Setelah pengakuan Lee Jeno di siang hari itu membuat keduanya enggan untuk bertemu. Bukan nya apa, keduanya sama-sama malu, dan tidak percaya. Terlebih bagi seorang Na Jaemin.
Saat ini ia tengah merapikan beberapa kaset yang berada di rak kecil ruang tengah. Membersihkannya dengan kemoceng bulu, yang sebenarnya Jaemin agak geli.
Sedangkan Lee Jeno, anak itu tengah bermain gitar di depan rumah. Alunan melody indah yang di petiknya terdengar, dan suara lembutnya yang kadang-kadang terdengar berat juga menjadi candu bagi Jaemin.
Si kelinci manis sudah melepas kain kasa di kepalanya. Sempat dia berharap akan kedatangan 'ayah' nya nanti ia akan di tanyai. 'Nak, kamu kenapa? Kenapa bisa sampai terluka? Apa yang terjadi?' dan yang lain nya.
Tapi, tentu saja Jaemin hanya mengharapkan hal yang sangat mustahil.
Saat ini, Jaemin bisa bernapas lebih lega dari sebelumnya. Jeno, menyukainya. Jaemin mengulas senyum di wajahnya.
Irene keluar dari kamarnya, lengkap dengan pakaian rapi yang terlihat sangat pas di tubuh nya yang kecil. Anggun, dan cantik.
"Sedang apa kau?"
Jaemin menggeleng cepat, mengalihkan atensinya lagi ke pada kaset-kaset di depan nya. Irene berlalu pergi ke arah dapur untuk mengambil buah apel.
"Saya akan pergi keluar, tolong jaga rumah dan juga Jeno" katanya.
Ehh? Jeno?
Jaemin mengerjap, memandangi kepergian Irene yang berlalu di depaj nya.
"Apa yang baru saja di katakan nya?" menunjuk diri sendiri. "Mehyuruhku untuk menjaga Jeno?" manik rusanya membulat sempurna dan sedikit berkilat.
Jeno tengah duduk di teras, sembari memetik senar gitar dengan jemari lentik nya. Menatap ke arah kedatangan ibu nya yang mungkin akan pergi keluar.
"Jeno" panggilnya. Jeno tak menjawab, dia masih kesal karena hal kemarin.
"Sayang" panggilnya lagi.
Jeno merengut kesal, berdiri dari duduknya. Tangan Irene menahan nya. "Nak, ibu minta maaf"
Sekarang Ibu, kemarin Mama. Besok, apa lagi? Batin Jeno mendengus.
"Terserah lah"
"Ibu minta maaf Jeno, Ibu kemarin begitu kesal dengan Ayah mu. Sampai Ibu melupakan kehadiran mu disana. Ibu minta maaf" Irene menunduk.
Hati Jeno terenyuh, memandangi sosok Ibu nya yang juga memiliki perasaan lemah. "Hemm" menegakan bahu Ibunya. "Jeno juga minta maaf"
"Ayah, nggak bakalan pulang ke rumah selama beberapa hari. Ibu mengusirnya dari rumah" cicit Irene dengan hati-hati. Takut anaknya akan marah lagi.
"Baguslah, setidaknya pria sialan itu sudah mendapatkan hukumannya"
Irene menatap anaknya tidak percaya. Yah mungkin, kebencian Jeno sudah besar terhadap Ayah nya sendiri. "Jeno, ibu perhatikan kepala anak itu terluka. Kau yang melakukan hal itu padanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Unwanted life - nomin
Teen Fictionpelangi itu mendapatkan pujian karena warna nya yang indah. Lalu apa jadinya kalau warna pelangi itu sendiri berubah menjadi abu-abu? Apakah kata 'indah' masih berlaku untuknya yang sudah kehilangan semua warna dalam hidupnya? __________ #nomin #bxb...