2.

7 7 9
                                    

Sore ini, sebagian anggota ekskul teater sedang berkumpul di ruang audiovisual untuk rapat mengenai lokasi mereka melakukan rekaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore ini, sebagian anggota ekskul teater sedang berkumpul di ruang audiovisual untuk rapat mengenai lokasi mereka melakukan rekaman.

"Kita butuh tempat yang terlihat klasik, menyeramkan, dan cukup tua. Intinya, lokasi yang sesuai dengan tema drama horor kali ini. Ada yang memiliki usul?" tanya Syera setelah menilik ulang naskah cerita yang Noel ketik.

Belasan orang yang berada di ruangan tersebut terdiam. Pikiran mereka beterbangan, mencari ide akan lokasi yang mereka butuhkan.

Lexa menyenggol lengan Axel. "Kak, kalau rumah Kakek yang ditinggalkan itu bagaimana? Pasti kelihatan menyeramkan, 'kan?" usul Lexa.

"Gak. Kita aja gak tahu letaknya di mana." Axel menatap Lexa datar.

"Ih, tapi aku yakin tempat itu sesuai! Kita tinggal tanya Kakek letaknya."

"Gak, Lexa. Jangan ngeyel!"

Lexa terdiam. Ia takut kalau Axel sudah bersikap galak seperti ini. "Iya, maaf. Tapi, kenapa gak kita usahakan dulu? Ini untuk project ekskul terakhir kita, lho."

"Ya, Lexa. Ada saran?" tanya Syera tiba-tiba. "Dari tadi gue dengar kalau lu ada saran lokasi untuk kita syuting."

"Gak ada," jawab Axel cepat.

Syera memutar mata malas. "Gue nanya Lexa, bukan Axel."

Seketika ruangan hening. Syera dan Axel memang seringkali beradu argumen. Sampai terkadang harus ada pihak yang memisahkan mereka.

"I-iya, Ra. Aku ada saran." Axel segera memelototi Lexa yang bersuara.

Syera tersenyum miring. "Xel, Lexa mau membantu ekskul teater, kenapa dilarang? Masih sakit hati karena lu gak kepilih jadi ketua ekskul ini? Sampai gak mau ekskul teater berkembang."

Axel berdiri dari kursinya dan segera berjalan ke luar ruangan dengan membanting pintu.

"Lu gak seharusnya bersikap kaya gitu, Ra," tegur Dion yang sedari tadi mencatat seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk ekskul teater.

Syera memutar matanya dan membalas, "Lebih baik lu catat pengeluaran kita dengan teliti. Lu sering kelupaan, jadi lu cukup fokus sama apa yang lagi lu tulis." Dion menatap dingin Syera, sampai akhirnya ia kembali menulis.

Lexa memandangi pintu yang baru saja tertutup dengan sendirinya setelah Axel keluar.

"Ra, rumah Kakek aku ada yang udah cukup lama gak dihuni. Aku yakin keadaannya pasti cukup menyeramkan. Tapi, aku belum tahu lokasinya. Nanti aku tanya Kakek aku dulu," jelas Lexa yang diangguki Syera.

"Secepatnya, ya, Lex. Supaya nanti kita bisa langsung survei ke sana."

"Iya."

"Oke, kita lanjut drama yang kemarin. Rafa, kalau mau ke toilet lebih baik ke toilet sekarang. Sekalian cari Axel buat segera merekam," perintah Syera. Rafa berjalan ke luar ruangan dengan malas dan mata kantuknya.

The Secret UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang