5.Papa!

966 119 11
                                    






Happy Reading

"Akaashi kau boleh duduk di mana saja,aku ingin mengganti bajuku,buat dirimu senyaman mungkin" Bokuto langsung berjalan ke anak tangga.

Akaashi mengangguk lalu melihat lihat ruang tamu Bokuto.

Akaashi terpaku melihat foto yang paling besar sendiri.

Di situ terdapat Ayah Bokuto,Ibunya duduk di kursi kedua kakak perempuan Bokuto duduk di kiri kanan orang tuanya,sementara Bokuto berdiri di belakang.

Di situ senyum Bokuto yang paling besar dari yang lain.

"Aku tidak tahu kalau dia bisa senyum selebar itu" Gumam Akaashi.

"Hem? Maksudmu apa?"

Akaashi terkejut saat ada suara Bokuto di belakangnya.

"Eh? T-Tidak bukan apa apa"

"Aku sejak umur 5 tahun sudah di ajarkan menembak dan bela diri" Bokuto duduk di salah satu sofa.

"Entah kenapa aku mau membicarakan ini dengan mu,padahal bisa saja mereka kerja sama dengan mu,tapi aku yakin dengan mu"

Akaashi menatap Bokuto dengan bingung.

"Kedua kakakku tak pernah di ajarkan menembak,hanya aku saja yang di ajarkan,dan dari kecil tangan ku sudah kotor" Bokuto melihat telapak tangannya.

Akaashi duduk di depan Bokuto sambil mencerna apa perkataan Bokuto.

"Aku dulu orang nya selalu menolak saat latihan dengan ayahku,kerena orang tua itu tak menahan kekuatannya,aku sempat benci dengan dia,kenapa setiap aku berlatih dengannya selalu ada saja luka,dan itu menyakitkan"

"Aku selalu saja setelah berlatih sama ayahku di kamar aku selalu bergumam 'kenapa hanya aku? Ayah kejam,sangat kejam,jahat,kenapa kakak tidak seperti ku?' "

"Sampai suatu ketika,ada sebuah kelompok masuk ke dalam rumah kami,sekitar 40 orang,mereka menyerangku,tapi saat aku dan kakakku ingin keluar rumah,kami berdua melihat ayah di tembak sebanyak 10 peluru"

"Aku yang melihat itu ingin sekali membantu ayah,cuma ayah membuka matanya dan tersenyum ke arah kami berdua lalu dia menggeleng seolah menyuruh kami pergi,aku di tarik sama kakak ku untuk keluar rumah itu,aku berkali kali berteriak 'Kak! Ayah kak! Kau tega ninggalin ayah seperti itu?!' tapi kakak ku tak peduli kerena aku adalah penerus keluarga ini satu satunya"

"Mulai saat itu senyumku yang dulu sering terlihat kini jarang terlihat tapi di mata kakak dan ibuku aku sering senyum tapi tidak di luar rumah"

"Namun ibu di bunuh juga di depan mataku di tambah lagi kepergian Aiko setelah itu"

"Seketika aku menjadi orang yang seperti ini,cuek,tak peduli orang lain,dan sering mengotori tangan ku,tapi anehnya saat Takaashi kena peluru jujur aku marah besar,padahal cuma meleset,tapi kenapa aku jadi seperti ini? Aku tidak tau apa yang terjadi dengan ku" Bokuto mengusap mukanya kasar.

"Kau orangnya amat sangat kuat Bokuto-san" Akaashi tersenyum ke arah Bokuto.

"Tapi menjadi orang yang seperti itu sangat tidak bagus,jika ayahmu,ibumu dan Aiko melihat mu seperti ini pasti mereka marah besar,jadi ubahlah sifatmu Bokuto-san"

Bokuto melihat ke arah Akaashi lalu meneguk saliva nya "Arigatou,maaf aku jadi curhat"

"Tidak apa apa,tapi berjanji lah pada ku suatu hari nanti kau harus merubah sifatmu itu"

Bokuto menutup matanya menggunakan lengannya dia bersender lalu tersenyum

"Baiklah"

Akaashi tersenyum lalu menunduk "Takaashi adalah anak di luar nikah"

Bokuto kaget langsung melihat Akaashi yang ada di depannya.

"Takaashi dari lahir tidak mempunyai papa,terus dia sering bertanya 'Ma papa orangnya gimana?' ya aku bingung  harus menjawabnya gimana kerena aku ga sengaja waktu itu heat aku hanya menjawab 'dia seganteng kau' sejak saat itu dia selalu memperhatikan wajah orang orang sekitarnya"

"He? Aku bingung"

"Pada saat itu ak-"

"Papa!"

Bokuto dan Akaashi langsung melihat ke asal suara.

Anak kecil itu langsung berlari ke arah Bokuto dan naik ke pangkuan Bokuto lalu memeluk Bokuto erat.

"Eh? Takaashi?" Bokuto kaget dong kerena di panggil papa.

"Papa ganteng,kata mama kalo orang ganteng seganteng Takaashi itu papa,dan papa ganteng seganteng Takaashi"

Bokuto membulatkan matanya lalu tersenyum sambil mengelus punggung Takaashi.

"Begitu ya,baiklah kau boleh memanggil ku dengan nama itu"

Akaashi kaget mendengar ucapan Bokuto,sementara Takaashi mendongak melihat muka Bokuto.

"Jadi papa itu papa kandung Takaashi?" Tanyanya.

"Aku tidak tau soal itu,tapi nanti kita cek jika papa dan kau tidak sibuk" Bokuto menarik hidung Takaashi pelan.

"Chottomatte Tak-"

"Akaashi biarkan saja,aku tidak keberatan" Bokuto mengelus rambut Takaashi.

"Takaashi bagaimana kamar barumu?" Tanya Bokuto

"He? Itu kamar baru Takaashi?"

"Ya jika kau nginap di sini kau tidur di situ dan terserah sepuasmu mau tidur di situ kapan aja"

"Bokuto-san itu terlalu ber-"

"Akaashi tidak apa apa"

"Tapi pa,Takaashi ga suka mobil sukanya dinosaurus"

"He? Kau suka dinosaurus?"

"Ya dinosaurus keren!"

"Nanti kita ganti"

"hontō?!"

"Ya,tapi sabar"

"Baiklah"

"Kau ganti baju sana,bisa ganti sendiri kan?"

Takaashi mengangguk lalu pergi ke kamarnya.

"Bokuto-san kau terlalu berlebihan"

Bokuto berdiri sambil tersenyum "Entah lah hati kecilku mengatakan bahwa Takaashi adalah anakku tapi aku tidak tau juga"

"Kau ini"

"Mama! Lihat! Bajunya Dino!" Takaashi menujukan baju dinosaurus yang mengunakan topi.

"Kau suka Takaashi?"

Takaashi langsung mengangguk antusias.

"Nanti kita beli yang model lain bersama Aika"

"Ha'i" Takaashi berlari ke kamarnya untuk memakai baju itu.

"Bokuto-san itu terlalu berlebihan"

"Sudah ku bilang Akaashi,tidak apa apa,aku senang melihatnya seperti itu" Bokuto menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Huh.."








TBC













See you next time

Imagination[BokuAka Omegavers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang