tertidur.
"Reno!!! "
"Hiks no bangun!! Rina minta maaf yah!! Gara gara rina reno jadi gini!! " ujar rina menyalahkan diri sendiri.
"Nggak rin, ini bukan salah loh, ini takdir" ujar heri.
"Hiks bangun ren" ujar rina sendu.
"Tangan itu mulai bergerak, tangan halus dan lembut, tangan yang kini tertancap sebuah jarum, mulai bergerak.
"Rin"
"Reno lo udah sadar"
Reno ngangguk.
Semuanya bernafas lega, tak ayal satu ruangan langsung tersenyum bahagia.
"Reno.... " ujar rina lalu memeluk reno.
"Reno nggak papa... Udah jangan nangis... Reno baik baik aja" ujar reno meyakinkan.
"Maaffin rina... Hiks"
"Ini bukan salah rina kok"
"Tapi ini semua gara gara rina"
"Bukan ini udah takdir "
Rina dan reno pun berbicara. Sedangkan yang lain hanya tersenyum mendengarkannya.
"Udah sekarang waktunya rina balik kekasurnya" ujar kak ica.
"Tapi kak... "
"Kan besok bisa lagi, lagian kasian loh renonya, baru sadar, udah diajak bicara panjang lebar"
Rina mengangguk, lalu dipapah kekasurnya.
Happy ending nggak nih wkwk. Udah nggak sabar namatin, jadi keknya nggak sampai 30 chapter deh. Mungkin 1 chapter lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS OF BROTHERSHIP (END) ~♥~
AcakCeritanya memang lebay. Karna ini cuma cerita fiksi semata. Jadi yang mau baca silahkan. Yang nggak suka abaikan...mohon dipahami.