Tetes demi tetes air mata membasahi pipi tirusnya yang nampak pucat. Bibir nya bergetar hebat, merasakan sebuah kepedihan yang terus terusan menimpa nya.
Tangan nya meremat, menahan rasa lapar di perut kurusnya yang sejak tadi pagi belum memakan apapun.
Yang ia lakukan hanyalah meratapi kepedihan yang tak berujung. Di temani dengan beberapa lembar kertas kosong yang sudah basah akibat tetesan air matanya. Tadinya ia hendak menggambar sesuatu disana. Tapi niatnya urung.
Suara ketukan pintu dan suara panggilan yang memanggil namanya mengintrupsi dirinya untuk segera keluar kamar. Tapi lelaki muda itu malah semakin terisak mendengar siapa orang yang memanggilnya.
"Na Jaemin! Buka atau gw dobrak?!" suara di luar sana mulai kesal dan terdengar memekik.
Jaemin tau, itu adalah Jeno yang baru saja pulang sejak main tadi. Jeno adalah saudara nya.
"Sekali lagi Na Jaemin, gw peringati. Buka atau gw dobrak??"
Rasa takutnya semakin menjadi, ketakutan akan sosok Jeno yang sudah ia tebak bakalan memarahi dirinya. Jaemin membuka pintu kamarnya, menampakkan sosok Jeno yang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah yang menakutkan. Iris mata kelam nya terlihat mengkilap dan mengintimidasi Jaemin.
"Lama banget sih lo!!" bentaknya. Menerobos masuk kedalam kamar Jaemin, tanpa memperdulikan si pemilik kamar.
"M-maaf" nadanya terdengar bergemetar.
Jeno membuang wajahnya malas, duduk di sisi kasur yang ada di dalam kamar Jaemin.
"Tugas sekolah lo udah selesai kan?" menatap ke arah Jaemin yang menunduk di dekat pintu.
"KALO DI TANYA ITU JAWAB SETAN!!" Jeno berteriak, dan rahangnya menegas.
"U-udah, s-semua udah beres" jawab Jaemin penuh rasa takut.
Jeno menyunggingkan seyum nya. "Bagus, kalau gitu jangan lupa kerjain tugas punya gua" katanya. Beranjak dari duduknya dan berlalu keluar dari kamar Jaemin.
Setelah di rasa Jeno benar-benar pergi, Jaemin bisa menarik napas lega dan kembali mengunci pintu kamarnya. Menyandarkan diri di balik pintu sambil memeluk lututnya yang lelah.
Hal ini sudah biasa terjadi.
-
"Hei, liat dia. Udah terlibat masalah, masih aja berani nginjakin kaki di sekolah" celoteh salah satu siswi di sekitar gerbang. Menunjuk ke arah Jaemin yang baru saja tiba disana.
"Urat malu nya udah putus kali, makannya dia berani datang ke sekolah" sahut siswi satunya.
"Ck, menjengkelkan"
Seolah menulikan telinga nya, Jaemin berjalan tanpa menghiraukan siapapun yang menggunjing dirinya. Sekali lagi, itu sudah biasa terjadi.
Di saat orang lain pergi sarapan bersama teman-teman, yang Jaemin lakukan hanya membersihkan kelas. Padahal ini bukan jadwal piketnya. Tapi dia sudah biasa melakukan ini sendirian. Kalau dia tidak melakukan nya, siswa lain akan kembali mengejeknya, dan tak segan membuat masalah baru bagi Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Unwanted life - nomin
Teen Fictionpelangi itu mendapatkan pujian karena warna nya yang indah. Lalu apa jadinya kalau warna pelangi itu sendiri berubah menjadi abu-abu? Apakah kata 'indah' masih berlaku untuknya yang sudah kehilangan semua warna dalam hidupnya? __________ #nomin #bxb...