Jadi, apa?

919 109 12
                                    

"Tap... Tay udah balik?" New bertanya ketika melihat sepasang kekasih itu menghampirinya. Tanpa Tay, padahal tadinya lelaki itu meminta izin padanya untuk stay di sana.

"Tumben amat lo, Nyu! Udah kayaknya, tadi gua sama Mike tinggal, terus nggak ada lagi di tempat terakhir gua tinggal. Mobilnya juga udah nggak ada, tuh."

New menganggukkan kepalanya, "Bagus deh, bukan tempat dia juga."

Toptap gelisah memikirkan pembicaraannya dengan Tay tadi. Jujur, Tay terlihat sangat tulus, Toptap bahkan berencana untuk membantu lelaki itu dalam meluluhkan hati sahabatnya. Ya setidaknya, New bisa bersikap lebih baik pada pria yang sudah mengejarnya selama dua tahun belakangan ini, yang selalu ketus dan penuh ketidakpedulian. "New... lo beneran nggak mau coba buka hati lo buat dia kah?" Tanya kekasih Mike itu, hati-hati.

Lelaki penyuka beruang putih itu kemudian menatap sahabatnya dengan pandangan penuh tidak percaya, "Tiba-tiba banget?"

"Yaa, gua cuma agak prihatin aja sama tu anak, nggak ada capeknya loh, New. Mau lo kasar sama dia juga, dia nggak nyerah. Heran aja, itu orang makannya apaan sih sampe kebal banget."

New mengedikkan kedua bahunya, "Gua juga bingung musti pake cara apa lagi biar dia berhenti." Gumamnya, pelan. Padangannya ia tundukkan, kali ini dia menatap aspal penuh debu di bawah kakinya.

"Does he not even has one chance? Or maybe if you at least give him one, he knows how it feels like to date you. And if he is already satisfied with his curiosity, he will give up on you. Udah dua tahun loh, New, gua rasa dia berhak dapet itu. Dan apa lo juga nggak mau nyoba? Gimana kalo ternyata kebahagiaan yang lo cari selama ini, ada di dia?" Toptap masih berusaha meyakinkan sahabatnya itu. Dia hanya ingin sahabatnya bahagia, itu saja. Dia tidak mau melihat New terlalu bekerja keras lagi. Atau jika memang lelaki itu harus bekerja lebih banyak dari orang-orang, Toptap mau New punya sandaran. Sandaran yang bisa mendukung New setiap saat, yang bisa menenangkan kegelisahan lelaki itu setiap malam, yang bisa terus ada di sisi lelaki itu. Dan tentu saja, yang akan membuat sahabatnya bahagia.

Bukan, Toptap bukanlah orang yang tepat untuk itu. New butuh seseorang yang lebih dari seorang sahabat. Dengan ikatan lebih itu, mungkin New tidak akan merasakan sepi dalam hidupnya lagi setelahnya. Dengan ikatan lebih itu, mungkin New mungkin akan punya lebih banyak teman yang akan menemani lelaki itu berbicara. Dengan ikatan lebih itu juga, Toptap harap, bisa mengisi kekosongan hidup milik lelaki manis di sana.

"He doesn't need me for his life, Tap. Ngeliat orang-orang di sekeliling dia aja, gua yakin banget Tay bisa bahagia sama mereka. Untuk apa juga gua masuk ke kehidupannya kalo nantinya gua cuma bisa ngerecokin hidup dia doang."

"No, you didn't. Lo nggak bakal ngerecokin hidup dia. Coba sekarang pola pikir lo dirubah? Lo pikirin, gimana kalo sebaliknya? You made his life have more valuable than before, just because you give him a chance?"

New terdiam mendengarnya, ia tidak pernah terpikirkan hal itu sebelumnya. Lagipula, kenapa harus dia? Kenapa Tay harus menyukainya? Ia tidak menarik, ia tidak memiliki uang banyak, sikapnya ketus, dan hanya segelintir orang yang mengenalnya. Mengapa Tay tidak menyukai orang lain yang lebih baik dari dirinya?

Yang setidaknya... pantas bersanding dengan lelaki itu.

Tentu saja bukan dirinya.

"Tapi gimana kalo apa yang selama ini gua khawatirin itu kejadian? Gimana kalo gua cuma bisa bawa sial ke Tay? Gimana kalo gua buka hati, hidupnya malah jadi berantakan karena gua? Cukup hidup gua aja yang kayak gini, Tap. Gua udah ngelibatin lo ke dalam masalah gua, dan itupun belom bisa gua bayar semua. Gua nggak mau ngerepotin orang lain lagi."

Right From The Start ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang