Jumat, 13 Desember 2024
Kyabakura, Tokyo
Hirano Sho tidak lagi tertarik dengan perempuan-perempuan berparas cantik dan berbadan seksi yang silih berganti menghampirinya-menawarkan segelas minuman, menawarkan diri mendengarkan segala keluh kesahnya, atau mengajaknya pergi ke hotel. Ia sudah muak dengan hubungan yang hanya terjalin satu malam. Tapi ia juga merasa tidak ingin menjalani hubungan yang serius. Ia tidak mau dikekang. Ia tidak ingin kebebasannya direnggut oleh perempuan manapun yang mengaku mencintainya dengan tulus .
"Jin, aku pulang duluan."
Jengah. Kyabakura yang dulu merupakan salah satu tempat favoritnya untuk menghapus penat, entah kenapa kini terasa benar-benar membosankan. Ia merasa risih dengan suara-suara perempuan yang mencoba menggodanya.
"Eh? Tunggu, Sho!"
Ia tidak peduli. Ia terus melangkah meninggalkan Jinguji yang dikelilingi oleh banyak sekali perempuan yang mengenakan pakaian seksi dan polesan wajah yang mencolok.
"Argh," ia menepi. Satu tangannya ia gunakan untuk menopang tubuhnya di dinding, sementara satu tangannya yang lain tanpa ia sadari sudah berada di pelipis kirinya. Akhir-akhir ini kepalanya sering berdenyut hebat. Di saat seperti itu, kadang Sho sampai harus meminum obat untuk meredakan rasa sakitnya.
"Sho! Sho! Sho!"
Tidak hanya rasa sakit, Sho juga merasa mendengar seseorang memanggilnya dengan suara yang tercekat juga gemetar. Suara yang tidak terasa asing, namun Sho yakini tidak pernah ia dengar lagi selain dalam benaknya.
Siapa kau? Kenapa kau tidak pernah berhenti memanggilku? Kenapa kau terus menyiksaku?
"Sho? Hei, kau tidak apa-apa?"
Sho tidak bisa menjawab Jingguji. Ia tidak sanggup lagi menahan rasa sakit yang terasa lebih hebat dari biasanya. Tanpa sadar ia berteriak frustasi, berharap rasa sakit itu pergi dan tidak pernah kembali lagi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Namae Oshiete
FanfictionBaik Sho maupun Ren tidak bisa berkelit dari benang takdir yang mengikat mereka. Selama apapun waktu membuat Sho nyaris melupakan segalanya, dan sekeras apapun Ren berusaha untuk tidak mengingat semuanya, mereka tetap tidak bisa selamanya terus mene...