1 - THE FIGHT

3.6K 218 7
                                    

Benio memasukan barang terakhir ke dalam koper kemudian berusaha menutupnya. Seperti sudah diduga, butuh perjuangan untuk bisa menutup koper ini. Liburan yang sudah dia rencanakan sejak setahun lalu ini hanya menghabiskan waktu satu minggu, tapi barang bawaan Benio seakan dia mau singgah selama sebulan.

Belasan pakaian dan celana, dua baju renang, belasan pakaian dalam, skincare, peralatan mandi, bantal leher, dan masih banyak lagi. Benio juga masih akan membawa tas laptop dan juga tas kecil berisi barang-barang penting seperti dompet, handphone, charger, headset.

Baru besok Benio akan berangkat pagi-pagi ke sebuah pulau dengan resor di atasnya. Dengan bonus yang didapatkannya tahun lalu, Benio memesan kamar di resor dan rencananya akan menghabiskan waktu di sana tanpa melakukan apa-apa. Dia tidak punya itinerary, akan melakukan apa yang dia inginkan jika terpikir di sana. Benio butuh waktu untuk dirinya sendiri setelah hampir setiap hari rasanya dia terlalu fokus terhadap banyak hal selain dirinya.

Tapiiii, bahkan di hari terakhir sebelum Benio berangkat, masih ada hal yang mengganggu dirinya. Sang pacar sepertinya masih menolak ide Benio untuk pergi satu minggu tanpa gawai.

Ada dua hal yang membuat Fauzan tidak suka. Pertama, jadwal Benio pergi bersamaan dengan acara ulang tahun pernikahan orang tuanya. Kedua, Benio sudah mewanti-wanti bahwa dia tidak akan mengaktifkan ponsel selain saat tiba dan pulang nanti.

Benio dan Fauzan berpacaran belum satu tahun. Anniversary mereka bulan depan. Benio sudah terlanjur memesan tiket dan memesan kamar untuk liburan sebelum mereka resmi berpacaran. Benio juga baru memberitahukan hal ini pada Fauzan sekitar satu bulan sebelum keberangkatannya. Kemudian Fauzan memberi tahu tentang acara ulang tahun pernikahan orang tuanya. Fauza ingin Benio datang tapi pemesanan Benio tidak bisa dibatalkan. Jika dibatalkan, maka semua biayanya hangus. Sebagai karyawan yang berpenghasilan cukup, tentu saja Benio tidak rela biaya sebesar itu hilang begitu saja.

Kekesalan Ojan bertambah ketika Benio bilang dia mau mematikan ponsel supaya fokus liburan. Keluarlah semua omelan Ojan.

"Nanti aku ngabarin kamu gimana?"

"Kalau kamu ada apa-apa siapa yang bisa dihubungi?"

"Kalau ada apa-apa sama aku atau keluarga kamu gimana?"

"Aku kangen terus nggak bisa ngobrol gitu?"

Benio sudah berusaha menjelaskan bahwa dia butuh waktu sendirian sehingga dia tidak bisa membatalkan semua rencana ini. Benio juga sudah memberikan nomor telepon resor kalau sesuatu terjadi. Tapi Ojan tetap kesal dan semakin kesal sehingga seminggu terakhir ini Ojan sibuk merajuk.

Benio duduk bersandar di tempat tidurnya lalu menelepon nomor telepon pacarnya itu. Masih diangkat.

"Apa?" tanya Ojan dengan suara khas anak manja. Ojan memang anak bungsu, tapi kakak-kakaknya perempuan semua. Jadi perusahaan properti ayahnya akan diteruskan oleh Ojan. Perusahaan yang mencakup kepemilikan beberapa perumahan, mall, gedung perkantoran, dan tanah yang di atasnya berisi kawasan wisata dan rekreasi.

"Kamu masih marah sama aku? Besok aku berangkat lho. Aku nggak mau aku berangkat liburan sambil kamu merajuk begini."

"Kamu ngertiin aku dong, Ben. Aku mau kamu ada di samping aku pas acara penting orang tuaku."

Pembicaraan mereka berputar kembali seperti kaset rusak.

"Jan, aku udah bilang berapa kali. Aku nggak bisa batalin dan aku harap kamu juga ngerti."

"Aku bisa ganti semua uang kamu itu, Ben."

Benio memutar bola matanya. Ojan selalu berpikir semuanya bisa selesai dengan uang.

Latte Murder - END (WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang