chapter 29

8K 586 52
                                    

Anna sudah sampai di depan apartemennya. Ia
memasukkan kode dan melangkah masuk saat pintu terbuka. Di ruang tamu, terlihat ketiga temannya serta Arina sedang menanti kedatangannya dan menatapnya intens.


"Dari mana aja kamu, Anna?” tanya Arina sembari menatap kedua bola mata Anna.
"Anna? Anna habis dari, emm ....” Anna
kebingungan karena sebelumnya ia ingin berbohong habir dari rumah Jennifer, tapi sayangnya temannya itu sedang berada di sini bersama Marsya dan juga Dyulla.


"Habis ngejalang iya? Kamu bodoh ya, Anna. Siapa yang ngajarin kamu jadi simpanan om-om? Kamu tau kenapa Mommy bisa tau? Karena teman-teman kamulah yang udah melihat tingkah menjijikkan dari kamu, Anna.
Mommy sebenernya engga percaya apa yang mereka bilang, tapi mereka ngasih bukti,” ucap Arina dengan membuang foto yang menampakkan Anna sedang tidur bersama seorang pria tua

Anna yang melihat foto-foto tak senonoh itu
berjatuhan, langsung mengenggam erat tangannya. Ia melihat semua teman-temannya menunduk karena merasa takut. Marsya yang melihat Anna sedang menatapnya pun dengan sigap angkat bicara.


"Gue ngga nyangka lo sehina ini, Anna. Lebih hina lo tau ngga daripada Nia. Jijik tau ngga gue nganggep lo seorang sahabat. Masih mending tadi Dyulla ngasih bukti itu semua ke kita dan Aunty Arina, kalo ngga, kita bakalan kena sial kalo sama lo terus,” ucap Marsya sembari menabrak bahu Anna dan langsung pergi, diikuti Dyulla dan juga Jennifer yang menatapnya jijik.


"Silahkan, kalian pergi aja jugaan gue ngga butuh temen kaya kalian bertiga. Apaan lebih percaya sama berita hoaks. Goblok Lo semua,” ucap Anna sembari menatap kedua mata
Arina.


Arina mengalihkan pandangannya dan menggeleng-geleng. Hati Anna terasa sakit oleh tatapan yang sangat sulit ia artikan.


"Mommy engga tau itu beritanya bener apa engga, tapi tadi kamu ke mana Nak, wallahu. Mommy khawatir sama kamu, kamu tau pas Mommy lihat foto-foto kamu yang dikasih Dyulla itu? Mommy udah engga bisa berkata-kata, apalagi kaki Mommy lemes kaya engga sanggup buat berdiri lagi Anna. Mama kecewa sama kamu Na, sumpah. Sekarang kamu jujur sama Mommy ya,Na,” ucap Arina sembari menghapus air matanya.


"Mommy, Anna bakalan jujur, tapi apa Mommy bakalan percaya sama apa yang ak bilang ini?" ucap Anna menatap Arina sendu.


"Mommy bakalan percaya, sayang, apa yang kamu bilang yang penting kamu jujur aja. Itu udah bikin Mommy tenang,” ucap Arina.
Anna pun mulai bercerita mengenai kejadian di mansion Xavier. Mengetahui Xavier akan menikahi mantan kekasihnya, Arina semakin menangis.

Arina sangat mengagumi Xavier sejak SMP. Namun, hal itu pupus kala mendengar berita Xavier telah memiliki kekasih yang tak kalah cantik dari Arina. Setelah Anna selesai mengatakan segalanya, Arina dengan sigap memeluk tubuh mungilnya.

"Entah itu yang kamu jelasin bener atau nggak nya, intinya. Maafin Mommy,kalo tadi perkataan Mommy nyakitin hati kamu.
Mommy seharusnya lebih percaya ke anak sendiri dibanding ke temen atau yang lainnya, karena perkataannya belum
tentu benar. Kamu udah makan?” tanya Arina sembari mengusap punggung Anna.


"It's oke mom aku udah makan kok Mom.
Tenang aja,” balas Anna sembari melempar senyum lebar.


"Ya udah kalo kamu udah makan. Sekarang tidur ya, besok jangan bolos sekolah ya, Na.  "Ucap Arina lalu mencium kening putrinya.


Setelah percakapannya dengan Arina, baru saja Anna akan tertidur pun terusik oleh dering teleponnya. Ia meraba kantong celananya dan mendapati nama Aji yang
tertera di sana. Anna mengangkat panggilan itu.

"Halo Aji. Aaa, lo telepon gue, kangen ya lo sama gua. Avv, bahagianya gue, Aji."


"...."


"Lo kenapa diem kaya kerupuk Mayem gitu, Ji? Lo ngga pa-pa kan?"


"Bajingan  lo, Anna. Gue gak nyangka kalo lo semurah ini. Bener kata Cakra dulu,seharusnya gue percaya sama ucapan dari Cakra kalo lo murah. Lebih baik gue batalin tunangan kita, lalu gue terima permintaan bokap dari Dyulla
buat nikahin anak satu-satunya. Satu lagi Anna jangan lo pernah ganggu tunangan gue, Dyulla. Asal lo tau, gue udah tunangan sama dia siang tadi. Dasar cewek murahan, ngga tau adab lo, tau ngga. Buat sial aja idup lo, bener kata uncle Xavier,” ucap Aji, lalu dengan sigap mematikan teleponnya. Telepon digenggaman Anna jatuh ke lantai. Ia sangat syok mendengar semua perkataan yang keluar dari mulut Aji.


“Mengapa sesakit ini?” batin Anna.
Di saat ia akan membongkar segala perbuatan jahat Xavier dan Nia, kenapa justru mendapatkan fitnah? Anna terduduk di tepi kasur dan menangs tersedu-sedu.


"Hiks, apa salah gue sama lo, Dyulla. Kalo lo suka sama Aji, kenapa lo harus ngelakuin kaya gini. Gue bisa ngasih Aji ke lo walaupun hati gue ngga ikhlas buat kasihnya, ngga gini juga caranya Yull. Lo licik sumpah, gue capek kalo gue disudutin kaya gini. Gue juga manusia, gue ada titik kelemahan, seharusnya lo jujur dari awal kalo lo suka sama Aji,” gumam Anna.


Sesak di dadanya semakin menggebu-gebu. Ia sudah lelah menagis. Lalu ia membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata, berharap semua yang terjadi hanyalah
mimpi. Pagi ini Anna sudah bersiap berangkat sekolah. Ia keluar dari apartemen, melajukan motor ninjanya ke sekolah. Anna agak merasa sedih, sebab ia biasanya berangkat bersama Aji. Namun, kejadian kemarin membuatnya
kehilangan sosok lelaki itu. Saat Anna sudah sampai di sekolah, ia melihat Aji sedang bersama Dyulla. Aji yang melihat Anna dari jarak cukup jauh pun dengan sigap mencium bibir Dyulla membuat wajahnya memerah.

"Ahaha, buat apa gue nangis dia? Helm gue jadi basah bukan. Gue memang jalang Aji. Gue memang jalang, gue udah nganggep lo mirip sama mantan pacar gue. Sialnya lo juga sama kaya dia, munafik. Lo cuma percaya sama orang yang belum lo kenal dari lama. Sesek kalau ngelihat Lo deket sama dia Ji, tapi gapapa" ucap Anna sembari memakirkan motornya.

Transmigrasi Az-Zahra  ( Revisi ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang