" FOURTEEN "

11.5K 1.2K 97
                                    

" FOURTEEN "










Haechan dan Jisung duduk di tepi ranjan milik Haechan tanpa ingin ada yang memulai obrolan di antara mereka.

Tok!

Tok!

Haechan, beranjak membuka pintu kamarnya saat mendengar ketukan dari luar.

"Den, nyonya besar menelfon katanya posel aden tak bisa di hubungi" ucap bibi.

"Uummm... nanti echan telfon eomma, ponsel echan kehabisan batre" ucap Haechan pada bibi.

Setelahnya Haechan kembali menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju kamar mandi tanpa perduli Jisung yang sedari tadi menatapnya.

"Hyung"

Brak!

Haechan, mengabaikan panggilan Jisung dan malah membating pintu kamar mandi dengan cukup keras.

Sedangkan Jisung memilih berbaring di ranjang Haechan sembari menunggu.

Cklek!

Pintu kamar mandi terbuka setelah hampir tiga puluh menit Haechan di dalam.

"Hyung"

"Pulanglah ini sudah larut malam" ucap Haechan.

"Aku akan pulang setelah Hyung mengatakan kenapa Hyung menghindariku" ucap Jisung.

Haechan, membalikan badannya menatap Jisung, "Kita batalkan pernikahan kita karena aku tak mau di sebut perusak hubungan orang di tambah kekasihmu yang sekarang sedang mengandung" ucap Haechan berusaha tetap tenang meski hatinya sangat sakit dan bibirnya ingin meneriaki Jisung.

"A-apa maksud Hyung"

"Sung~aaa... aku tak ingin melukai siapun termasuk kamu, jadi aku mohon pergilah" ucap Haechan mulai terisak kembali setelah dia menangis setengah jam di bawah guyuran air shower.

"Hyung, dengarkan aku dulu"

"Sung~aaaa aku mohon pergilah"

Dengan berat hati Jisung menuruti permintaan Haechan dan mulai beranjak keluar kamar meninggalkan Haechan yang sudah menangis untuk kesekian kalinya setelah pertemuannya dengan wanita yang mengaku kekasih Jisung.

- - -ooOoo- - -

"Oppa?"

Plak!

Wanita itu terdiam memegangi pipi kirinya yang mendapatkan tamparan cukup keras dari Jisung.

Ya, Jisung memilih menemui wanita yang membuat hubungannya dengan Haechan seperti ini.

"Apa maksudmu berkata kalau kau hamil anakku?"

"Maaf tapi aku tak tau harus meminta pertolongan pada siapa? Cowo ku tak mau tanggung jawab" ucapnya membuat emosi Jisung semakin menjadi.

Bisa-bisanya wanita itu datang lagi padanya setelah hampir dua tahun menghilang, dan kini dia kembali mencarinya saat sudah berbadan dua dan lelaki yang menghamilinya tak mau bertanggung jawab.

"Lalu apa urusannya denganku? bahkan aku tak pernah menyentuh tubuhmu sedikitpun" ucap Jisung.

"Oppa, aku tau kau orang baik, jadi tolong bantu aku" ucapnya menatap Jisung dengan tatapan memohon.

"Aku gak bisa"

"Kenapa? bukankah dulu Oppa bilang aku boleh meminta bantuan pada Oppa jika aku butuh bantuan? sekarang tolong bantu aku"

"Aku bilang gak bisa ya gak bisa, memang aku pernah bilang cari aku jika butuh bantuan, tapi ini beda... kau hamil dan aku gak mungkin nikahin kamu saat aku masih sekolah dan yang terpenting itu bukan anakku, jadi cari lah cowo yang menghamilimu" ucap Jisung sambil melenggang pergi meninggalkan cewe itu.

"Apa ini karena lelaki itu? aku akan buat perhitungan denga-"

Plak!

Jisung, yang belum benar-benar pergi segera membalikkan badannya dan menampar cewe itu.

"Jangan temui dia lagi apa lagi berani menyentuhnya" ucap Jisung sambil menyekik itu cewe.

"Ck! k-kau kira ak-ku takut?" ucapnya seolah menantang Jisung.

Jisung, melepaskan cekikannya dan tersenyum remeh "Coba aja" ucap Jisung sebelum benar-benar pergi dari hadapan cewe ular bertubuh dewi itu.


                                             - - -ooOoo- - -

Dan di sisi lain Haechan kembali menangis setelah menghubungi eommanya yang ternya mengabari kalau project sang Appa belum selesai dan mungkin akan meninggalkan Haechan sampai bulan depan.

Haechan, menangis bukan karena di tinggal eommanya, dia sudah besar wehh tak mungkin dia menangis cuma karena di tinggal eommanya. Haechan menangis karena di saat seperti sekarang tak ada teman untuk dia meluapkan isi pikirannya.

Tok!

Tok!

"Aden! di luar ada den Jisung"

Haechan, tak perduli dengan teriakan bibi dan tetap memilih berbaring di ranjangnya dengan menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

"Bi, biar aku saja" ucap Jisung.

Bibi itu mengangguk dan mempersilahkan Jisung mengetuk pintu kamar Haechan.

"Hyung~aaa"

Tok!

Tok!

"Haechan Hyung!!"

Jisung, mencoba membuka pintu kamar Haechan, namun gagal karena Haechan menguncinya setelah kepergian Jisung dari kamarnya.





                                               - - -ooOoo- - -

Uke kalau ngambek susah Sung.... Sabar ya. ☺️☺️

"MY PERFECT HUSBAND" {JiHyuck} END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang