19-finally

23K 1.4K 166
                                    

Isa tiba-tiba mendapat surat entah darimana. Membukanya. Lalu membaca. Ternyata dari mamahnya.

Menyuruh untuk pulang ke rumah.

Isa sedikit bimbang. Dika entah kemana. Ia di apartemen sendirian. Ia ingin pergi ke rumah orang tuanya, ingin bertemu mamah. Tapi ia ragu dengan kedatangan surat secara tiba-tiba.

Bagaimana bisa mamahnya tau kalau Isa berada di apartemen Hanan?.
.
.
.
Sekarang Isa berdiri di depan rumah orang tuanya. Senyuman ceria terlihat. Ia begitu rindu dengan mamah tersayang. Begitu ia masuk rumah, ia langsung berlari memeluk mamahnya dari belakang.

Melewati papahnya yang sedang menyesap secangkir kopi di sofa ruang tamu. Menatap gerak-gerik Isa.

"Mah, aku kangen" rengek Isa. Tidak ada respon dari mamah.

"Mah?"

"Pergilah ke kamar..ada seseorang yang menunggu mu" melepaskan pelukan Isa. Berlalu tanpa menatap Isa. Hati Isa merasa sedih bercampur bingung dengan sikap mamahnya yang biasanya cerewet dan pengertian sekarang berubah menjadi dingin bahkan tidak menatapnya sedikitpun.

Isa pergi ke kamarnya. Membuka pintu menampilkan sosok tinggi membelakangi Isa.

"Kamu siapa?" Tanya Isa bingung.

Sosok tinggi itu membalikan badan. Menatap Isa dengan senyuman cerianya.

"Lo siapa?"

"Tebak"

"Lo Dika apa Diky?!" Jujur jantung Isa sudah berdetak kencang. Ia takut jika sosok di depannya itu orang yang mengambil keperawanannya.
.
.
.
Flashback.

Diky.

Menundukan kepalanya ke kedua orang di depannya.

"Jangan khawatir..saya akan membawa Isa pulang ke rumah dan kembali kepadamu"

"Saya jadi sangat terbantu dan saya terimakasih atas bantuan om"

"Jangan panggil om. Panggil papah saja. Karena kamu calon menantu saya" Menepuk bahu Diky. Diky tersenyum malu-malu.

"Kamu bilang Isa tidak handphone, bagaimana saya menghubunginya?"

"Saya punya rencana. Tapi, saya perlu bantuan tante. Apakah bisa?"

"Bantuan seperti apa?" Tanya mamah Isa pelan. Memainkan jari tangannya. Ia merasa cemas saat mengetahui jika anak semata wayangnya kabur.

"Buatlah surat"

"Surat? Seperti apa?"

"Surat suruh Isa pulang kerumah sini, nanti saya suruh bawahan untuk melancak Isa dan mengirim suratnya" skenario Diky meyakinkan.

Mamah Isa mengangguk.

Seakan ucapan Diky menghipnotis.

"Kalau begitu. Bolehkah saya meminjam kamar Isa untuk tidur sebentar?"

"Oh boleh silahkan"

"Kalau sudah buat suratnya, tante kasih ke supir saya saja di depan"

Lagi dan lagi mamah Isa hanya bisa mengangguk.

Diky melangkah menuju kamar Isa. Menggigit bibir bawahnya sambil menyeringai.

(Jangan di praktekin :v)
.
.
.
Isa hendak keluar dari kamar, dengan cepat Diky menghalang menutup pintu dengan satu tangannya. Isa bersandar di pintu, kedua tangan Diky sudah di samping kedua bahunya. Isa ingin berteriak namun benda kenyal menempel di bibirnya.

OBSESSIVE AND POSSESIVE🔞 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang