: kawand baca yang [Aramir-Friendzone] dulu yak baru ini. Oke!
-
-
-Sudah tiga bulan berlalu hubungan antara Mira dan Ara terikat. Dan selama itu pula belum tercium bau-bau keributan di hubungan mereka. Kalau kata Anin Rumah tangga idaman.
"Kalian udah pernah ribut belum?" Tanya Anin seraya meneguk es teh nya.
"Belum" geleng Ara.
"Kok belum sih? Udah tiga bulan dan kalian masih adem-adem aja? Gak asik"
Tak ada yang menjawab kekesalan Anin. Baik Mira, Dey, dan Ara hanya menanggapi hal itu dengan tawa nya. Mereka sudah biasa dengan sifat Anin itu.
"Nanti jadi cari buku nya?" Tanya Ara seraya memalingkan muka menatap Mira.
"Jadi" angguk Mira.
~~
Bell tanda pulang sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, namun baik Ara maupun Mira belum beranjak dari duduk nya. Keduanya masih sama-sama malas untuk keluar dari kelas.
"Kayaknya gue bakal sakit deh Mir" ucap Ara lesu dan kepala yang masih ia letakkan di atas meja.
Mira yang mendengar hal itupun langsung mengalihkan pandangannya dari Mew Suppasit yang selalu ia agung-agungkan itu pada Ara.
"Serius?" Tangan Mira bergerak cekatan mengecek suhu tubuh Ara.
"Iya sih agak anget, yaudah pulang aja yuk biar lo bisa istirahat yang cukup"
"Beli buku lo dulu lah"
"Ga usah, gue bisa sendiri. Dah yuk balik"
"Tapi gue udah janji mau nemenin lo"
"Lain kali masih bisa, sekarang yang terpenting itu kesehatan lo masalah buku bisa kapan aja"
"Udah ah ayo pulang" ajak Mira lagi dan Ara hanya mengangguk menyetujui.
Mira menggenggam tangan kanan Ara yang terasa lebih hangat dari biasanya dan berjalan secara perlahan.
"Mau nginep di rumah aku ga?"
"Kamu aja nginep di aku, gantian"
"Yah ga bisa kalo aku, mama lagi di rumah"
"Yaudah ga usah" Ara melepaskan genggaman Mira dan berjalan lebih dulu di depan Mira.
Mira berhenti di tempat dan mengamati bagaimana lucu nya Ara saat menghentak-hentakkan kaki nya itu.
"Ara gemes banget, untung udah jadi pacar" gumam Mira sebelum berlari mengejar Ara.
Mira menarik tangan kanan Ara dan berhasil menghentikan langkah Ara.
"Apa sih pegang-pegang, lepas!" Ara menghentakkan tangannya namun genggaman Mira jauh lebih erat.
"Apa sih sayang, jangan ngambek-ngambek ah"
"Ga usah sayang-sayang!"
Mira terkekeh melihat betapa gemasnya Ara saat ini. Tangan Mira meraih satu lagi tangan Ara yang menganggur, dan menghentakkan tubuh Ara kuat ke dalam pelukannya.
"Ih lepas!" Ara mendorong bahu Mira namun Mira malah semakin mengeratkan pelukannya pada Ara.
"Iya nginep, jangan marah ah. Tapi izin mama aku dulu yah"
"Ga usah, lepas. Gue mau pulang"
Ara berhasil melepaskan pelukan Mira dan melipat tangannya di depan dada dengan wajah kesal nya.
