"asshh, p-pelan" ringis Jaemin ketika Jeno mengobati belakang lehernya yang terluka akibat dari goresan kuku-kuku Hwang Yeji.
"Maaf maaf" Jeno kembali fokus untuk mengobati luka Jaemin. Mendecak pelan, sialan dengan Hwang Yeji yang melakukan ini kepada Jaemin.
Terakhir, Jeno menutup luka Jaemin dengan plester bening. Menghela napas pelan. "Udah selesai"
Jaemin tersenyum, Jeno juga tidak melihat satu bulir air mata pun yang turun dari pelupuk Jaemin ketika anak ini tengah di pukuli oleh Yeji. Fia tidak menangis seperti Haechan.
"S-seharusnya lo teriak minta tolong ke anak basket" celoteh Jeno, duduk berhadapan dengan Jaemin di tengah sofa ruang tamu. "Nggak bakalan jadi kayak gini kan"
"Kamu sedang fokus latihan, bagaimana bisa mendengar suara ku yang pelan seperti ini. Kau juga tidak menyadari teriakkan melengking Hwang Yeji yang menyebutku jalang"
Jeno bergumam pelan, tarikkan napasnya semakin terasa berat. Memegang kedua bahu Jaemin dengan tangan lebar nya. "Ini pasti sakit"
"Biasa saja, aku sudah terbiasa kok" Jaemin menunjukan senyuman nya. Mata rusa itu terlihat sedikit bergenang air mata, Jeno juga menyadari hal itu, Jaemin sedang menyembunyikan rasa sakitnya.
"Lo terbiasa karna gw sering lakuin itu ke lu kan?"
Napas Jaemin tercekat, sebisa mungkin mengalihkan pandangan nya dari atensi Lee Jeno yang seolah mendominasi keadaan menjadi mencekam. "T-tidak"
"Heyy, gw lagi ngomong. Nggak pantes liat ke arah lain kayak gitu" menangkup wajah Jaemin dan mendongakkan ke arah nya. Obsidian mereka kembali bertemu. "Nggak sopan Na"
"Heum"
"Lo bukan jalang, sama sekali bukan" tutur katanya terdengar sangat lembut, ibu jari Jeno mengusap lembut kulit pipi Jaemin yang sedikit bersemu. "Lo malaikat kesayangan Lee Jeno, bukan jalang apalagi virus" satu tangan nya turun dan meraih tangan kiri Jaemin, menautkan jari jemarinya dengan milik Jaemin. "Lo milik gw, dan lo yang terbaik sampai kapan pun. Nana" Jeno terkekeh di akhir kalimat.
Membawa tangan Jaemin untuk menyentuh dada nya, Jaemin bisa merasakan detak jantung Lee Jeno yang berdegup secara teratur. "Bahkan ketika resiko penyakit gw lebih tinggi di bandingkan kesehatan gw, gw bakalan tetep milih lo. You are the one, Lee Jaemin"
"Eh?" Jaemin mengerjap polos, marga itu terdengar sangat asing kalau Jaemin yang memakainya. Jaemin kebingungan, apakah dia harus memakai marga itu dengan status 'saudara' atau, yang lain nya?
Jaemin menggeleng pelan. "Panggil aku Nana, dan aku senang mendengarnya"
"Tapi. Marga itu bukan dari si brengsek Lee Donghae. Itu khusus marga yang ku berikan untuk mu"
Jaemin kembali menggeleng. "Bukan nya aku menolak, tapi ketika bibirmu menyebutkan nama 'nana' untuk ku, aku sangat senang mendengarnya. Panggil aku Nana, untuk selama nya"
Merotasikan bola matanya malas, akhirnya Jeno menyerah dan mengangguk antusias. "Little Na Jaemin, Nana"
"Hentikan itu. Kau membuatku malu" Jaemin menarik tangan nya, menutupi wajah bersemu nya dengan kedua tangan mungilnya. Jeno menurunkan tangan Jaemin, mengecup singkat bibir plum pemuda kelinci di hadapannya.
"Haha, gemas"
"Untuk saat ini, aku menolak pujian dari mu" Jaemin mendorong wajah Jeno yang hendak mencium nya lagi.
"Hei, memangnya aku salah apa??"
"Salah mu banyak" sergah Jaemin, menepis tangan Jeno yang merangkul pinggang nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Unwanted life - nomin
Fiksi Remajapelangi itu mendapatkan pujian karena warna nya yang indah. Lalu apa jadinya kalau warna pelangi itu sendiri berubah menjadi abu-abu? Apakah kata 'indah' masih berlaku untuknya yang sudah kehilangan semua warna dalam hidupnya? __________ #nomin #bxb...