3 - THE FIRST MURDER

749 167 10
                                    

Di sela-sela aktivitas makan siang mereka, Ammar dan Benio bergantian menceritakan kegiatan mereka sekarang. Ammar bergabung di sebuah agensi dengan tugas khusus terkait desain. Baik desain poster, desain iklan, desain publikasi, yah segala hal terkait desain. Dia ketua timnya, jadi selain mendesain, Ammar juga harus memastikan desain yang dikeluarkan agensinya memiliki tema, konsep, tujuan, yang sesuai kebutuhan klien. Benio bercerita kalau sekarang dia bekerja sebagai seorang Executive Secretary. Sekretaris khusus dua orang direktur di jajaran Board of Director di perusahaan bidang transportasi. Pekerjaannya tidak sulit, namun harus detail dan bersedia stand by 24 jam. Ketika Benio mengajukan izin cuti satu minggu, salah satu direkturnya keberatan, apalagi Benio tidak ingin dihubungi. Namun satu direktur lainnya menyetujui karena menurutnya Benio sudah bekerja keras. Dia pantas diberi waktu libur. Selama seminggu ini tugas Benio dialihkan kepada seorang sekretaris lainnya.

"Apa agenda hari ini, Ben?"

Benio mengelap mulutnya dulu sambil berpikir. "Nggak ada agenda. Tapi mungkin mau jalan-jalan di pulau. Lihat-lihat fasilitas lalu tentukan apa yang mau dilakukan seminggu ini."

"Mau aku temani? Aku sudah seminggu di sini dan sepertinya mulai khatam di luar kepala. Rencanaku minggu ini cari tahu apa ada bunker atau lorong rahasia untuk perlindungan."

Ammar nyengir dan Benio pun tahu Ammar sedang berkelakar. Maka Benio terpaksa tertawa. Sebenarnya Benio memilih berjalan-jalan sendiri. Dia bisa melihat-lihat sambil berpikir acak, bernyanyi sendiri, melompat di atas pasir, ya apapun yang ingin dia lakukan sendirian. Kalau Ammar ikut, berarti dia harus meluangkan waktu berkomunikasi dengan Ammar. Hal yang rasanya masih aneh untuk Benio lakukan. Karena seberapa besarnya pun rasa suka Benio pada Ammar dulu, mereka tidak pernah benar-benar dekat.

"Memangnya kamu nggak kerja?" Menurut Benio, ini sepertinya cara yang baik untuk melarikan diri. Mengingatkan Ammar tentang tugasnya lalu membuat Ammar kembali bekerja dan Benio bisa sendiri.

"Pemotretan masih akan berlanjut sampai sore. Tugasku baru setelah itu, setelah foto-foto usai fotografer kirim hasilnya. Aku bisa kerjakan nanti malam."

Benio terpaksa meringis lagi. "Kalau gitu... Baiklah. Kamu bisa jadi tour guide dadakan. SELAMA pemotretan belum selesai. Begitu pemotretan selesai, bukannya lebih baik kamu langsung cek hasilnya kan? Supaya nggak begadang juga?"

Bibir Ammar melengkung ke atas. Tidak bisa disebut tersenyum. "Oke. Ayo."

Ammar dan Benio berdiri bersisian saat mereka mulai menyusuri pantai. Benio memasukan tangan ke saku celananya selama berjalan. Matanya memandang apapun yang ada di depan dan sebelah kanannya. Benio berusaha tidak menatap ke kiri karena Ammar berada di sebelah kirinya.

Tanpa diminta, Ammar mulai menjelaskan tempat-tempat yang mereka lewati, layaknya pemandu wisata sesungguhnya. Ammar menceritakan ada kegiatan apa saja di tempat itu, jam berapa sebaiknya mendatangi tempat-tempat ini.

Tanggapan Benio masih bisa dibilang cukup antusias. Demi menghormati orang yang sudah meluangkan waktu dan tenaga untuknya.

"Lucu ya. Kita kenal sejak remaja tapi baru ngobrol panjang lebar sekarang." Ammar mengangkat bahu. Tampak takjub. Benio sebaliknya.

"Kita... " Benio hampir mengatakan 'bukan teman' tapi sepertinya itu terlalu kasar. "Tidak akrab."

Ammar menatap Benio, mengernyit sedikit. "Ya, mungkin. Kita hanya ngobrol beberapa kali."

Obrolan yang menyenangkan, harus Benio akui. Di SMP, Ammar bisa dibilang salah satu murid terpintar, menyebabkan dia masuk ke SMA unggulan tanpa ujian. Dia juga ketua ekstrakurikuler tae kwon do. Kepribadian Ammar juga baik. Bicara dengan Ammar selalu seru, seimbang, menambah wawasan.

Latte Murder - END (WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang