Part 27

45 23 0
                                    

» «

Semalaman Angga tak bisa tidur, memikirkan jawaban yang akan Verlita berikan. Alhasil, kelopak matanya sedikit menggelap. Namun, hal itu tak memudarkan ketampanannya.

Setelah mandi, ia segera berganti pakaian. Ia memakai kaos putih bersih berlengan pendek dengan kemeja broken white sebagai luarannya dan celana pendek berwarna khaki. Ia kemudian, sedikit merubah style rambutnya. Setelahnya, ia menyemprotkan perfume dengan wangi mint kesukaannya.

Angga menuruni anak tangga dan menghampiri asisten rumah tangganya, Zulaiha yang berada di dapur.  Zulaiha yang akrab dipanggil Bibi Ju oleh Angga, sedang mencuci piring di sana. "Bi gimana? Angga ganteng ga?" Ucap Angga sambil berputar di depan ART nya itu.

"Woah.. Den Angga ga pernah ngecewain." Ujar Bibi Ju sambil mengacungkan dua jempolnya.

"Mau ketemu cewe ya Den?" Lanjut Mbok Ju.

"Iya dong, yang pernah Angga ajak ke sini Bi. Cantik ga?"

"Oalah.. Yang waktu itu? Aduh, itu mah cocok banget atuh sama Den Angga."

"Doain Bi." Ujar Angga sambil berlalu pergi dari dapur.

Angga gugup setengah mati. Ia menuju basement rumahnya, memilih mobil mana yang akan ia gunakan hari ini. Ia memilih BMW 7 Series Sedan, salah satu mobil favouritenya.

Angga kemudian, memasuki mobilnya. Ia segera menancapkan gasnya, menuju rumah Verlita. Ia pasrah apa pun jawaban Verlita.

~ - ~

Aneh sekali bagi Verlita merasakan gugup ketika bertemu Angga. Biasanya, ia akan berpenampilan apa adanya. Tapi, sekarang ia malah membongkar seisi lemarinya karena baru menyadari tak ada satu pun pakaian feminin di sana. Nisa memasuki kamarnya terkejut karena kamar Verlita sudah seperti kapal pecah.

"Ver lu ngapain? Mau pindahan?" Tanya Nisa dengan herannya.

"Kak.. Tolongin gue, please." Ujar Verlite sambil menyatukan kedua tangannya di depan dadanya.

Verlita kemudian menceritakan apa yang akan ia lakukan hari ini. Nisa terkejut karena Adiknya itu persis seperti dirinya dulu. Ia juga tak menyangka Adiknya memikirkan penampilannya sekarang.

Nisa segera mengajak Verlita ke kamarnya. Ia membukakan lemari dan memperlihatkannya kepada Verlita. Mata Verlita berbinar-binar melihat betapa banyak dan bagusnya baju milik Kakaknya itu. Saking banyaknya, Verlita bingung memilih yang mana.

Akhirnya, Nisa memilihkan sebuah casual dress berwarna cream. Ia kemudian, merias Adiknya itu dengan make up senatural mungkin. Setelahnya, Nisa juga mengurai rambut cantik Verlita dan merapikannya. Beberapa jam kemudian, Verlita pun telah siap.

"Gimana? Suka ga?" Tanya Nisa sambil melihat penampilan Adiknya itu.

"Gila! Kak Nisa hebat banget!" Ujar Verlita sambil memutar tubuhnya di depan cermin melihat betapa berbedanya dirinya.

"Thank you Kak Nisa!" Lanjutnya dan segera keluar dari kamar Kakaknya itu.

Verlita kembali ke kamarnya, melihat lagi dirinya di cermin. Kemudian, ia menyemprotkan perfume di lehernya. Setelahnya, ia segera beranjak keluar karena Mamanya berkata bahwa Angga telah ada di depan rumahnya. Ia sedikit berlari menuruni anak tangga. Sebelumnya, ia sempat mengintip di balik jendela kamarnya untuk memastikan ucapan Mamanya dan benar saja Angga telah menunggu di depan rumahnya, bersandar di mobilnya.

Verlita segera memperbaiki penampilannya sedikit. Kemudian, keluar dan berjalan ke arah Angga.

~ - ~

Angga telah sampai di depan rumah Verlita sejak 15 menit yang lalu. Namun, ia masih belum juga keluar dari mobilnya. Angga gugup sekali menghadapi hari ini.

"Ga. Lu ga mungkin ditolak. Oke?" Ujarnya memberi semangat pada diri sendiri. Sebelum keluar mobil, ia masih melihat dirinya di cermin.

Setelahnya, Angga pun keluar dari mobil. Ia berjalan menuju pagar rumah Verlita yang menjulang tinggi. Ia telah berada di depan pagar itu, tapi entah kenapa tangannya tak kunjung juga menekan tombol bel.

"Gue bilang apaan ntar yak?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Ver? Gimana? Yes for me? No, no, no. Terkesan alay. Oke.. Kalo gitu. Ver? Lu mau nerima gue? Nerima? Salah dah keknya. Hmm Ver? Apa jawabannya? Ahhh.. Terserahlah!"

Sebelum memencet bel, Angga sedang berlatih apa yang harus ia katakan nanti. Karena frustasi, akhirnya ia segera memencet bel dan menemui Verlita.

Beberapa menit kemudian setelah Angga memencet bel, Verlita membuka pagar rumahnya. Angga membeku melihat sosok yang ada di depannya. Sangat indah, anggun, dan cantik. Verlita tersenyum kaku di hadapannya.

"Ini kamu kan Ver? Bukan bidadari?" Ucap Angga yang tak percaya. Verlita salah tingkah hanya dengan ucapannya.

"A-apaansih lu!" Balas Verlita malu-malu.
Angga segera berlari menuju mobilnya, membukakan pintu untuk Verlita.

"Silahkan masuk, tuan putri." Ujarnya yang lagi-lagi mampu membuat Verlita salah tingkah.

"Mau kemana Ver?" Tanya Angga setelah mereka berdua berada di dalam mobil. Pasalnya, Angga bingung harus mengajak Verlita kemana lagi karena hampir seluruh tempat yang menjadi wishlist nya untuk mengajak kencan Verlita sudah ia kunjungi. "Ada rekomendasi tempat yang mau kamu kunjungi?" Lanjut Angga.

"Nggak tau, bingung." Jawab Verlita.

~ - ~

Angga dan Verlita memutuskan untuk pergi ke taman yang jarang orang tau, padahal taman itu sangat indah. Mereka tau taman tersebut setelah mencari tempat indah melalui ponselnya. Saat ini, Verlita sedang duduk di bangku taman, menunggu Angga yang sedang membeli es krim.

Beberapa menit kemudian, Angga pun datang membawa dua es krim. Ia memberikan es krim itu kepada Verlita. Sembari menjilati es krim masing-masing, mereka saling bertukar cerita. Sampai pada akhirnya, keheningan mulai melanda, hawa canggung pun sangat terasa. Saat itu lah, Angga mengambil kesempatan.

"Ver.. Gimana jawabanmu?" Tanya Angga terdengar takut.

"Jawaban gue nggak." Jawab Verlita tanpa ragu sedikit pun.

Angga terdiam. Tak tau harus bereaksi seperti apa, padahal dia sudah pasrah apa pun jawaban Verlita. Tapi, kenapa hatinya tetap terasa sakit seperti ini. Ia tak menyangka bahwa Verlita akan menolaknya. Dengan berat hati, Angga tetap memaksakan senyuman terukir di wajahnya.

"It's okay Ver. Gue anter pulang yuk." Ujar Angga dengan rasa sakit yang tak bisa ia jelaskan. Ia segera bangun dari duduknya, berjalan lebih dulu dari Verlita. Verlita mengikutinya dari belakang dan terkekeh melihat Angga.

"Ga, belum selesai." Ucap Verlita yang membuat Angga berbalik badan, nenghadap ke arahnya.

"Apanya? Semuanya udah selesai Ver, hehe. Gapapa kok." Ujar Angga sambil tersenyum yang dipaksakan.

"Maksud gue.. Gue nggak mau nyia-nyiain lu. Gue mau." Mendengar ucapan Verlita, Angga tak kuasa menahan rasa senangnya.

"Hah? Serius Ver?" Tanya Angga karena tak percaya dengan apa yang ia dengar. Verlita mengangguk sebagai jawabannya.

Angga segera berlari menghampiri Verlita, memeluknya erat sampai tubuh Verlita terangkat. Lalu, ia membawa Verlita berputar dalam dekapannya. Ia sangat bahagia.

"Ver, thank you udah kasih aku kesempatan. Aku janji bakal bahagiain kamu selamanya, aku mau hidup sama kamu sampai akhir hayat." Ujar Angga sambil memegang kedua lengan Verlita dan menatapnya dengan penuh kebahagiaan.

-
-
-

see u next chapter.

Waiting You ("Menunggumu" REMAKE) · [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang