12. Sosok

29 0 0
                                    

Minggu, 15 Desember 2024

Pernikahan Kiriyama Akito, Tokyo


Setelah menyapa Kiriyama Akito beserta istrinya, Ren bersama Daigo berdiri di dekat jendela. Seperti yang Ren duga sebelumnya, selain orang-orang dari Kansai, tidak banyak yang tahu atau ingat bahwa dulu dia adalah seorang Johnnys Junior. Tentu saja fakta itu membuat Ren sedikit lebih lega. Setidaknya hanya sedikit orang yang bertanya kenapa dia keluar dari Johnnys, dan kemudian menanyakan apa pekerjaannya sekarang. Ia tidak mau berulang kali menjawab pertanyaan yang sama. Awalnya bahkan Ren tidak mau menghadiri pernikahan Akito, tapi karena dia merasa Akito banyak membimbingnya saat ia masih berada di Johnnys, Ren merasa tidak sopan jika harus menolak undangannya.

Sebenarnya alasan Ren untuk enggan datang ke pesta pernikahan Akito bukan hanya semata-mata karena ia tidak mau berbasa-basi dengan banyak orang, melainkan karena ia takut bertemu dengan Sho. Ia tahu bahwa Sho mungkin tidak akan pernah lagi mengingatnya. Bisa saja ia muncul di hadapan Sho dan berkenalan dengannya layaknya dua orang yang baru pertama kali bertemu, tapi ia tidak yakin apakah ia sanggup tersenyum di depan pemuda itu. Begitu banyak mimpi-mimpi yang dulu mereka rangkai bersama, begitu banyak pula kenangan yang dulu mereka ukir bersama. Menjadi satu-satunya orang yang mengingat itu semua, tentu saja menyakitkan.

Tapi Daigo berhasil meyakinkan Ren untuk datang. Daigo pun berjanji akan selalu berada di sampingnya agar ia merasa tenang. Sebagai orang yang selalu bersamanya di saat-saat terburuknya, tentu saja Ren sangat mempercayai Daigo.

"Ren."

Ren sedang memandang ke luar jendela ketika Daigo tiba-tiba memanggilnya.

"Itu ... Sho."

Ren mengikuti arah pandangan sahabatnya itu. Di panggung sana, seorang pemuda bersetelan jas hitam dengan rambut perak yang ditata ke belakang, tengah berdiri memegang sebuah stand mic. Ren masih mengingat dengan jelas foto-foto majalah yang diperlihatkan oleh Ohkura-kun tadi. Ia sangat yakin bahwa pemuda dalam majalah itu dan pemuda yang ada di depan sana adalah pemuda yang sama. Pemuda itu bernama Hirano Sho. Pemuda yang selama bertahun-tahun ini Ren pikir takkan sanggup ia temui lagi.

"Akito-kun, kenapa kau ingin aku bernyanyi di pernikahanmu?" suara serak itu ... suara yang dulu tak pernah bosan untuk ia dengar.

"Aku benci mengatakannya, tapi istriku ini fans beratmu!" Para tamu bersorak dan tertawa mendengar jawaban Akito. "Padahal aku merasa jauh lebih tampan dan keren dibanding kau."

"Itu hanya perasaannya saja. Iya kan, istri Akito-kun?"

Tanpa ragu, istri Akito mengangguk. "Benar sekali."

"Oi!"

Sho terkekeh. "Baiklah, untuk istri Akito-kun, kupersembahkan lagu pernikahan dari grupku. Sebelumnya maaf karena hanya aku member Kinpuri yang bisa hadir, teman-temanku sedang sangat sibuk."

"Tidak apa-apa, yang istriku butuhkan hanya kau. Ah, apa sebaiknya aku pulang saja?" Akito berpura-pura akan pergi, tapi kemudian istrinya memeluknya dari samping dan menciumi pipinya-membuat para tamu lagi-lagi bersorak dan tertawa.

Kemudian alunan musik yang romantis pun mengalun. Saat Sho mulai bernyanyi, mata Ren tidak bisa sedetik pun berpaling darinya. Meski menyanyikan lagu untuk grupnya yang terdiri dari lima orang, Sho bisa dengan sempurna menyanyikannya seorang diri. Ren pun seperti larut dengan lagunya yang menggambarkan perasaan bahagia sepasang pengantin.

Begitu Sho selesai bernyayi, para tamu undangan dan juga Akito beserta istrinya serempak bertepuk tangan. Sho tersenyum senang seraya sedikit membungkukkan punggungnya untuk memberikan rasa hormat sekaligus terima kasih, tapi kemudian ekspresi di wajahnya tampak menyendu. Ia kembali mengajak sepasang suami-istri yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri untuk bicara.

"Maaf untuk selanjutnya aku tidak bisa mempersembahkan lagu yang bahagia untuk kalian," katanya. "Ah, sebenarnya lagu berikutnya kupersembahkan untuk orang lain. Boleh, kan?"

"Un, kau boleh menyanyikan lagu apa saja, yang penting aku bisa melihat penampilanmu secara langsung," kata istri Akito. Akito berpura menangis tersedu.

"Terima kasih banyak. Kudoakan kalian selalu berbahagia sampai maut memisahkan," Sho menaruh satu tangannya di dada, lalu kembali sedikit membungkukan badannya. Alunan piano yang sendu kemudian membuat Sho kembali mengarahkan pandangannya ke para tamu undangan.

Begitu Sho mulai bernyanyi, Ren bisa merasakan seluruh bulu-bulu halus di seluruh tubuhnya meremang.

***

Namae OshieteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang