Part 18

44 25 2
                                    

» «

Aldo, Anisa, Ali, dan mama sedang berkumpul di meja makan. Mereka menunggu Verlita untuk turun. Namun, nihil. Mama kemudian menyuruh Aldo untuk memanggil Verlita karena sejak kemarin, mamanya memang tak melihat Verlita.

Aldo kemudian berjalan menuju kamar Verlita. Ia pun mengetuk pintu. Namun, tak ada jawaban dari dalam. Akhirnya, ia membuka pintu tersebut dan melihat Verlita sedang tidur di kasurnya.

"Ver?" Panggil Aldo lembut. Namun, setelah tiga kali Aldo memanggilnya, Verlita tak bergeming. Ia pun menggoyangkan tubuh adiknya itu. Namun, adiknya tidak juga membuka mata.

Aldo segera membopong Verlita. Ia menuruni anak tangga dengan cepat. Mama, Nisa, dan Ali terkejut melihatnya.

"Kak Nis, cepet siapin mobil!" Ucap Aldo.

~ - ~

"Dok, gimana keadaan anak saya?" Tanya mama, khawatir terjadi sesuatu kepada Verlita.

"Anak ibu dehidrasi. Apa anak ibu tidak makan selama beberapa hari ini?" Ujar dokter.

"Iya dok, sekitar 2 hari." Jawab mama.

"Oh pantesan. Anak ibu ini kekurangan cairan, hal ini biasanya terjadi kalau anak tidak makan dan minum. Mungkin, ada masalah di rumah bu?"

"Terus itu kenapa dia masih belum sadar dok?"

"Ya itu bu, mungkin karena dia stress dan kecapekan.

"Jadi, gimana dok?"

"Anak ibu lebih baik diopname agar bisa kami pantau."

Setelah mendengar perkataan dokter, mama kemudian diminta untuk mengikuti dokter ke ruangannya untuk diresepkan obat, serta membayar biaya pengobatan di resepsionis.

Aldo dan Ali melihat Verlita yang masih belum sadarkan diri. Mereka memegang tangan Verlita.

~ - ~

Sudah tiga hari lamanya Verlita tak masuk sekolah. Caca tidak tau kenapa dia tidak masuk. Caca merasa sangat khawatir. Ia kemudian, menemui Angga di kelasnya.

"Ngapa Ca?" Ucap Angga dingin.

"Ga, Verlita mana? Udah 3 hari ga masuk sekolah." Tanya Caca dengan wajah khawatirnya.

Hah? Ga masuk 3 hari? Batin Angga. Angga memang tidak menghubunginya seminggu ini karena ia tau Verlita tidak ingin diganggu, maka dari itu Angga menunggu Verlita menghubunginya lebih dulu.

"Ga tau gue." Ucap Angga sambil pergi kembali ke kelas, meninggalkan Caca.

Caca khawatir dengan Verlita. Ia juga sudah berusaha menghubunginya. Namun, walaupun bunyi tut tut di sana, tanda tersambung, tetap tak ada jawaban dari Verlita.

~ - ~

Setelah mendengar perkataan Caca, Angga segera menelpon Verlita. Namun, karena tak kunjung terjawab, Angga pun pergi dari kelasnya dan menuju rumah Verlita.

"Ga mau kemana?" Tanya Dicky, teman sekelasnya.

"Cabut. Izinin." Jawab Angga sambil menepuk pundak Dicky dan berlari menuju tempat parkir.

Ia pun mengenderai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia juga tak henti-hentinya menghubungi Verlita. Namun, nihil. Tak ada jawaban dari Verlita.

Sesampainya di rumah Verlita, Angga melihat pagar rumahnya terkunci rapat. Ia memencet bel di dekat pagar, berulang-ulang kali. Namun, tetap tak ada jawaban dari dalam. Akhirnya, Angga kembali ke mobil, tak tau harus pergi kemana untuk menemukan Verlita.

~ - ~

Aldo tertidur di samping ranjang rumah sakit. Ia melihat Verlita masih belum sadarkan diri. Getara ponsel Verlita yang ada di tasnya, membuatnya sedikit terkejut, pasalnya rumah sakit tersebut sangat sepi dan ia hanya sendiri menemani Verlita kala itu. Hal tersebut membuatnya merinding. Ia segera mengambil ponsel Verlita dan pergi meninggalkan adiknya itu.

"Buruan sadar, gue takut nih!" Ucap Aldo sambil mengacak rambut adiknya yang belum membuka matanya itu.

Ia mengambil ponsel Verlita yang tak henti-hentinya bergetar. Kemudian, keluar dan duduk di depan kamar 501, kamar tempat Verlita diopname. Ia melihat nama Angga tertera di ponsel Verlita.

56 missed voice call from Angga

122 new messages from Angga

Aldo kemudian menghubungi Angga dan dengan cepat Angga menjawabnya.

"Halo? Ver! Lu kemana aja sih?! Gue khawatir tau ga?" Ucap Angga menggebu-gebu.

"Kalem kalem. Kalo mau ketemu Verlita langsung aja ke alamat yang gue kasih." Balas Aldo dan segera mengakhiri panggilan.

~ - ~

Setelah mendapat pesan dari Aldo, Angga segera melajukan mobilnya menuju alamat yang tertera di sana. Sesampainya di alamat tersebut, ia terkejut karena masuk ke area rumah sakit.

Hah? Siapa yang sakit? Batin Angga sambil mencari tempat yang pas untuk memarkirkan mobilnya. Setelahnya, ia berlari menuju kamar yang sesuai dengan pesan yang Aldo kirim.

Sesampainya di koridor kamar Verlita, Angga melihat Aldo di sana. Ia pun segera menghampirinya dan melihat Verlita dari kaca pintu kamar, sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit.

~ - ~

Setelah membeli buah-buahan segar, Angga segera masuk ke kamar Verlita dan melihat dia sedang bersenda gurau dengan Aldo. Mama, Nisa, dan Ali pun juga ada di sana. Angga pun menundukkan kepalanya dengan sopan dan berjalan mendekati Verlita.

"Nih, buah." Ucap Angga sambil meletakkan buah di atas meja.

Mama yang merasa Angga terlihat sangat sungkat, segera menyuruh Nisa, Aldo, dan Ali keluar dari kamar, meninggalkan Angga dan Verlita berdua.

"Kenapa bisa sakit sih?" Tanya Angga setelah keluarga Verlita keluar.

"Ya bisa lah." Jawab Verlita asal. "Lu ga sekolah? Sekarang kan masih jam sekolah." Lanjut Verlita sambil melirik jam di dinding.

"Cabut gue, demi lu." Goda Angga.

"Apaansih." Balas Verlita. Ia tak tau sejak kapan dirinya selalu salah tingkah ketika Angga menggodanya.

"Eh besok mau dibawain apa?" Tanya Angga.

"Apa aja." Jawab Verlita cuek.

"Gue bawain bokap nyokap gimana? Mau ngelamar ceritanya." Ujar Angga sambil tertawa kecil.

Verlita tau bahwa Angga hanya bercanda, tapi entah kenapa pipinya terasa panas dan tanpa ia sadari pipinya mulai memerah. Namun, untungnya Angga tak melihat Verlita yang sedang blushing karena sibuk mengupas buah untuknya.

-
-
-

thank you sudah mampir dan membaca ya!

keep healthy! jangan lupa patuhi protokol kesehatan ya!

see u next chapter!

Waiting You ("Menunggumu" REMAKE) · [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang