Bagian - 8

1.8K 285 6
                                    

Flashback lagi.

"Dobe."

Sasuke masuk ke ruang kerja milik Naruto  tanpa perlu mengetuk pintu. Lagi pula, ia sudah meminta izin pada Hinata yang secara kebetulan berpapasan dengannya di lantai satu.

" Kenapa, Teme?" Naruto bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer. Entah apa yang dilakukan pemuda jabrik itu. Sedang menyelesaikan pekerjaan atau main game, Sasuke tidak tahu.

" Kau tahu bagaimana cara membuat seorang wanita luluh?" tanya Sasuke yang kini sibuk mengelilingi ruangan seluas 6x8 meter persegi itu.

Naruto hampir menjatuhkan pena yang tengah dipegannya. Ia yakin kalau ia pasti salah dengar sekarang.

" Sudah, Teme, jangan becanda."

" Aku serius,Dobe."

Kali ini giliran rahang Naruto yang hampir menyentuh lantai. Ia menatap Sasuke dan wajah lelaki itu tampak begitu frustasi.

" Aku tahu pekerjaanmu banyak, Teme, tapi kau tak perlu berubah jadi gila." Naruto berjalan mendekati Sasuke. Menepuk pelan bahu tegap lelaki itu.

" Dobe!" Sasuke menatap Naruto tajam." Aku benar-benar butuh saranmu."

Naruto menutup mulutnya. Ia benar-benar tak menyangka kalau ia tidak salah dengar.

" K-kau memiliki kekasih?kenapa tidak cerita padaku!" seru Naruto. Ia tidak terima kalau Sasuke tak pernah menceritakan kekasihnya pada dirinya yang tak lain adalah satu-satunya sahabat yang Sasuke punya.

" Aku tak mempunyai kekasih." Sasuke berjalan menuju sofa dan duduk di sana.

"Lalu?"

" Aku mengikuti kencan buta."

" Lalu?"

" Aku melamarnya."

" Lal— apa? Kau melamarnya?! Kau gila!"

" Hn. Dan sepertinya dia akan menolakku, Dobe."

Sepertinya, Naruto merasa jika kali ini mulutnya benar-benar menyentuh lantai. Ia tak percaya bahwa ada yang berani menolak pesona seorang Uchiha Sasuke.

" Aku yakin kau hanya becanda," ujar Naruto setelah ia terlepas dari keterkejutannya." Mana ada wanita yang mampu menolak pesonamu, Teme."

Sasuke menghela napasnya. Ingin sekali rasanya ia menendang Naruto sampai ke Afrika sana.

" Dia tidak menolakku, dia hanya mengatakan dia butuh waktu. Dan setelahnya dia pergi begitu saja. Aku merasa, kalau dia benar-benar menolakku dengan cara halus."

Naruto menatap iba sahabatnya. Sasuke memang dikenal sebagai pebisnis handal, tapi jika masalah percintaan, dia ibaratkan anak TK yang baru mengenal huruf A. Bahkan sepertinya Sasuke kalah saing dengan anak SD jika itu menyangkut percintaan.

" Sekarang aku tanya. Apa alasanmu mau mengikuti kencan buta? Biasanya kau selalu menolaknya."

Sasuke melirik Naruto sekilas, membuka soda yang tersedia di atas meja dan meminumnya. " Alasannya karena sebuah foto."

" Foto?"

Sasuke mengangguk, " Ya. Kaasan-ku yang memberikan."

" Dan kau langsung jatuh cinta hanya karena selembar foto?"

" Bukan seperti itu." Sasuke menoyor kepala pirang Naruto." Awalnya aku hanya penasaran, jadi aku menyetujui permintaan kaasan-ku untuk mengikuti kencan buta.

" Lalu?"

" Aku bertemu dengannya dan aku jatuh cinta."

Naruto bertepuk tangan dengan jawaban polos yang diberikan Sasuke. Benar, kan apa katanya? Jika masalah percintaan, Uchiha Sasuke yang terkenal badboy seperti tokoh-tokoh di cerita yang sering Hinata baca, nyatanya Nol besar. Sasuke sangat buta dalam hal tersebut.

" Selamat, Teme. Akhirnya sahabatku akan terlepas dari predikat gay-nya. "

Sasuke benar-benar menendang pantat Naruto hingga terjungkal dari sofa.

" Kau ingin memberi saran tidak? Kalau tidak, aku akan membatalkan kontrak kerjasama kit——"

" Aku akan memberimu saran!" Naruto bangun dengan susah payah seraya mengusap pantatnya terasa ngilu akibat amukan Sasuke." Boleh aku lihat fotonya."

" Tidak."

Naruto mendengus keras, " tenang saja, aku tidak akan jatuh cinta padanya. Bagiku, Hinata sudah cukup." Netra Naruto berubah menjadi bentuk hati saat ia menyebutkan nama istrinya.

" Baiklah, saatnya dewa amor yang tampan ini memberikan wejangan pada Uchiha-sama." Naruto tertawa saat melihat delikan tajam dari Sasuke.

" Pertama. Kau harus mengiriminya pesan. Entah itu menanyakan dia sudah tidur, sudah makan, sudah mandi, sudah buang air atau hal-hal lainnya yang bisa dibilang tidak penting. Mereka akan senang jika mendapatkan pesan tersebut." Naruto menjeda kalimatnya," Itu yang selalu aku lakukan pada Hinata saat PDKT dulu."

Kedua alis Sasuke menekuk tajam," kenapa aku harus melakukan hal-hal merepotkan seperti itu?"

" Karena mereka akan merasa diperhatikan. Kau tahukan jika wanita itu mahluk yang haus perhatian?"

Sasuke mengangguk, ia mulai mencatat apa yang Naruto katakan pada kertas yang entah darimana ia dapatkan.

" Lalu, apalagi?"

Naruto menyeringai," Kirimi mereka hal-hal yang romantis."

" Romantis?"

Naruto memutar bola matanya. Ia yakin Sasuke tidak tahu hal apa saja yang menurut wanita romantis.

" Contohnya?"

Tuh,kan. Benar apa katanya.

" Bunga, coklat, perhiasan. Bila perlu kau bisa mengiriminya mobil, aku yakin mereka akan jauh lebih senang. Kau kan kaya."

Dahi Sasuke mengernyit, tak menyetujui apa yang Naruto katakan. " Aku rasa, dia bukan orang yang seperti itu."

" Darimana kau tahu?"

Sasuke mengangkat bahunya," Entahlah. Itu hanya firasatku saja."

Naruto ikut mengangkat bahunya." Itu sih, terserahmu. Aku hanya memberimu saran."

" Aku rasa, aku akan memberinya bunga terlebih dahulu." Sasuke tersenyum sangat lebar seraya menatap Naruto." terimakasih atas sarannya, Dobe."

Naruto bergidik ngeri ketika melihat senyuman Sasuke yang lebih mirip senyuman malaikat maut.

" Jangan tersenyum seperti itu, Teme. Kau membuatku merinding."

.

.

.

.

TBC.

Lah, nulis One day 2 hari baru kelar. Nulis ini cuma setengah jam doang.wkwk

Oh iya, ini flashback sesaat setelah pertemuan pertama mereka, ya.

KENCAN BUTA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang