16. So Warm

11 1 0
                                    

(Aku tau ini terdengar begitu berlebihan tapi biarkan lah, aku hanya ingin untuk terus bersamamu, tangan kita yang saling bertautan satu sama lain. Merasakan genggaman hangat tanganmu, tertawa dan selalu bersama) -Risa

 Merasakan genggaman hangat tanganmu, tertawa dan selalu bersama) -Risa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Aku menatap pantulan diriku lewat cermin, memutar tubuhku dan berputar-putar memeriksa apa ada bagian yang aku lupakan.

Jika kalian bertanya sedang apa yang tengah kulakukan. Entah lah aku pun bingung untuk menjelaskannya. Yang jelas hari ini aku ingin terlihat cantik. Terlihat untuk menjadi gadis yang pantas untuk seseorang itu.
Yap pantas untuk seorang Lee Jeno.

Akhirnya kami telah meresmikan hubungan kami. Agak klise rasanya mengingat bagaimana aku yang dulu membencinya karena suatu alasan yang sepele. Ada-ada saja bukan.

Sebuah notif pesan masuk dari handphoneku dan membuatku segera bergegas untuk pergi. Tanpa di buka aku sudah tau siapa pengirim dan apa isi pesannya.

Saat menurunin anak tanga, samar-samar aku mendengar suara mama yang tampak sedang bercakap-cakap dengan seseorang. Bukan apa-apa pastinya, mengingat papa yang pergi keluar kota dari kemarin lusa.

Langkahku agak memelan saat kulihat siluet seseorang yang tengah duduk bersama mama.

Mengagumkan. Sangat tampan dengan kedua mata yang tampak tak terlihat ketika ia tersenyum. anggaplah aku sedang bucin-bucinnya, karena begitu lah danya.

Lagi-lagi aku tersihir olehnya, kenapa sejak dari dulu aku tak melihat keistimewaan dirinya?

"Risa," panggil mama lembut saat menyadari kehadiranku dan berkat suara mama aku tersadar dari lamunanku.

"hMM.."

Jeno tiba-tiba bediri dai duduknya dan segera mendekat ke arahku. "Kalau gitu kita pamit dulu ya tante," pamit Jeno pada mama sembari menyalaminya sebelum pergi.

"Ma kita berangkat dulu ya," ucapku sesudahnya.

Mama mengangguk. "Iya hati-hati kalian."

sebelum aku benar-benar keluar dari rumah, mama tiba-tiba menarik tanganku dan berbisik ditelingaku.

"Akhirnya kalian pacaran juga," kekeh mama dan membuatku bersemu.
Dasar mama, pikirku.

-

"Kamu kelasnya jam berapa mulai?"

"Ha...." Agak sedikit janggal saat Jeno mengubah panggilannya terhadapku.

"Kenapa ha? kamu gak suka ya dipanggil kamu. apa balik ke lo gue lagi?" tanyanya dan sumpah pertanyaan Jeno barusan benar-benar membuatku ingin memeluknya.

Ia begitu lucu terlebih dengan tatapannya barusan.
ada apa sebenarnya dengan Jeno. Bagimanaia bisa berubah secepat itu?

Aku menggeleng kuat. "Enggak sama sekali, aku malah senang" kataku cepat sebelum Jeno berubah pikiran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain DuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang