Ada yg nungguin gw up?
-
Suara monitor menggema, dengan bunyi . pip . . pip . . pip . .
Genggaman tangan mereka tak pernah lepas. Meski sudah berulang kali Irene membentak dan mengusir dirinya. Jaemin menerima semuanya, makian, tuduhan, ataupun teriakkan yang penuh kebencian tentang dirinya.
Keteguhan hatinya untuk menjaga Jeno, memang sulit untuk di hancurkan. Dan kini, Jaemin masih terjaga. Padahal sudah hampir tengah malam. Matanya sembab, dan membengkak. Mengusap rahang tegas Jeno yang masih tak sadarkan diri dari beberapa jam yang lalu.
Kondisi jantung Jeno lemah. Jaemin terisak, mencium punggung tangan Jeno dan memohon kesembuhan pada sang pencipta.
"Jeno harus sembuh" katanya.
"Ini semua salah ku" menatap sendu ke arah Jeno yang terpejam.
Berangsur dari duduknya, Jaemin mendekatkan diri kepada Jeno, mengecup kening pria di hadapannya. Jaemin sayang Jeno. Hal itu tidak akan pernah berubah barang sedikitpun.
Rasa kantuk di matanya sudah datang, Jaemin kembali mendudukan dirinya di kursi semula. Menjadikan lengan nya sebagai bantalan. Tangan yang satunya, masih menggenggam erat tangan Jeno yang di pasangi selang infus.
"Suka?"
"Lo gila? Kenapa gw harus suka sama Jaemin? Selera gw gak seburuk itu"
"Haha, gak percaya?"
"Oke"
"Bakalan akan gw pastiin kalau dia mau jadi pesuruh gw"
"Tenang. Jaemin itu bodoh"
"H-HAHHH!! N-NANA??"
Baru saja Jaemin tertidur, ia sudah mendapati suara Jeno yang berteriak karena mimpi buruk yang di alaminya.
"J-jeno? Kamu sudah sadar??" manik rusanya berbinar. Jeno masih terlihat terkejut, melihat tangan nya yang di pasangi selang-selang infus.
"Ak-akan ku panggilkan dokter" Jaemin menyeru dan hendak memanggil dokter.
"Berhenti" Jeno menahan tangan nya. Obsidian kelam itu bertemu dengan sepasang manik rusa yang terlihat lelah. "Jangan panggil siapapun"
"T-tapi, kau baru saja sadar"
"Gw baik" Jeno berujar. Menyuruh Jaemin untuk kembali duduk di tempat semula.
Tangan mereka masih saling menggenggam satu sama lain. Di sibukkan dengan perhatian masing-masing. Jaemin yang sedikit gugup karena Jeno juga membalas genggaman tangan nya, dan Jeno yang tengah menghalau rasa sakit di kepalanya.
"M-mark" keduanya bersuara. Mempertemukan kembali tatapan mereka.
Jeno berdehem. "Duluan"
"A-anu, nomor Mark, sudah aku blokir" cicit nya pelan dengan rasa takut yang kembali ia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Unwanted life - nomin
Roman pour Adolescentspelangi itu mendapatkan pujian karena warna nya yang indah. Lalu apa jadinya kalau warna pelangi itu sendiri berubah menjadi abu-abu? Apakah kata 'indah' masih berlaku untuknya yang sudah kehilangan semua warna dalam hidupnya? __________ #nomin #bxb...