Part 20

46 25 0
                                    

» «

Setelah 5 hari berada di rumah sakit, hari ini Verlita akhirnya masuk sekolah. Ia berangkat bersama Angga yang sejak pukul 06.00 telah berada di rumahnya, sampai-sampai dia sarapan bersama keluarga Verlita.

Verlita memasuki kelasnya dengan mengenakan hoodie dan memasukkan tangannya ke dalam saku hoodienya. Teman sekelasnya pun ikut senang Verlita bisa kembali mengikuti pelajaran. Verlita segera menuju tempat duduknya dI pojok kelas, bersama Lala. Caca yang melihatnya, segera menghampirinya.

"Ver lu kemana aja sih? Gue khawatir." Ujar Caca dengan wajah khawatirnya.

"Cih." Verlita berdecak kesal sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain, selain Caca. "Bukannya lu seneng ya kalo gue ga masuk?" Lanjut Verlita sambil menatap Caca. Caca tak tau mengapa saat itu tatapan Verlita, tak sehangat dulu, ada kebencian di sana.

"Ver? Lu kenapa sih? Gue kan bilang, kalo gue ada salah bilang ke gue, jangan kek gini, Ver. Denger---"

"Udah deh Ca! Gausah ngajak tengkar. Gue lagi ga mood ngomong sama lu, mending lu pergi." Ucap Verlita yang menjadi perhatian semua teman sekelasnya karena tak sadar meninggikan suaranya. Caca yang mendengar dan melihat wajahnya, terdiam sejenak, dan pergi setelahnya. Namun, sebelum pergi ia menyodorkan sekotak roti dengan selai coklat kepada Verlita.

"Nih, La. Lu belum makan kan? Makan aja gapapa." Ucap Verlita sambil menyodorkan kotak tersebut kepada Lala.

"T-tapi Ver--"

"Udah makan aja."

Caca sangat terpukul melihat Verlita melakukan hal tersebut. Ia jelas tidak mau diperlakukan seperti itu oleh Verlita. Ia tak mau menjadi orang asing bagi Verlita. Caca masih tak tau dimana letak kesalahannya.

~ - ~

Saat ini, Caca bersama Adit di rumah kekasihnya itu. Mereka sedang mengerjakan tugas bersama. Namun, Caca sangat tidak konsentrasi, pikirannya terus memikirkan dimana letak kesalahannya terhadap Verlita, hingga Verlita menjauhinya. Adit yang melihat Caca termenung, memegang tangannya. Hal tersebut membuat Caca tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arah Adit.

"Kenapa Ca?" Tanya Adit lembut.

"Dit.. Verlita kenapa ya?" Ujar Caca dengan wajah khawatirnya.

"Dia masih ngejauhin kamu?" Ucap Adit.

"Iya.. Kamu liat sendiri kan tadi di kelas?" Ucap Caca. "Apa mungkin dia tau ya kalo kita pacaran?" Lanjutnya.

Adit menyelipkan rambut Caca ke belakang telinganya, seraya berkata "Ca, ngga usah mikir yang ga terjadi. Emang Verlita tau dari mana? Kan cuma ada kita hari itu. Lagian, kalo misalnya dia tau, kamu harus yakinin dia kalo ini di luar kendali kamu." Kata Adit meyakinkan Caca. Adit kemudian memeluknya. "Udah gausah galau mulu, kan ada aku. Kamu ngga sendiri." Lanjut Adit sambil mengelus kepala Caca yang berada dalam dekapannya.

~ - ~

"Ga, mau kemana sih?" Ucap Verlita yang sedari tadi tak henti-hentinya menanyakan hal itu kepada Angga. Pasalnya, sore itu Angga tiba-tiba datang menjemputnya dan mengajaknya keluar.

"Ada deh." Jawab Angga sambil memperlihatkan senyum manisnya. Verlita hanya berdecak kesal.

Beberapa menit, mereka pun sampai di tempat yang Angga tuju. Angga membawa Verlita ke taman coklat. Sesuai namanya, taman itu dipenuhi dengan berbagai jenis coklat. Verlita takjub melihat taman tersebut, matanya berbinar-binar, sangat senang. Angga yang melihatnya, juga turut tersenyum.

Di tengah taman tersebut, terdapat coklat yang mengalir berbentuk air terjun. Para pengunjung dapat mengambil segelas coklat secara gratis di sana. Banyak para penjual coklat mengenakan kostum sesuai dengan brand dari coklat tersebut. Verlita berlarian, sungguh surga sekali bagi dia.

"Sumpah Ga. Gue ga pernah tau ada tempat kaya gini, di sini." Ujar Verlita sambil mengambil beberapa coklat.

"Elu sih, di rumah mulu." Balas Angga yang hanya dibalas sengiran oleh Verlita.
Ketika Verlita menoleh ke arah kanan, ia melihat sebuah monumen coklat di sana. Ia segera mengajak Angga ke sana.

"Ga, fotoin gue di sini." Ujar Verlita sambil menaiki tangga menuju monumen tersebut. Tetapi, karena tali sepatunya yang terlepas, Verlita hampir terjatuh ke belakang. Namun, Angga dengan cepat menangkapnya. Dulu, Angga sering melakukan hal tersebut. Tapi, saat itu Verlita tak merasakan apa pun. Entah mengapa, saat ini tubuhnya merasakan getaran dan jantungnya serasa berdetak lebih cepat. Verlita mematung melihat wajah Angga yang dekat dengannya. Verlita tak tau mengapa hari itu wajah Angga terlihat lebih tampan dari sebelumnya.

Angga yang melihat Verlita mematung, mulai menggodanya. Ia tersenyum sambil matanya tetap menatap mata Verlita. "Pegel nih gue." Ucap Angga, mendengar hal itu Verlita segera berdiri dengan tegak.

"E-elu sih!" Ujar Verlita sambil mendorong kecil tubuh Angga. Ia salah tingkah.

"Kok gue sih?" Ucap Angga heran.

"Y-ya elu lah! Pake ditangkep segala! Modus banget sih lu!" Balas Verlita yang matanya tak berani melihat mata Angga. Angga semakin melebarkan senyumannya, ia tau Verlita sedang salah tingkah.

Angga kemudian sedikit membungkukkan badannya dan melihat wajah Verlita yang sedang tertunduk dari bawah. Wajahnya memerah. "Salting nih?" Ucap Angga dengan posisi tersebut. Verlita melihat ke arahnya dan segera berlari menuju monumen tersebut.

"Fotoin cepet!" Ucap Verlita yang tak mau terus-terusan terlihat salah tingkah di depan Angga. Angga kemudian memotretnya. Namun, di potretan ketiga, ia memberikan ponselnya ke orang lain. Setelahnya, ia berjalan ke arah Verlita. Verlita bingung melihatnya.

"Mau ngapain lu? Buruan fotoin gue." Ucap Verlita yang melihat Angga berdiri di dekatnya. "Heh, mau nga---"

"Ssst." Ucap Angga sambil melihat ke arah Verlita. "Mbak, dihitung ya." Lanjut Angga kepada seorang perempuan yang sudah siap memotret mereka berdua.

"Oke, 1, 2, 3." Ucap orang tersebut. Pada hitungan ketiga, Angga langsung merangkul Verlita. Verlita tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia menoleh ke arah Angga yang sedang memperlihatkan gigi putihnya ke arah kamera.

"Liat ke kamera, jangan liatin gue, ntar jatuh cinta." Ucap Angga menggoda Verlita.

"Idih!" Balas Verlita sambil meninju perut Angga dengan sikunya. Ia segera pergi meninggalkan Angga dI tempat.

Angga kemudian, mengambil ponselnya. "Makasih mbak." Ucap Angga dengan wajah datarnya. Namun, kelakuannya akan menjadi topik pembicaraan di circle perempuan yang memotretnya tadi.

"Ver, tunggu!" Teriak Angga sambil berlari mengejar Verlita.

-
-
-

terimakasih sudah mampir dan membaca ya gais!

keep healthy! jangan lupa patuhi protokol kesehatan ya!

see u next chapter!

Waiting You ("Menunggumu" REMAKE) · [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang