~Saat kakiku seakan tidak dapat berpijak, disitulah kamu datang sebagai pijakan untukku, tanpa pamrih sedikitpun, saat itu pula aku menjadi goyah karenamu ~
-
Akhirnya setelah sekian lama terbaring ditempat tidur, kini aku bisa beraktifitas seperti biasa.
Merindukan kehidupan kampus tentunya begitu pula dengan suasananya. Meski tidak semua hal tentang kampus yang membuatku bersemangat hari ini. Contohnya seperti saat ini yang tengah aku lakukan. Menenteng sebuah bingkisan dari orang yang sangat aku benci.
Sebenarnya aku sangat enggan menemui orang itu hari ini, terlebih lagi ini hari pertamaku kembali beraktifitas seperti biasa. Tetapi tak ada pilihan selain melakukannya sekarang juga.
Aku telah berhasil melangkahkan kakiku didepan pintu ruangan yang sama seklai aku enggan untuk masukin.
Ruang Senat
Aku sangat membenci ruangan itu, terutama dengan orang yang ada didalamnya. Oh ya tidak semua orang juga. Karena aku baru ingat bagaimanapun ruangan ini milik Lee Jeno.
Oh ya ngomong-ngomong soal Lee Jeno. Aku lupa mengabarinya kalau aku sudah kembali ke kampus.
Baru saja ingin merahi handle pintu suara seseorang mengagetkanku.
"Lo mau cari siapa?"
"Skshgajhdh." Aku memegang dadaku. Hampir saja aku terkena serangan jantung.
Segera aku berbalik dan menemukan sosok kak Taeyong yang tengah berdiri disana.
"Gue mau kasih ini ke kak Yuta," ucapku sembari menyodorkan tote bag pada kak Taeyong.
"Yuta?" Tanyanya bingung.
Aku mengangguk.
"Apaan ini?" Ucap kak Teyong sembari menilik pemberianku.
"Uda kasih aja kak, gue yakin dia paham maksudnya. Kalau gitu gue balik dulu, makasih sebelumnya," ucapku dengan sopan.
"Yaudah terserah lo aja. Sok misterius," cibirnya. Dan hal itu tak mengusikku sama sekali karena setelah memberikan itu aku langsung pergi meninggalkan kak Taeyong.
-
Ini diluar ekspetasiku sama sekali. Dimana setelah sekian lama aku tak menjejakkan kaki di kampus karena sakit. Lia menjadi sangat perhatian padaku.
Aku yakin hal ini tidak akan berlangsung lama, karena lambat laun gadis itu akan memperlakukanku seperti biasanya. Mungkin saat ini ia masih terbawa suasana.
"Uda lo duduk disini aja, biar gue yang pesenin makan buat lo," ucapnya.
Sejak dari tadi kami sudah berdebat mengenai mengantre untuk membeli makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Du
FanfictionDua kata yang mampu menggambarkan semuanya tentang dirimu dan juga kisah kita berdua.