Pukul dua belas malam dan Rose masih membuka kedua matanya untuk menonton drama sambil memakan tiga cup ramen instan beserta dimsum yang sudah ia beli tadi sore dan hanya tinggal dipanaskan saja.
Rose bukan pecinta drama akut tapi sejujurnya ia cukup tertarik dengan drama baru baru ini yang selalu bertema gelap dan mengangkat perihal hubungan toxic atau sisi gelapnya dalam menjalin sebuah ikatan pernikahan.
Meski terkadang ada adegan yang dilabeli dewasa tapi keseluruhan cerita mengangkat tema yang sangatlah sering terjadi dikalangan para remaja jaman sekarang.
Rose berdecak kesal dengan kelakuan sang pemeran utama pria yang sulit jujur pada diri sendiri atau lebih tepatnya tak ingin. Hal seperti itu sangat sering terjadi dan itu adalah hal bahaya menurut Rose karna perlahan ketidakjujuran seseorang pasti akan membunuh psikisnya dan meninggalkan bekas berupa mati rasa.
Tak akan mengenal yang namanya kasih sayang dan tak bisa membedakan perasaan orang lain yang tentu akan menyakiti perasaan mereka, terkadang akan sulit juga dalam hal menyampaikan perasaan kepada orang lain karna pada diri sendiri saja tidak pernah jujur dan yang paling parah mungkin akan sering merasa hambar ketika diberi kasih sayang.
"Itu hal yang ngga boleh ditiru ya! Bahaya kalo ngga mau jujur sama diri sendiri. Nyakitin batin, ck, dasar keras kepala. Padahal sekali kali meluapkan emosi itu butuh," Rose bergumam sendiri entah mengumpati sang pemeran pria atau dirinya sendiri beberapa tahun lalu.
Katakanlah bahwa Rose bodoh karna selalu sulit jujur dan tak mau meminta bantuan untuk apa yang ia rasakan. Ia selalu merasa bahwa semua hal akan bisa ia atasi atau bisa ia lupakan dimakan oleh waktu tapi nyatanya hal itu malah menyakiti psikisnya dan membuat Rose lelah secara batin maupun fisik.
Yah tapi itu kan beberapa tahun lalu sebelum Rose menarik kesimpulan bahwa ia perlu bergantung pada seseorang dan berbagi sedikit keluh kesahnya.
Rose mematikan laptopnya, beranjak untuk membuang tiga cup ramen yang sudah habis, menyimpan piring berminyak bekas dimsum ke wastafel lalu berjalan ke pantry untuk mengambil beberapa camilan.
Gadis itu kembali ke sofa ruang tengah vila, membuka ponsel dan menelpon seseorang yang sedari sore membuatnya khawatir.
Rose mengikuti jarum jam saat menunggu panggilan videonya diangkat oleh orang yang bersangkutan.
Saat panggilan itu diangkat dan memperlihatkan wajah kecapean seorang Jung Jaehyun yang terlihat mengerikan, Rose mendesah lega meski seterusnya ia langsung khawatir melihat keadaan Jaehyun yang jauh dari kata baik baik saja.
"Jae, are u okay? Kamu ngga skip makan kan?" tanya Rose menatap khawatir pada layar ponselnya yang menunjukan Jaehyun tengah rebahan sambil menutupi setengah wajahnya dengan selimut.
Jaehyun hanya terdiam disana, sebuah hotel berbintang yang jauh dari tempat Rose bersantai sekarang karna pria itu ada perjalanan bisnis ke luar Negri.
"Iya," suara serak Jaehyun membuat Rose menggigit pipi bagian dalamnya, andai saja ia bisa ikut.
Tapi hubungan keduanya sempat merenggang setelah game konyol dichapter sebelumnya terbentuk dan Jaehyun yang ngambek perihal Juyeon.
Sialan emang authornya - Rose
Rose hanya tak ingin Jaehyun mempunyai musuh, Rose kesal karna setiap ia mencoba membicarakan Juyeon yang sudah Rose anggap adik malah membuat Jaehyun cemburu buta dan berakhir mendiamkannya.
Kekanakkan ya?
"Jae, kamu kan udah setuju sama hal itu. Aku ngga nyuruh kamu buat nerima kalo Juyeon itu pacar kedua ku. Lagian aku ngga ada niat buat ngubah genrenya jadi harem kok,"
KAMU SEDANG MEMBACA
february hot news
Fanfictionbagi sebagian orang februari itu bulan yang romantis dan mengesankan dan Jaehyun termasuk kepada sebagian orang itu yang menyetujui bahwa februari adalah bulan yang mengesankan.