(Ini pilihanku, apapun konsekuensinya biarlah aku sendiri yang akan menghadapinya -Glarisa Zahra)
-
"Jeno". Panggilku pada lelaki tinggi yang berada tak jauh dari tempatku berdiri.
Ia berbalik, lalu segera kususul dia dengan cepat.
"Hai Jen". Sapaku, agak terdengar basa basi rasanya, tapi juga tak mungkin juga aku langsung mengutarakan maksud dan tujuanku memanggilnya tanpa menyapanyanya terlebih dahulu. Terdengar agak tidak sopan menurutku.
Saat aku telah berdiri dihadapan Jeno, aku memperhatikan tiap jengkal wajahnya. Aku melakukan hal ini bukan semata-mata karena aku ingin melihat wajahnya, tolong garis bawahi, aku melakukannya hanya untuk melihat bagaimana luka yang mungkin saja masih membekas diwajahnya.
"Ada apa??". Tanya Jeno padaku yang tak kunjung bersuara, dan bodohnya sejak dari tadi aku tak henti menatapnya dalam diam.
Segera kugelengkan kepalaku dengan kuat, mengusir segala pergelutanku dengan pikiranku sendiri.
"Gue mau minta maaf soal kejadian kemarin". Ucapku dengan suara pelan.
Sebenranya tadinya aku berniat mengucapkannya dengan suara lantang, tapi entah kenapa saat berdiri dihadapannya seperti ini, seketika nyaliku menciut. Mungkin ini semua efek dari perasaan bersalah yang menggerogoti hatiku.
Jeno terkekeh pelan. "Lo gak usah bilang makasih, gue nolonginnya ikhlas, seikhlas ikhlasnya".
"Tapi karena gue elo bonyok".
"Bukan elo yang ngelakuin, tapi Yuta". Jelasnya, mencoba menenangkanku yang merasa bersalah karenanya.
"Tapi lo gak mungkin di tonjok sama dia kalo bukan karena gue". Terangku lagi. "Dan gue juga minta maaf, karena gue uda ninggalin elo gitu aja, tanpa ngucapin apa-apa".
"Gue yakin lo gak maksud ngelakuinnya. Uda ya lo gak usah bahas itu lagi. Luka gue juga uda sembuh. I'm okay".
Aku mentapnya sekali lagi, memperhatikan lagi wajahnya. Dan dia benar, wajahnya sudah lebih baik dari kemarin dan bekasnya juga hanya tertinggal sama-samar.
"Lo gak pake bedak kan buat nutupinnya??".
Jeno tertawa dengan ucapan sembronoku itu. "Gue cowok, yakali gue pake bedak".
"Siapa tau kan. Lo gak mau citra lo rusak karena bekas luka diwajah lo". Aku segera menutup mulutku dengan tanganku, bodoh! Mengapa banyak kalimat yang bisa aku katakan malah mengatakan hal yang bisa membuatnya merasa tersinggung.
"Sorry Jen, gue gak maksud". Kataku dengan rasa bersalah.
Jeno hanya tersenyum tipis dengan perkataanku itu. "Its ok, gue anggap elo masih benci ke gue".
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Du
FanfictionDua kata yang mampu menggambarkan semuanya tentang dirimu dan juga kisah kita berdua.