Should I?

866 119 7
                                    

Tay bergegas turun dari mobilnya, "Eh Mas Tay! Mau ke mana?!" Wawan pun memutuskan untuk turut ikut mengikuti langkah tuannya.

Kaki Tay berhenti tepat di belakang tubuh New, tetapi Toptap adalah orang pertama yang menyadari keberadaannya, "Lah? Tay? Ngapain di sini?" Lelaki manis itu bertanya dengan raut wajah keheranan.

New yang sedari tadi asyik mengobrol dengan Mike, pacar Toptap, langsung mematung, 'Tay?' Batin lelaki itu, dia dengan cepat membalikkan badannya.

"New... kamu ngapain?" Tanya Tay.

"Lo sendiri ngapain di sini?" Dahi New berkerut heran.

"Jawab pertanyaan aku dulu. Kamu ngapain di sini?" Kali ini nada bicaranya berubah, menjadi lebih tinggi dan penuh penekanan, seolah menuntut jawaban dari sang lawan bicara. Wawan yang berada tepat di belakang lelaki itu langsung mengusap punggung Tay, mencoba menenangkan pria itu.

"Ya gua ngapain lagi kalo bukan balapan?" New menjawab dengan santai.

"Kamu... ikut ginian?"

"Iya."

"Kamu tau kalo ini illegal? Gimana kalo tiba-tiba ada polisi dateng terus nangkep kamu?"

"Beberapa polisi bahkan udah kenal sama gua karena masalah yang sama. Mereka udah nggak bakal heran lagi. Jadi, dari pada lo bengong doang di sini, lo pulang sana. Ini bukan tempat lo." New mengusir pria itu pergi dari tempat ini, tempat yang sejujurnya lelaki manis itu tidak ingin datangi seumur hidupnya.

"Jadi, yang dibilang Gun bener? Kamu yang ketangkep kemaren? Gossip tentang kamu aku rasa udah menyebar luas, New. Mending kamu juga cepet-cepet keluar dari tempat ini sebelum akhirnya orang Universitas tau dan kamu di DO." Nada bicara pria itu mulai terdengar khawatir, ia tidak ingin masa depan lelaki manis di depannya hancur hanya karena hal sepele seperti balap liar.

"Ya terus kalo gossip tentang gua kesebar luas kenapa? Ini hidup gua, nggak ada urusannya sama lo."

"Ada."

"Ap—oh, lo malu karena ngejar-ngejar cowok nakal yang suka balap liar kayak gua? Gua udah sering banget peringatin lo buat berhenti ngikutin gua, tapi lo-nya batu." New pergi dari hadapan Tay menuju motornya yang diparkir di depan garis start, Toptap dan Mike mengikuti lelaki itu di belakangnya.

Tay tidak menyerah, dia menggamit lengan New kuat, "New, kali ini aja dengerin aku, aku beneran nggak mau kamu kenapa-kenapa, lagian ini bahaya banget. Pulang aja, ya?"

Lelaki manis itu dengan cepat menghempaskan lengannya dalam cengkraman tangan milik Tay, "Nggak usah atur-atur hidup gua, emang lo siapa, sih, anjing!"

Tay mematung, ini memang bukan pertama kali New bersikap kasar padanya, tetapi setiap kali lelaki itu melakukannya, hatinya benar-benar terasa nyeri. Tay tidak ingin menyerah, dia mecabut kunci motor lelaki manis itu, "Pulang."

"Apaan sih, Tay? Balikin nggak!"

"Pulang, New. Ini acara nggak jelas, kamu bisa kenapa-kenapa di sini." Tay bersikeras membuat lelaki itu membatalkan niatnya untuk mengikuti balap liar malam ini.

"Balikin Tay! Lo nggak ada hak buat ngatur-ngatur hidup gua!"

Tay memohon, "New, aku cuma khawatir sama kamu. Bisa dengerin aku sekali aja nggak? Sekali ini aja. Pulang."

"Balikin sebelum gua pake cara kekerasan, ya!" New masih mencoba merebut kunci motornya dari tangan lelaki berkulit tan itu.

Toptap dan Mike yang sedari tadi terdiam melihat interaksi dua orang itu akhirnya turun tangan, "Tay balikin aja sih kuncinya New. Toh, dia udah biasa ikut ginian." Toptap bersuara, sejujurnya dia juga ingin New pulang. Mengikuti perintah Tay, tetapi karena Toptap sangat tahu bagaimana kondisi New saat ini, dan memang hadiah berupa uang yang ditawarkan kepada pemenang di sini sangat menggiurkan, Toptap tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Right From The Start ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang