Teman Tay dan Sayur Bayam

879 102 22
                                    

Beberapa orang di meja itu tercengang ketika mendapati satu tubuh yang berjalan di samping Tay, "Demi apa? Jadi kemaren bukan bercandaan?" Krist bergumam pelan.

Di sebelahnya, Gun, malah tidak bisa berkata apa-apa lagi, matanya hanya tertuju pada orang itu. Orang yang akhirnya berhasil sahabatnya taklukan. Orang yang sebagian dari mereka benci kehadirannya.

New Thitipoom.

Sementara itu, di sebelah Arm, Alice bertepuk tangan bangga, akhirnya! Ini yang dia tunggu-tunggu! Perempuan itu menggeser tempat duduknya untuk memberi ruang pada sepasang kekasih yang masih berjalan itu, "Sini, sini!"

"Yang, semangat banget, sih." Arm terkekeh geli di sebelahnya.

"Abis gemes banget! Aku udah nunggu ini dari lama, haha!"

"Really Kak Alice?" Krist malah menatap kekasih Arm dengan pandangan tak percaya.

Alice mengangguk semangat, "Biar sih, toh Tay juga seneng, harusnya kalian seneng juga tau!"

Percakapan itu terpotong karena akhirnya Tay dan New sampai di meja itu, "Sori telat, gua nyamperin Hin dulu tadi." Lelaki yang lebih tinggi menggerakkan tangannya untuk menarik salah satu bangku di sana, "Duduk di sini, Hin. Santai aja, ya." Kemudian mengusak-usak surai halus milik New, gemas.

"Aw!" Alice memekik pelan sembari memukul-mukul bahu sang kekasih di sebelahnya.

"Halo New!—" Sapa Arm, "—gua rasa kita nggak perlu ngenalin diri lagi, kan? Lo udah tau nama kita semua, kan?"

New mengangguk, canggung, "Iya, udah kok."

"Yaiyalah masa nggak tau, udah dua tahun kita jadi temennya Kak Tay." Krist mencebikkan bibirnya dan membuang wajahnya ke sembarang arah.

"Dek..." Tegur Singto yang berada di samping anak itu, "...nggak usah dipikirin ya New, anaknya lagi sensi emang, nilai kuisnya jelek."

"Ih! Kak Singto!"

New malah terkekeh melihat interaksi sepasang kekasih itu, dia... kagum? Bagaimana Singto bisa sabar menghadapi adik tingkat bermulut pedas sebagai seorang kekasih? Jika ia ada di posisi lelaki itu, New tidak yakin bisa tahan.

Untung pacarnya adalah seorang Tay Taw—

Ah, iya...

"Hin mau makan apa? Aku pesenin, ya?" Tay bergegas mengambil dompetnya di dalam tas.

Lelaki manis itu malah bangkit berdiri dan menahan tangan kekasihnya, "Eh? Gua aja, Tay."

"New... Tay-nya cuma mau pesen makanan kok, nggak ke mana-mana." Ledek Singto kali ini, ia tahu lelaki itu masih canggung dengan mereka semua, untuk itu dia mencoba mencairkan suasana di sini. Walaupun nantinya bisa ia prediksi, orang-orang yang akan mengobrol dengan lelaki itu hanya dirinya, Arm, Alice, dan juga Tay, setidaknya New tidak akan merasa kehadirannya tidak berarti di sini. Menjadi kekasih seorang Tay Tawan itu berarti menjadi teman mereka juga. Mereka bertanggung jawab atas kenyamanan New saat berkumpul bersama. Setidaknya itu yang bisa Singto lakukan saat ini.

New dengan segera melepaskan genggaman tangannya pada Tay dan kembali duduk dengan wajah bersemu merah, "Apa aja..." Lirihnya, ia malu! Bisa-bisanya ia berperilaku seperti itu di hari kedua ia berpacaran dengan Tay!

"Apa aja? Hm, aku pesenin yang paling famous di sini aja deh, nasi katsu, mau?"

"Boleh..."

"Oke—Lis, temenin ya, jangan sampe itu anak bertiga ngapa-ngapain pacar gua." Kali ini nada bicara Tay agak ditinggikan, sengaja, agar tiga orang yang sedari tadi menatap kekasihnya dengan pandangan tidak enak bisa sadar jika perilaku mereka benar-benar kekanak-kanakan!

Right From The Start ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang