Kamis, 7 November 2024
Rumah Sakit, Tokyo
"Kecelakaan itu menyebabkan sebagian ingatanmu hilang. Aku tidak yakin apakah terapi bisa mengembalikan ingatanmu atau tidak, tapi jika kau mau mencobanya, aku akan berusaha agar kau bisa kembali mengingat masa lalumu."
10 tahun yang lalu, Sho mengalami kecelakaan dan sempat mengalami koma selama hampir satu bulan. Beruntung, Sho dapat sadar tanpa mengalami kecacatan fisik. Setelah menjalani perawatan dan terapi untuk mengembalikan fungsi otot-ototnya yang melemah akibat terlalu lama berbaring, ia bisa melakukan aktifitas seperti biasanya: menari, bernyanyi, berakting, dan melakukan hal-hal konyol bersama teman-temannya, tapi ... ia tidak bisa mengingat dengan pasti apa yang sebenarnya terjadi sebelum kecelakaan itu menimpanya. Meski ia telah mendapat penjelasan dari orang-orang di sekitarnya, ia sama sekali tidak mengingat apapun selain fakta bahwa ia adalah cikal bakal seorang idol besar dari sebuah agensi ternama di Jepang.
Sho merasa ia tidak akan mengalami masalah yang berarti meski kehilangan sebagian ingatannya. Yang dipikirkannya saat itu hanyalah bisa segera menjalankan aktifitasnya kembali. Ia ingin segera membalas budi pada Johnny-san yang membiayai seluruh biaya pengobatannya. Ia ingin kembali menjadi kebanggaan keluarganya. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini ia merasa penasaran dengan masa lalunya. Ia ingin tahu siapa yang saat itu terus menerus berteriak memanggil namanya.
"Saat kecelakaan itu terjadi, apakah aku sendirian?" Sho pernah bertanya pada ibunya.
Cukup lama ibunya terdiam sampai akhirnya menjawab "Iya, kau sendirian."
Saat itu Sho tidak punya pilihan lain selain percaya. Jika ibunya tidak berkata jujur, ia yakin ada alasan yang cukup kuat untuk melandasi sikap ibunya itu. Jika Sho kembali mempertanyakan kebenaran, entah kenapa ia merasa ia akan menyakiti ibunya, dan tentu saja ia tidak mau melakukannya. Sudah cukup ia membuat ibunya menderita saat ia hanya bisa berbaring di kamar rumah sakit tanpa bisa melakukan apapun-bahkan nyaris mati. Karena itulah, Sho tidak pernah mengatakan bahwa di kepalanya, ia sering mendengar seseorang memanggil-manggil namanya.
Tapi Sho seharusnya sadar bahwa kebenaran terkadang seperti bom waktu yang suatu saat akan meledak-terbongkar dengan sendirinya. Semakin ia dewasa, suara itu bukannya menghilang, malah justru semakin menghantuinya. Ia seperti melupakan sesuatu-atau mungkin seseorang-yang penting untuknya.
"Rasa sakit di kepalamu mungkin saja hanyalah hasil dari sugesti akibat kau yang sudah tidak tahan lagi dengan suara yang mengusikmu itu," terang dokter. "Secara tidak sadar, kau mungkin sangat ingin mengingat apa yang sudah kau lupakan, sehingga suara itu semakin sering kau dengar."
"Mungkin ...." Sudah sepuluh tahun berlalu. Sho pikir ingatannya akan pulih seiring dengan berjalannya waktu, tapi rupanya ia tidak memiliki pertanda apapun mengenai apa yang telah hilang. Ia merasa itu tidak adil untuknya. Ia merasa ia berhak atas apapun yang telah dialaminya.
"Jadi bagaimana, Hirano-san? Apa kau mau menjalani terapi?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Namae Oshiete
FanfictionBaik Sho maupun Ren tidak bisa berkelit dari benang takdir yang mengikat mereka. Selama apapun waktu membuat Sho nyaris melupakan segalanya, dan sekeras apapun Ren berusaha untuk tidak mengingat semuanya, mereka tetap tidak bisa selamanya terus mene...