.
.
.
.
.
.
.
.
.Johnny dan Haechan akhirnya sampai ke rumah besar mereka. Waktu menunjukkan sedikit lewat pukul 8 malam.
Sebenarnya Johnny sudah mengambil jam terbang pagi tapi karena ada sedikit drama pada Haechan, itu batal.Pintu rumah utama itu terbuka menampilkan pria tubuh tegap tinggi mengenakan kemeja hitam dan Haechan sedang tertidur digendongannya.
Ten yang sebelumnya menunggu di sofa dan diberitahukan salah satu asisten di rumahnya bahwa Johnny Haechan sudah tiba, ia langsung berlari kencang ke arah pintu utama. Melupakan dirinya yang tengah mengandung.
"Johnny, Haechan"...
Ten tanpa basa basi melihat seluruh tubuh orang orang di depannya. Sentuhan mencari cari siapa dan apa ada yang terluka.Ternyata benar, Ten melihat ada beberapa memar di kaki Haechan dan di dagunya. Raut wajah yang khawatir itu terlihat semakin khawatir.
Ten melihat Johnny seolah olah meminta hutang penjelasan. Tak bisa dipungkiri lagi, emosi Ten campur aduk saat ini. Ia marah, tapi tidak tau harus marah pada siapa.Ten merebut Haechan dari gendongan Johnny. Ia tidak mengucapkan sepatah katapun pada suaminya itu dan berbalik mengantarkan Haechan ke kamarnya.
Johnny ingin menahan gendongan itu karena Ten sedang hamil dan harus menggendong Haechan menaiki tangga. Tapi melihat ekspresi Ten yang sepertinya tidak ingin dibantah, Johnny mengurungkan niatnya.
***
Ten sampai di kamar Haechan, menidurkannya perlahan dan pelan pelan mengganti pakaiannya. Haechan beberapa kali hampir terbangun tapi Ten memberikan tepukan ringan supaya Haechan kembali tidur.
Ten berbaring disamping Haechan dan mengelus kepala anaknya itu. Entah apa yang sudah terjadi, itu semua memenuhi pikiran Ten. Melihat banyak memar ini, pasti sesuatu yang sangat buruk pasti sudah terjadi.
Ditengah lamunan Ten, ia melihat Haechan tiba tiba gelisah dalam tidurnya dan menangis setelahnya.
"Eghh' hikss jangan.... disini gelap. Tidak mau!Echan tidak nakal huaaaaa'...Ten beranjak dan duduk. Ia menepuk pelan pipi anaknya itu.
"Sayang, kenapa? ini Mommy... Echan,"
Haechan membuka matanya perlahan dengan napas memburu.
Melihat Ten dihadapannya membuat Haechan menangis lagi sejadi jadinya. Ia merindukan Ten. Sangat. Merasa lega bisa melihat Mommy nya lagi. Memeluk Ten seerat mungkin.
"Mommy, Mommy"
racau Haechan."Iya sayang, ini Mommy"...
balas Ten.
Ten memeluk Haechan tidak kalah erat dan memberikan tepukan di punggung kecil itu.
"Semua baik baik saja, Mommy disini, tidak apa apa"Setelah sedikit tenang, Ten kembali menidurkan Haechan. Ia merasa tidak perlu menanyakan banyak hal pada Haechan sekarang.
Ten lebih memilih anaknya itu tidur dengan pulas dan damai daripada harus diteror pertanyaan yang mungkin membuatnya teringat kejadian buruk yang menimpanya.Ten tidak sebodoh itu untuk tau kalau mimpi buruk yang baru saja Haechan alami pasti ada sangkut pautnya dengan kejadian yang membuat mereka sebelumnya berada di China.
***
Setelah menenangkan Haechan untuk kembali tertidur, Ten keluar dari kamar anaknya itu dan turun ke bawah untuk meminum segelas air. Kepalanya sedikit pusing, karena banyak hal yang berkecamuk di pikirannya.
Ia duduk di meja makan dan memijat keningnya sambil memejamkan mata.
"Ten, kau harus tidur"...
Suara bariton dibelakang membuat Ten mengangkat kepalanya. Itu Johnny.
"Duluan saja, John"...
bantah Ten."Ten"...
"John, sebentar saja. Aku ingin sendiri"...
lirih Ten.Tanpa basa basi, Johnny mengangkat tubuh mungil itu brydal. Ia tidak menerima penolakan.
Tindakan Johnny membuat Ten hanya pasrah, karena menurutnya percuma saja membantah jika Johnny sudah mengambil tindakan begini.
Mereka sampai di kamar utama, Johnny membaringkan tubuh Ten pelan.
"Tidurlah, aku harus menyelesaikan sesuatu"
ucap Johnny sambil menyelimuti tubuh Ten.Baru saja berbalik dan akan pergi ke ruang kerjanya, Ten menahan tangan suaminya itu membuat Johnny berbalik.
"Kau---
Tidak berniat menjelaskan segala sesuatunya padaku? Tuan Johnny?"Cup'
"Kita bahas itu besok saja, kau harus tidur. Aku tidak mau kau sakit"...
Mendengar pertanyaan Ten, Johnny hanya membungkukkan badannya untuk melayangkan satu kecupan pada dahi Ten.
Mendengar penolakan Johnny, Ten menjadi sangat kesal sekarang. Ia membuka selimutnya dan berdiri tepat dihadapan Johnny.
"Kalau tidak mau memberitahunya biar aku yang akan cari tau sendiri"...
ucap Ten berjalan melewati Johnny, tapi tangannya segera ditahan."Kita akan bahas ini besok Ten.
Sudah malam, semua orang harus beristirahat, kemana kau akan mencari tau?"
tegas Johnny.Ten menarik tangannya dari genggaman Johnny.
"Kau meremehkanku"
balas Ten.Mendengar itu Johnny mengusap wajahnya kasar.
"Aku sama sekali tidak pernah meremehkanmu, Ten. Aku akan menceritakan semuanya besok, aku janji"..."Aku mau sekarang, John. Aku cuma--
"Lalu setelah itu apa? Apa kejadian sebelumnya akan berubah? Kau akan mengejar Seobie malam ini juga, begitu? Keras kepala"
ucap Johnny sedikit menaikkan intonasi suara nya.Mendengar nama Seobie disebut, Ten memandang Johnny tidak percaya.
"Apa ini ada hubungannya dengan pria itu? Huh?"Johnny memejamkan matanya sejenak, merasa tidak siap dengan percakapan lebih lanjut. Ia merasa salah sudah menyebutkan nama Seobie dihadapan Ten barusan.
Johnny mencoba memeluk Ten tapi Ten menolaknya.
"Katakan padaku, John"....
tatapan tidak percaya Ten benar benar terlihat, matanya sudah berkaca kaca."Ten tenanglah, kita bahas ini besok"
balas Johnny."a--apa pria itu yang sudah membuat banyak memar di tubuh Haechan? apa, apa dia juga yang sudah membuat Haechan menangis di mimpinya?"
"Hei tenanglah, semua sudah baik baik saja, Ten"...
Johnny memegang kedua bahu Ten.Ten menggelengkan kepala nya kuat. Ia mendorong paksa tubuh Johnny yang berusaha menenangkannya.
"Baik baik saja? Aku seperti idiot yang tidak tau apa apa keadaan anakku, Johnny Seo! Kau menyembunyikannya dariku!"
Johnny memeluk tubuh itu erat meskipun Ten terus memberontak.
"hikss aku membencimu, aku membencimu Johnny Seo. Kau selalu seperti ini, kau melindungi pria jahat itu"...
"Ini salahku, maafkan aku maafkan aku, aku yang bertanggung jawab untuk ini semua"
"Haechan 'hikss hh... d-dia pasti kesakitan karena pria itu"
"Sayang tenanglah, Haechan selamat, sekarang sudah tidak apa apa,"
Johnny terus berusaha meredakan amarah Ten, apalagi saat ini Ten sedang hamil. Ia terus mengelus kepala si mungil perlahan sampai Ten tidak lagi memberontak di pelukannya.
Dirasa sudah tenang, Johnny melonggarkan dekapannya. Ia mengantarkan Ten untuk berbaring, tidak menunggu waktu lama untuk Ten tertidur. Sepertinya dia sudah cukup lelah menangis. Johnny mengangkat wajahnya ke langit langit kamar dan menghela napasnya.
Johnny keluar kamar untuk melihat keadaan Haechan. Tapi dia tidak menemukan puteranya itu dikamarnya. Lalu segera membuka kamar Hendery. Lega.
Ternyata Haechan sedang tertidur pulas di samping kakaknya. Johnny kembali menutup kamar itu dan kembali lagi ke kamar utama. Tadinya Johnny akan menyelesaikan beberapa pekerjaannya tapi perdebatan tadi membuatnya ikut kelelahan yang akhirnya membuatnya bergabung dengan Ten untuk tidur.~ TBC ~
KAMU SEDANG MEMBACA
With You [JOHNTEN] ✓
Fanfiction[WARNING] 📌⚠ BxB 🚨🚨🚨 Cast : Johnny & Ten Hendery - Haechan Others ~