Hari demi hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Isa semakin manja tetapi hanya saat mereka berdua alias di luar sekolah, Dika dengan suka hati memanjakannya.
Rencananya mereka akan pergi kencan. Karena semenjak mereka mempunyai hubungan yang langsung sebagai tunangan belum pernah kencan sama sekali.
Namun rencananya gagal, karena Dika jatuh sakit jadi Isa hanya pasrah dan merawat Dika. Isa sudah menyuruh untuk periksa ke dokter tapi Dika enggan untuk periksa lebih memilih di rumah katanya "nanti juga sembuh" hilih bicit, buktinya sudah beberapa hari sakit gak sembuh-sembuh.
Katanya.
Isa telaten merawat Dika, mengecek kondisinya, membuatkannya bubur, membelikan obat di apotek, dan lain sebagainya. Bahkan juga Izin tidak berangkat sekolah beberapa hari lalu.
"Dika..ini obatnya di minum"
Isa membawa Obat dan air putih menggunakan nampan ke kamarnya. Tetapi saat membuka pintu, ia melihat Dika sedang tertidur pulas dengan selimut menutupi tubuhnya. Isa tersenyum simpul. Meletakkan nampan berisi obat dan air putih di atas nakas dekat ranjang.
Ting..
Langkah Isa terhenti saat akan keluar kamar mendengar suara pesan dari handphone milik Dika. Isa mengambil handphonenya membuka pesan masuk. Belum sempat membaca, Dika sudah merebut handphonenya. Isa terkejut.
"Kamu sudah bangun? Emm..tadi ada pesan masuk, aku ingin membangunkanmu tapi tadi ku lihat kamu tertidur nyenyak. Maaf" entah kenapa kini Isa gugup seperti tertangkap basah.
"Ahh..tidak apa-apa, makasih sudah membawakan obat" ucap datar Dika sudah berposisi duduk tangan mengotak-atik handphonenya. Isa masih menundukan kepalanya merasa takut jika Dika marah.
Bukankah dulu Isa berani melawan Dika? Kemana Isa yang dulu?
"Kenapa menunduk terus? Maaf..kalo tadi bikin kamu kaget hm..maafin ya?" Dika menarik lengan Isa supaya berdekat dengannya. Dika memeluk pinggang Isa, Isa mengelus pucuk kepala Dika.
"Maafin ya?" Dika mendongak menatap Isa yang menunduk sehingga saling bertatapan. Isa mengangguk tersenyum, menundukan badannya mengecup kilat bibir Dika.
"Minum obatnya, aku mau bikin bubur" Dika mengangguk. Isa keluar kamar membuatkan Dika bubur.karena Isa baru sempat membuat bubur.
Isa membuat bubur mengikuti resep di google. Maklumin aja Isa cowok gak terlalu bisa masak, paling masak mie.
Menambahkan garam supaya rasanya tidak hambar. Isa mengaduk bubur biar matangnya merata.
"Isa, aku ada urusan penting, aku pergi dulu"
"Tapi kamu belum sembuh, setidaknya makan dulu!" Isa berteriak namun Dika lebih dulu berlari keluar apartemen. Isa juga mengejar Dika sampai ambang pintu membawa centong adukan bubur.
"Ck. Seberapa pentingnya tu urusan sih" kesal Isa menendang angin.
Isa menutup pintu apartemen, melanjutkan membuat bubur yang sempat tertunda. Dirasa sudah matang Isa mematikan kompor menunggu bubur agak dingin lalu ia masukkan ke tempat makan untuk Dika yang mungkin berada di kantor ibunya.
Isa sempat bertanya alamat perusahaan ibu Dika ke mamahnya. Untung saja mamahnya tau jadi gampang mengantar bubur dan obat yang belum sempat Dika minum. Isa mengganti pakaianya agar terlihat rapi sedikit. Memesan grab, menunggu beberapa menit grab pun tiba. Isa langsung menaiki dan menuju sesuai dengan tujuanya.
Isa melihat gedung di depannya sangatlah tinggi. Menelan ludah, tidak percaya Dika sebenarnya anak holkay. Selamat berteman Dika tidak pernah sama sekali menceritakan tentang keluarganya makanya Isa gak tau apa-apa tentang Dika. Terkejut saia. Isa memasuki gedung itu di sambut dengan resepsionis.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSIVE AND POSSESIVE🔞 [END]
Teen Fiction[END] "Gua ga suka lu sama orang lain selain gua!"-Dika. "Lu gada hak buat ngelarang gua"-Isa. "Lu sekarang jadi PACAR gua!"-Dika. [SEME×SEME] [GAY] [B×B] [HOMO] [🔞] #1-Maho (25/6/21) #1-m×m (31/7/21) #1-manly (3/7/21) #2-17+ (3/7/21) #1-homosexual...