16-Kebenaran

21.4K 1.7K 84
                                    

Tekan tombol vote

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tekan tombol vote.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ini aku...

--Dika yang asli" ungkapnya meyakinkan.

Isa menelan ludahnya sekaligus bingung dengan ucapan Dika yang sulit di mengerti baginya.

"Maksud lo? Gua gak ngerti apa yang lo omongin"

"Aku Dika yang Asli. Teman dari SMP mu"

"Jadi? Maksud lo..ada 2 Dika? Hah enggak maksud gua, lo punya kembaran?"

"Ehm" mengangguk. Tangannya beralih Mengusap rambut Isa.

"Jadi selama ini.."

"Selama ini kamu sama kembaran ku..tapi aku juga selalu berada di sisimu saat kembaran ku lembur pergi kerja di perusahaan ibuku"

Isa yang awalnya menunduk, mendongak kala mendengar ucapan Dika selalu berada di sisinya.

Berarti selama ini Isa bersama dua orang dan kembar?.

Lalu kenapa sifat mereka berbeda?.

Dan kenapa Dika baru menolong dirinya?.
.
.
.
Di tempat lain....

Diky.

Keluar dari mobil pribadinya. Setelan jas melekat di tubuhnya. Melangkah kaki menaiki lift dengan gaya angkuhnya. Memutar-mutarkan kunci mobil.

Ting.

Lift berhenti tepat dengan lantai apartemennnya. Langkahnya terhenti saat melangkah keluar dari lift. Mengernyitkan dahinya. Menatap sekeliling. Dirasa cukup mencurigakan, ia berlari memasuki ruangan apartemennya. Pintu terbuka. Tentu saja ada hal yang mencurigakan.

Diky berlari. Tujuan utamanya yaitu kamarnya.

"Bangsattt!" Amarahnya menggebu.

Disaat matanya menatap kamar yang sudah kosong dengan lemari terbuka. Nafasnya tidak beraturan. Tangannya mengepal. Pandangannya beralih ke sebuah suntikan di lantai dekat kasur.

Berjongkok. Mengambil suntikan itu. Menyeringai dengan bibir sedikit bergetar.

Bayangin aja sendiri. Kalo bisa praktekin sekalian.

"Udah berani sama gua ternyata..." ucapnya diakhiri dengan kekehan. Mata tajamnya seakan-akan ingin membunuh.

Berdiri mengambil sekantong plastik di laci dapur. Memasukan suntikan itu. Melangkah keluar dari apartemen. Mengambil handphone di saku jasnya. Menekan digit menelpon.

"Bagaimana bisa dia keluar?!" Menekan setiap pertanyaan menahan emosi.

"...."

"Maaf?. Sudah berkali-kali lo bilang gitu! Kali ini kesempatan terakhir lo! Lo harus cari Isa sampai ketemu atau gua hancurin perusahaan lo dan pergi dari rumah ayah gua!"

OBSESSIVE AND POSSESIVE🔞 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang