09. Break Out

24 1 0
                                    

(Aku pikir hubungan kita itu istimewa, ternyata hanya aku yang menganggapnya seperti itu, sementara kamu tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Aku pikir hubungan kita itu istimewa, ternyata hanya aku yang menganggapnya seperti itu, sementara kamu tidak. Bahkan aku ragu kamu pernah menuliskan namaku dihatimu -Risa for Winwin).

-

Hari ini adalah hari Minggu, hari libur yang akan kuhabiskan dengan hanya berbaring sendirian diatas tempat tidurku, menatap langit-langit kamarku yang telah dihiasi dengan tempelan bintang dan juga bulan.

Handphone ku berdering, sempat aku berharap bahwa yang menghubungiku saat ini adalah Winwin.

Tapi sayang, itu hanya ekspetasiku saja yang terlalu berharap dihubungi olehnya.

Sudah hampir 5 hari berlalu pasca kejadian waktu itu, Winwin tak pernah menghubungiku lagi. bahkan pesan yang aku kirimkan untuknya tak ada satupun balasan darinya. Seingatku kami sudah menyelesaikan kesalah pahaman saat itu juga.

Apa dia masih marah??

Jika iya, maka dimana lagi letak kesalahanku padanya??

Ingin bertemu. Tapi aku tak tahu sama sekali dimana ia tinggal. Meski telah berstatus menjadi pacarnya bukan berarti aku tahu semua tentangnya. Winwin begitu tertutup jika menyangkut kehidupan pribadinya. Seperti ada sesuatu yang aku enggan untuk bertanya. Takut hal itu nantinya menyinggungnya.

Ayolah otak. Sekali lagi tak bisa kah untuk tidak memikirkan sosoknya itu?? Memikirkannya kembali membuatku semakin merindukannya.

Sedang apa dia saat ini dan ada dimana ia??

Aku benar-benar merindukannya.

Handphoneku berdering lagi, dalam keadaan tak bersemangat akupun menjawab panggilan si penelpon.

"Iya". Jawabku dengan malas.

"Elo dimana??".

"Gue-".

Tok... tok...tok

"Masuk!". Teriakku pada seseorang yang baru saja mengetuk pintu kamarku.

Segera kumatikan telepon itu saat Lia muncul didepan pintu kamarku. Gadis itu lah yang baru saja menelponku.

"Ayo ikut gue".

"Males, gue mau jadi kaum rebahan yang mencintai kasur dan juga guling". Ucapku.

"Alesan mulu hidup lo. Uda buruan ikut gue".

Aku menggeleng padanya, saat ini aku hanya ingin menghabiskan waktuku sendirian.

"Ayo. buruan". Lia menyeretku dengan paksa turun dari atas tempat tidurku.

Aku menghelakan nafasku berat, lalu melepaskan tanganku dari tangannya, sedikit menyentak.

"Iye iye Maimunah, lo sabaran bentar, gue ganti baju dulu!". Pasrah ku.

Rain DuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang