" TWENTY-ONE "

9.1K 1K 70
                                    

                                     " TWENTY-ONE "







Jisung, kembali kerumahnya dan langsung menuju lantai atas untuk menemui JeJe.

Cklek!

"Haechan Hyung mana?" tanya JeJe yang sedang di suapi oleh bibi.

Jisung, tak menjawab dan langsung membereskan peralatan sekolahnya yang tadi ia tinggal begitu saja di meja.

"Selesai makan kita kembali ke apartement" ucap Jisung berjalan keluar kamar.

"JeJe mau Haechan Hyung!" teriak JeJe membuat langkah Jisung terhenti.

"Jangan sebut nama dia lagi"

JeJe, terdiam sesaat dan mulai terisak saat Jisung melarangnya untuk menyebut nama Haechan.

"Hyung jahat!" teriak JeJe langsung berlari keluar kamar bahkan melewati Jisung yang masih berdiri di depan kamar.

"Aden JeJe!" teriak bibi ingin mengejar JeJe namun di hentikan oleh Jisung.

"Biarin Bi, yang berasal dari jalanan biarkan kembali ke jalanan" ucap Jisung ketus..

"Tapi den"

"AKU BILANG BIARKAN YA BIARKAN!!" teriak Jisung langsung melenggang pergi meninggal bibi bahkan meninggalkan rumah.

                                            - - -ooOoo- - -

Sedangkan Haechan yang tadinya ingin keluar bersama Mark karena Mark memintanya untuk menemani memcari kado ulang tahun eommanya memilih membatalkan janji dan kembali masuk kedalam rumah.

Ya, sejak putusnya hubungan Haechan dan Jisung, Mark semakin berani mendekati Haechan dan keluarga Haechan membiarkan itu karena dirasa Mark bisa mengembalikan senyum anak mereka setelah hampir dua minggu Haechan murung karena memikirkan Jisung yang sudah jelas tak mengharapkannya lagi sampai-sampai membatalkan pernikahan mereka.

"Hyung" Mark menahan lengan Haechan yang akan masuk kedalam kamar.

"Mark maaf aku tak bisa menemanimu dan tolong tinggalkan aku sendiri" ucap Haechan melepas genggaman Mark.

Dan apa boleh buat, Mark pun melepaskan genggamannya dan membiarkan Haechan menyendiri di dalam kamar.

"Bajingan, ini semua karena bajingan Jisung" gumam Mark sambil mengepalkan tangannya dan berjalan pergi meninggalkan rumah Haechan.

Sedangkan Haechan sudah menangis di bawah bantal menyesali kebodohannya yang tak menghentikan Jisung dan membiarkan Jisung pergi dengan kesalahpahaman untuk kesekian kali.

Dddrrrttt...

Ddrrttttt...

Sungguh, Haechan ingin pada siapapun yang ada di dekatnya saat ponselnya bergetar tanda panggilan masuk di saat hatinya yang hancur berkeping-keping seperti sekarang.

Dddrrrttt...

Ddrrrtttt...

"Aaiissshhh!" kesal Haechan menghentikan tangisnya dan meraih ponselnya.

"Hallo?"

.....

Haechan, terdiam mencerna setiap ucapan seseorang di seberang sana.

"Makasih infonya" ucap Haechan sebelum memutus sambungan dan beranjak dari atas ranjangnya.

- - -ooOoo- - -

Dan di sisi lain Jisung yang baru sampai di apartemennya menjatuhkan tubuh jangkungnya ke atas sofa di ruang tv.

"AARRRGGGG..!!!! aku kita kau merasakan apa yang aku rasakan Hyung, ternyata kau malah bahagia dengan bajingan itu, AARRRGGG!!" teriak Jisung seperti orang kesetanan.

Cklek!

Perhatian Jisung teralihkan saat pintu apartementnya tiba-tiba terbuka.

Plak!

"Eomma!" terkejut Jisung saat tiba-tiba eommanya datang dan menamparnya dengan cukup keras.

"Apa yang kau lakukan Hah!?"

"Jisung tak melakukan apapun eomma" ucap Jisung takut, ya takut karena eomma Jisung tak pernah semurku itu pada Jisung sekalipun Jisung membuat kesalahan bahkan saat Jisung membatalkan pernikannya dengan Haechan.

Keluarga Jisung masih memaafkan meski mereka marah karena bagaimanapun itu hak Jisung untuk memilih pasangannya.

"Kau hampir membunuh anakmu kau bilang tak melakukan apapun" ucap Eomma sambil menarik telinga Jisung sampai Jisung meringis kesakitan.

Dan saat eommanya mengatakan kata anakmu di situ Jisung baru tersadar akan JeJe yang pergi keluar rumah dalam keadaan sakit.

"Dimana dia eomma?" tanya Jisung.

"Gak perlu tau dia sudah aman" jawab eomma.

Jisung, berlutut memohon "eomma beri tau Jisung di mana JeJe sekarang" ucap Jisung dengan wajah sedih membuat eommanya luluh karena bagaimanapun Jisung punya alasan kenapa semarah itu pada JeJe.

"Di rumasakit"

Mata Jisung terbelalak mendengar kata rumasakit, perasaannya di penuhi rasa bersalah dan ia segera bangkit dan menyambar kunci mobil.

Cup.

"Makasih eomma" ucap Jisung berlari keluar apartement meninggalkan eommanya.

Brak!

Eomma, Jisung menatap Jisung dengan tatapan malas saat melihat Jisung kembali masuk ke apartementnya.

"Eomma, JeJe di rawat di rumasakit mana?" tanya Jisung dengan nada pelan.

Ya, Jisung yang tadinya sudah berada di dalam mobil Haris kembali karena ia baru tersadar kalau ia tak tau JeJe di rawat di rumasakit mana karena rumasakit di Seoul tak cuma ada satu saja.

Plak!

"Mangkanya jangan asal cabut aja" ucap eomma "ayo kesana sama eomma, Haechan dan keluarganya juga ada di sana" lanjut eomma membuat Jisung terkejut dan malah terdiam.

"Heh! ayo" ucap Eomma menyadarkan Jisung.

Ya, jadi yang menghubungi Haechan tadi bibi Kim yang memberi tahu kalau JeJe kabur dari rumah dan Jisung melarangnya untuk mengejar JeJe padahal JeJe sedang sakit, karena khawatir dan tak tau harus berbuat apa, akhirnya bibi Kim menghubungin Haechan untuk meminta bantuan mencari JeJe.

Dan untungnya Haechan berhasil menemukan JeJe yang sedang terduduk lemas dengan wajah pucat di taman yang tak jauh dari rumah Jisung, Haechan sengaja mencari JeJe di sekitaran rumah Jisung karena ia yakin anak sekecil JeJe tak akan bisa jalan jauh dan benar saja dia menemukan JeJe.

JeJe, pingsan saat Haechan akan menghampirinya dan dengan sigap Haechan membawa kerumasakit sebelum akhirnya menghubungin eommanya dan eomma Haechan menghubungi eomma Jisung.

Ya, meski dua keluarga itu gagal menjadi besan tapi silaturahminya masih terjaga mangkanya Eomma Jisung dan Eomma Haechan masih berhubungan baik.

- - -ooOoo- - -

Cieekkk bakal pertemuan keluarga lagi nihhh....

"MY PERFECT HUSBAND" {JiHyuck} END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang