🌧️Rain-Du🌧️
-(Jika sang waktu dapat diputar kembali, aku akan memilih untuk menolak dan menghindar dari segala hal yang tak seharusnya aku sentuh. Menjauh dan pergi darinya, karena berkatnya aku harus terjebak didalam semua kekacauan yang ada)
-
Aku menghelakan nafasku berat, hendak memasuki ruangan yang ada didepanku saat imi. Hanya ada dua pilihan, menyerah berarti kalah dan maju berarti aku harus siap menerima segala konsekuensinya. Berulang kali aku menarik dan membuang nafasku secara perlahan meyakinkan diriku sendiri bahwa ini lah keputusan yang tepat.
Oke. Tekadku sudah bulat, kututup mataku rapat-rapat mengumpulkan segala keberanian yang aku punya, lalu mulai menghitung mundur sebelum masuk.
Tiga... dua... satu...
Setelah menghitung, kurahi knop pintu yang ada didepanku, lalu membuka pintu secara perlahan, sebelum memasuki ruangan tersebut, aku mengetuknya dahulu agar terlihat sopan.
Ceklekk
Baru saja kakiku menginjakkan kaki kedalam ruangan itu, sorot mata semua orang tertuju ke arahku. Hanya ada empat orang didalam sana. Tetapi, tetap saja aku merasa sedikit canggung dibuatnya.
Kak Taeyong memandangku sembari melongoh, sementara kak Jhony mengerjapkan matanya berulang-ulang seperti mengisyaratkan dirinya bahwa aku bukan hanyalah halusinasinya semata. Dan Lee Jeno, pemilik ruangan tampak tak bereaksi apa-apa, atau hanya perkiraan ku saja.
Lalu kak Yuta, orang yang menjadi tujuanku datang ke mari hanya menatapku sekilas, sepertinya ia tampak tak tertarik dengan kehadiranku, seolah-olah aku bukanlah sesuatu yang harus ia kejutkan. Bahkan ia tak berniat mengalihkan perhatiannya dari layar persegi yang tengah ia pegang.
Mungkinkah dia sudah menduganya, atau ia memiliki rencana lain??
"Wah!! Elo.". Suara teriakkan kak Taeyong membuatku hampir terlonjak dari tempatku berdiri, saking hebohnya, bahkan sekarang ia berjalan ke arahku.
"Nyali lo besar juga ya ternyata". Ucapya dengan bangga.
Aku hanya menyunggingkan senyuman tipis ke arahnya. Jujur aku tak mengerti dengan arti ucapannya barusan, bermaksud memujiku atau dia hanya ingin menyindirku dengan apa yang telah terjadi karenaku.
Sudahlah aku tak ingin memusingkan lelaki tinggi dan kurus itu.
Kak Jhony mendekat kearahku, bukan untuk memuji atau menyindirku seperti yang barusan dilakukan oleh kak Taeyong. Tapi, lelaki itu menarik kak Taeyong secara kasar menjauhkannya dariku. Ia tampak malu melihat kelakuan temannya yang begitu heboh.
"Lo berisik amat dah junaidi". Ucap kak Jhony kesal, karena kak Teyong tak henti-hentinya kegirangan saat melihat kehadiranku. Seakan ia telah menunggu adegan yang akan terjadi diruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Du
FanfictionDua kata yang mampu menggambarkan semuanya tentang dirimu dan juga kisah kita berdua.