Hug

968 80 21
                                    

Warning! Violence

---

New menghempaskan empat tangan yang menahan tubuhnya, lalu dengan cepat melayangkan pukulannya pada masing-masing pria di sana, pipi, dada, perut. Karena Johan dan Doni tidak siap dengan langkah si manis tadi, keduanya terjembab dengan keras pada tanah basah bekas hujan.

"Akh! Anjing—New bangsaaaat!"

"Heh! Lo mau ke mana bocah?! Jangan kabur lo anjing!"

Tanpa menghiraukan perkataan Johan dan Doni, anak itu pergi berlari menuju Alice di hadapan Satria, yang belum juga menyadari bahwa dua rekannya telah tumbang akibat serangan yang dilayangkan oleh New. Mata lelaki itu melirik ke arah tumpukan kayu guna renovasi café mereka, mengambilnya sebongkah dan dengan segera diarahkan pada tengkuk pria yang membelakanginya.

Bugh!

"Argh!" Lolongan Satria akibat rasa sakit yang mendera bagian belakang tubuhnya terdengar, ia jatuh berlutut dan dengan cepat mengarahkan pandangannya ke belakang.

"Alice, lari, buruan!" Tangan New digunakan untuk menarik kekasih Arm tersebut, dibawanya menuju motor yang kuncinya masih menyantel di sana, lalu menyalakannya dengan tergesa serasa diburu waktu.

"Naik."

"T-tapi—"

"NAIK ALICE, BURUAN!" Tubuh yang lebih kecil tersentak kaget dan tanpa bantahan tambahan perempuan tersebut menaiki motor New sembari sesekali menengok ke belakang, memastikan bahwa tiga orang di sana tidak mengikuti arah jalan mereka.

"NEW! LO MAU KE MANA BANGSAT?!—AWAS LO YA! LIAT BESOK!"

Teriakan itu masih terdengar seiring dengan menjauhnya motor dengan lokasi. New menancap gasnya, melaju secepat yang dibisa agar orang-orang itu tak mampu untuk menyusul. Masih tak tentu arah hingga melupakan eksistensi Alice yang mencengkram kaus bagian kanan dan kirinya erat-erat.

---

"So... is that the reason why you work in two places in a day?" Keduanya tengah berhenti di salah satu warung yang menyediakan berbagai macam makanan serta minum. Memesan dua gelas teh hangat untuk meredakan rasa dingin yang tiba-tiba menerpa. Alice memandang lelaki di hadapannya, penuh iba.

Entah, Alice selalu mempunyai soft spot tersendiri jika menyangkut sahabat-sahabatnya. Ketika Gun dan Off hampir putus waktu itu, ia yang coba meredakan amarah keduanya. Bahkan ketika Singto dan Krist sedang dalam masa-masa penuh kebencian akibat berkurangnya komunikasi, ia yang tak gentar menjadi perantara.

Ia hanya... ingin melihat teman-temannya berbahagia.

Karena ia pun pernah merasa kehilangan, untuk itu, sebisa mungkin ia akan menjaga mereka semua. Kali ini, giliran New yang ia dengarkan. Namun, rasanya agak sulit, ya. Mengingat kemarin malam, Arm berkunjung untuk sekedar memeluknya. Menangis keras di atas bahu, menumpahkan segala rasa sedih yang timbul akibat sahabat kecilnya yang tengah dikecewakan oleh penentu bernama garis hidup.

Bahkan tanpa Arm menjelaskan dengan gamblang pun, Alice tahu bahwa cerita tersebut menyangkut Tay dan New.

New terkekeh pelan, "Mereka bilang apa ke elo, Lis?"

Alice mengerutkan kening, bagaimana bisa seseorang dengan wajah penuh luka lebam masih bisa terkekeh hanya karena ditanya tentang pekerjaan?

"Mereka... minta uang dan ngira kamu pacar aku."

Lelaki manis di hadapan Alice kemudian memutar kedua bola matanya, malas. Bisa-bisanya? Mana mau perempuan cantik di hadapannya kini bersanding dengan ia yang notabene tak menarik. Kekasih asli dari gadis tersebut bahkan parasnya lebih menawan lagi.

Right From The Start ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang