SMA LABSKY
•
•
•12 • PELAKU •
"Sesuai perkiraan."
Bumi mengeratkan genggamannya kepada benda pipih yang berada di telinganya, mengeraskan rahangnya, dan mengepalkan jemari tangannya kuat. "Berhenti."
"Santai, bro. Gue cuma, ngerasa lo orang terbodoh yang gue kenal."
"Lo bergerak, mampus."
"Tenang, gue gak bakal ganggu lagi, kok."
"Gue gak pernah bercanda, apalagi tentang Ocha. Kalo lo ngelakuin hal yang buat hidup dia hancur, Ocha gak akan hancur sendirian. Lo catat baik-baik di otak pas-pasan lo, lo juga bakal ikut hancur."
"See? Drastis. Lo berubah drastis, i like it."
"Bacot!"
Bumi langsung mematikan sambungan telepon itu, lalu melempar ponselnya dengan penuh amarah. Napasnya memburu, emosinya benar-benar bergejolak pagi ini.
Sialan!
Dia sudah mulai bergerak, untuk itu, Bumi tidak akan tinggal diam. Ia, akan melindungi Ocha sebisa mungkin.
"Bumi, ini dasinya."
Bumi menoleh, Ocha, wanita yang sedang berada dalam pikirannya itu tengah berjalan ke arahnya, lalu berhenti di hadapannya.
Ocha berjinjit dan memakaikan dasi untuk Bumi, setelah selesai wanita itu menjauhkan diri. "Berangkat sekolah yang bener, jangan bolos."
Bumi mengangguk, "iya."
"Ocha punya firasat buruk, apapun yang terjadi nanti. Jangan bertindak gegabah, ya? Jangan berantem, sekalipun itu buat Bumi kepancing emosi."
Bumi mengerutkan keningnya, menatap Ocha dengan bingung, "maksudnya?"
Ocha menghela napas, tatapannya terlihat menerawang. "Ocha cuma takut, Bumi kenapa-napa. Jadi, jangan berantem."
"Gue berantem cuma buat urusan penting doang."
Ocha mengangguk, tangannya bergerak membenarkan rambut Bumi yang acak-acakan. "Iya."
"Yaudah, gue berangkat sekolah dulu."
Ocha mengangguk, saat Bumi hendak berbalik Ocha langsung menahannya. Membuat Bumi mengangkat satu alisnya, "kenapa?"
"Pakai sabuknya, ini Senin."
"Nggak usah."
Ocha menggeleng, lalu melangkah pergi untuk mengambil sabuk milik Bumi, setelah menemukannya wanita muda itu langsung memakaikannya.
"Harus disiplin, sekarang upacara. Kalo Bumi ketauan gak pakai atribut lengkap, Bumi nanti dihukum," ujar Ocha, setelah selesai memakaikan sabuk, wanita itu mendongak, menatap Bumi.
"Almamater juga, nggak lupa bawa, kan?"
"Ada di tas," jawab Bumi.
Ocha saat ini seperti Ibu yang sedang mengurus anaknya untuk berangkat sekolah.
"Bumi jangan sia-siaiin waktu yang Tuhan kasih. Kalo waktunya sekolah, harus sungguh-sungguh. Semester dua udah mau berakhir, artinya ujian sebentar lagi. Bumi bakal naik kelas 12. Jangan buang waktu sia-sia. Harus mulai serius. Tuhan masih baik sama Bumi, masih biarin Bumi bisa sekolah, ngerasain lulus sekolah, kuliah, dan kejar cita-cita Bumi."
Ocha menghela napas, lalu mengusap pelan rambut Bumi. "Jadi, harus bisa pakai waktu dengan baik, ya?"
"Huh, untung tuh anak udah pindah sekolah. Jadi gak kegatelan lagi sama calon pacar gue."
Secepat kilat Bumi menyembunyikan diri dibalik dinding, mencoba menguping pembicaraan siswi-siswi yang sedang berkumpul di depan kantin.
"Iya, gedek juga gue! Terimakasih banget deh gue sama yang udah fitnah dia."
"Lo tau siapa pelakunya."
"Nggak sih, tapi gue punya tebakan, dan gak bakal meleset. Dari analisis gue, gue bisa tebak siapa dia."
"Siapa?"
"Oon! Gue bakal kasih tau kalo tebakan gue seratus persen bener."
Mereka sedang membicarakan Ocha, Bumi yakin itu. Ya, sudah beberapa hari ini rumor Ocha pindah sekolah sudah menyebar, padahal, Ocha dikeluarkan dari sekolah.
Ocha homeschooling, dan itu permintaan Ocha sendiri. Saat hendak kembali menguping, Bumi dikejutkan dengan suara yang tiba-tiba terdengar di belakangnya.
"Emang sejak kapan si bos suka nguping?"
Aris memegangi kepalanya saat Bumi menoyor kepalanya, walaupun terlihat tidak bertenaga, tapi begitu sakit.
"Kapan kalian disini?" tanya Bumi, sedikit berdehem.
"Dari pas lu sembunyi disini," jawab Eros.
"Eh, Bum. Emang lo gak penasaran siapa yang taruh testpack di tas Ocha?" tanya Erlangga, yang langsung membuat kelimanya terdiam.
"Gue lagi cari tau," jawab Bumi.
"Sejak kapan?" tanya Abhi, akhirnya buka suara.
"Sejak hari itu," jawab Bumi, lagi.
"Pas Ocha ketauan hamil?" tanya Aris, sebuah geplakan dihadiahkan Bumi untuk Aris.
"Kalo ngomong hati-hati!"
Aris meringis, sepertinya kepalanya sedang mendapatkan kesialan hari ini. Tentu saja, ini 'kan hari Senin.
"Lo udah tau siapa pelakunya?"
Bumi menyenderkan punggungnya, mendesah kesal, "sialnya belum, CCTV kelas gak nyala hari itu."
"Gue jadi cemas. Berarti, bukan cuma kita yang tau kebenarannya," ujar Abhi, kali ini buku yang selalu menjadi belahan jiwa Abhi lelaki itu masukkan ke dalam ransel.
"Tapi, gue curiga sama satu orang." ungkap Bumi, yang kini sibuk mengunyah permen karet.
"Siapa?" tanya mereka berempat, kompak.
"Orang yang, ada di tempat kejadian."
TBC
Masih suka kalo penuh teka-teki gini gak?
Nggak buat kalian pusing, kan? Karena, Ren buat cerita ini biar bisa hibur kalian setelah kalian pusing sama urusan kalian masing-masing.
Gak ada niatan bikin kalian pusing juga T-T
Borahae 💜
Salam, Ren istri sahnya Min Yoongi^^
Jumat, 15 Juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMIROSSA (END)
Romansa[SEGERA TERBIT] ❝ 𝙺𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚐𝚘𝚛𝚎𝚜𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚛𝚒𝚗𝚍𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚗𝚢𝚎𝚋𝚊𝚋 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑. ❞ Positif. Apa yang akan kalian lakukan jika berada diposisi seorang gadis bernama Ocha. Hamil di usia 16 tahun, tanpa...