Jeno melipat kertas yang berada di hadapan nya, menelungkupkan kepalanya di meja belajar, dengan lipatan tangan sebagai bantalan. Sekarang sudah hampir dini hari, dan Jeno masih berkutat dengan beberapa alat tulis yang ada di hadapan nya.
Akhir-akhir ini, jantung nya terasa semakin sakit. Padahal dia tidak melakukan apa-apa dan selalu meminum obat secara rutin.
Sampai hari operasi tiba, apa dirinya masih bisa melihat Na Jaemin?
Senyum kaku nampak di bibir nya, Jeno kembali mengambil pena di sampingnya. Membuka kertas yang tadi sudah di lipatnya. Lalu menambahkan ; sampai mati pun, aku tetap sayang kamu. Bocah cengeng.
—
Jam pelajaran telah selesai, Jeno memisahkan diri dari kedua teman nya yang tengah asik mengobrol dengan para siswi di kelasnya. Jeno tidak tertarik dengan mereka, waktu itu Jeno juga terpaksa menyentuh siswi dari sekolah lain karena hasrat nya yang tidak terpenuhi.
Berjalan menuju atap sekolah, Jeno sempat terkejut mendapati Na Jaemin yang juga berada di sana. Padahal, tidak janji untuk saling bertemu, mungkin ini takdir semesta.
Jaemin hampir saja melompat ke bawah kalau Jeno tidak segera menahan pergerakan anak itu. Yah, Jaemin terkejut karena Jeno tiba-tiba memeluknya dari belakang.
"Jeno? Kamu mengejutkan ku"
Jeno terkekeh, mendaratkan dagu nya di bahu sempit Jaemin. Jeno suka dengan bau harum aroma tubuh Jaemin yang menyeruak ketika berada di dekat anak itu.
"Kenapa kesini? Bolos?" tanya Jeno.
Tangan si manis mengusap punggung tangan Jeno yang melingkar di perut rata nya. Kemudian menggeleng. "Enggak bolos, emang lagi freeclass. Kelas mu juga jam kosong kan?" Jaemin menoleh ke samping.
"Iya" jawab nya, memasukan tangan nya kedalam baju seragam yang di kenakan Jaemin.
"Ehh??"
"Diem, nggak ada yang liat kok" katanya sedikit berbisik di telinga Jaemin. Tangan nya mulai mengelus perut rata Jaemin, tidak bisa di pungkiri kalau saat ini wajah Jaemin sangat merona. Jeno menelengkan kepalanya untuk melihat wajah si kelinci. Kemudian terkikik geli. "Cantik sekali"
"H-hentikan Jeno! aku malu!" Jaemin menyingkirkan tangan Jeno keluar dari dalam baju nya. Jeno sedikit kecewa, tapi tak apa. Yang penting dia bisa memeluk tubuh si manis lebih lama.
Di hadapan mereka terpampang apik pemandangan lapangan sekolah dan beberapa pohon besar yang terlihat sangat indah jika di lihat dari atas seperti ini. Jaemin menunjuk ke arah pesawat yang melintas di atas mereka, Jeno mengikuti arahan tangan kecil Jaemin yang bergerak di udara seperti tengah menuliskan sesuatu.
"Pita?" tebak Jeno. Jaemin menggeleng.
"Aku akan mengulanginya" tangan itu kembali bergerak.
"Cinta?"
"Eumm! Aku cinta Jeno" Jaemin tertawa pelan, menunjukan deretan gigi rapi nya. Kemudian mengecup pipi Jeno yang berada di sampingnya.
"Dasar" mengeratkan pelukannya.
Sudah lama mereka tidak akur seperti ini, rasanya sangat asing. Kenangan yang selama ini di rindukan oleh mereka. Kebersamaan seperti dulu.
"Nana?" Jeno memanggilnya.
"Iyaa??"
Obsidian mereka bertemu, Jaemin merona kala Jeno mengecup singkat bibirnya. "Berdoa saja, semoga kita tetap bisa bersama"
Tidak, ini bukan kalimat romantis. Manik rusanya meredup, menatap Jeno yang kini tersenyum ke arahnya. Jaemin menggeleng, membalikkan tubuhnya dan memeluk tubuh Jeno erat. "Tidak"
![](https://img.wattpad.com/cover/278035615-288-k560945.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Unwanted life - nomin
Teen Fictionpelangi itu mendapatkan pujian karena warna nya yang indah. Lalu apa jadinya kalau warna pelangi itu sendiri berubah menjadi abu-abu? Apakah kata 'indah' masih berlaku untuknya yang sudah kehilangan semua warna dalam hidupnya? __________ #nomin #bxb...