01. Manifulatif

109 1 0
                                    

Aku tadah kan tanganku keatas, menampung tetes demi tetes hujan yang jatuh dari atas langit dan membiarkan air hujan itu membasahi seluruh tubuhku. Terasa dingin saat hujan menyentuh permukaan kulitku. Tapi tak sedingin hatiku saat ini.

Kembali memori otakku berputar mengenai kamu. Dan memori itu kembali memenuhi rongga dadaku hingga membuat dadaku berdenyut dan juga sesak.

-------

Lembaran demi lembaran buku teori kubuka dengan acak. Bukan bermaksud membacanya. Aku cuma iseng, karena mulai merasa bosan saja.

Seseorang menepuk pundakku pelan.

"Ayo ke kantin. Bosan nih nunggu dosen yg tukang PHP". Ajak Lia, gadis dengan rambut panjang dan berwajah imut bak Barbie.

Kututup buku yang barusan kubuka-buka tadi. Lalu menatapnya. "Iya bosen juga". Kataku. Menyetujui ucapannya barusan.

"Uda ah yuk". Gantian Mina yang mengajak.

Gadis cantik dengan potongan rambut sebahu menghampiri kami berdua. Gadis dengan sifat lemah lembut dan setenang air sungai.

Diantara kami bertiga, Mina lah yang memiliki sifat paling kalem.

-----

Brukkk

Suara rusuh yang berasal dari sudut meja kantin membuat seisi kantin berpusat ke arah sana. Sekelompok lelaki yang berjumlah tiga orang, tampak sedang mengerubungi seorang lelaki yang sedang duduk sendirian disana.

Tadi sebelumnya kulihat, ada beberapa orang yang duduk bersamanya. Tapi, tidak lagi, sepertinya ia telah ditinggal.oleh teman-temannya. Jahat sekali bukan.

Byurrr

Salah satu diantara ketiga lelaki tadi menyiramkan segelas jus jeruk pada anak laki-laki tadi.

"Gimana?? Seger kan??". Ucap salah satu mereka yang kutahu namanya adalah Lee Taeyong.

Bukannya iba, lelaki itu malah tertawa dengan keras. Sungguh miris melihat semuanya.

Terutama, tidak ada satu pun orang yang mau menolong anak laki-laki itu. Semuanya seakan-akan menikmati pertunjukan yang tengah dilakukan ketiga lelaki itu. Bahkan ada sebagian dari mereka yang merekam kejadian barusan.

Aku mengepal tanganku rapat-rapat. Ingin sekali kesana dan membalaskan perbuatan mereka pada lelaki itu.

Lia sedikit mencondongkan tubuhnya mendekat ke arahku yang duduk didepannya. "Please Risa, jangan coba-coba".

Aku memandang Lia dengan wajah tidak setuju. "Tapi..". Cicitku.

Lia menggelengkan kepalanya dengan tegas dan menatap tajam kearahku yang mencoba membantah ucapannya. "Lo harus ingat ini. Sekali lo coba berurusan dengan mereka, maka nasib lo gak akan jauh beda dengan dia nanti". Jelas Lia dan membuatku hanya bisa mendengus kesal.

Ohh ayo lah, tolong siapapun bantu lelaki yang tak berdaya itu.

"Aku ngerti dengan perasaan kamu Ris. Aku juga kasihan liat nya. Tapi mereka itu bukan tandingan kita". Gantian Mina yang mencoba mengingatkanku kembali.

Aku mengepalkan tanganku kuat. Mencoba menahan amarahku yang mungkin akan meledak sewaktu-waktu.

Karena tak tega melihatnya, ku alihkan perhatianku dari pemandangan yang mampu membuat seluruh darahku mendidih.

Mereka benar, ketiga lelaki itu bukan tandingan ku. Aku yakin dalang dari kerusuhan ini sumbernya berasal dari orang Jepang itu. Nakamoto Yuta.

Siapa yang tidak kenal dengan Nakamoto Yuta. Salah satu pemimpin diantara ketiganya dan aku yakin sekali dia lah dalang dari semua ini.

Rain DuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang