The Untold Story

1.2K 63 26
                                    

Teruntuk Off Jumpol—Major! OffNew!

p.s: bacanya bisa sambil denger lagu Afgan - Ku Dengannya Kau Dengan Dia

---

Seorang lelaki dengan wajah datarnya memerhatikan dua orang yang sedang berdebat di hadapannya. Hari ini kebetulan salah satu Universitas besar di kota mereka mengadakan Uji Coba Ujian Tertulis Berbasis Komputer yang nantinya akan digunakan dalam rangka seleksi masuk perguruan tinggi—karena teman-teman dekatnya di sekolah hampir semuanya ikut, Off Jumpol Adulkittiporn akhirnya mengekor jejak mereka.

Walau, dalam hati agaknya enggan.

Hari libur Off akan lebih sering dihabiskan bersama dua teman dekatnya sejak kecil—Arm dan Tay, tetapi untuk satu hari ini akan ia gunakan untuk menuju Off yang lebih serius mengejar masa depan.

Namun, detik ini—di saat proses antre daftar ulang, dengan keadaan kaki pegal dan keringat yang mengucur—perhatiannya tidak luput dari dua orang di barisan sebrang. Sepasang lelaki dengan tinggi yang berbeda tengah berdebat tanpa henti. Suara yang dikeluarkan memanglag kecil, tetapi lantaran posisi Off yang tak jauh dari mereka, ia bisa mendengar dengan jelas apa yang menjadi pembahasan serius—yang membuat salah satunya mengerutkan kening dengan mata penuh ambisi.

"New, jangan gitulah, kan gue bilang, lo pasti bisa kuliah. Lagian banyak beasiswa juga. Nanti gue bilang Mama deh buat ngeluarin beasiswa khusus pelajar juga, lo daftar aja." Lelaki dengan tubuh yang lebih kecil menatap penuh harap pria manis di sampingnya. Seolah memohon dengan sangat agar temannya—yang Off asumsikan begitu—berhenti mengucapkan kalimat-kalimat yang memang agak kurang mengenakkan untuk didengar.

Entah, Off mungkin merasa... iba?

Karena...

"Ya, gue juga mau Tap kalo kuliah mah, tapi nanti Ibu gimana? Gue harus kerja juga, kan. Biaya kuliah juga gak murah ditambah pengobatan Ibu, belom lagi kalo disuruh beli buku ini itu segala macem. Bahkan gue nggak yakin bisa bayar pendaftaran tesnya besok?—cari kerja udah mentok di pilihan terakhir."

Anak itu memilih sang ibu dibandingkan melanjutkan pendidikan. Kalimatnya terdengar sangat tulus—hingga membuatnya tertampar dan merasa malu ketika mengingat bagaimana perlakuannya terhadap wanita yang telah melahirkannya tersebut.

Anak bungsu Adulkittiporn itu kemudian menghela napas—lalu tak lama menolehkan kepala ke arah dua insan di sana dan menunjukkan kekehannya—sebab tanpa sengaja menatap wajah manis lelaki satunya yang terkejut.

"Anjir kayak mau ciuman." Gumam Off ketika lelaki dengan panggil 'Tap' tadi mendekatkan wajahnya pada pria manis tersebut—sangat dekat.

Namun, kalimat yang dilontarkan lelaki dengan tingkah anehnya tadi—membuatnya mematung. Off entah bisa melihat bagaimana persahabatan dua orang tersebut—dengan miliknya, Arm, juga Tay—uhm... mirip?

Murni, tulus, dan... saling menguatkan satu sama lain. Selalu penuh dengan dukungan.

Off senang bisa bertemu dengan yang lain.

"Ada gue. Berkali-kali gue bilang New, ada gua. Lo punya gua. Asal lo mau berusaha, pasti ada jalan. Gue bantu. Gue bener bantuin sampe akhirnya lo bisa masuk jurusan yang lo mau."

Off memalingkan wajah ketika pria yang diberi wejangan macam-macam—melirik ke arahnya—mungkin tanpa sengaja. Tak ingin membuatnya risih, Off memutuskan untuk pergi dari barisan tersebut, meninggalkan sementara teman-teman sekolahnya dengan alasan yang seketika muncul dalam otak.

"Oi, gue ke kamar mandi dulu, ya. Ada yang mau nitip minuman nggak sekalian?"

---

Right From The Start ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang