Konsekuensi

8.3K 533 4
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

Pukul 9 malam sampai di kediaman mereka.

Cklekk
Pintu rumah terbuka.

Setelah mendengar suara pintu terbuka, beberapa asisten di rumah langsung menyambut mereka.

"Oh Selamat datang Tuan, Nyonya"

Art yang bicara itu tersenyum pada kedua majikannya yang baru pulang terlebih melihat Tuan besarnya baru saja pulang dari luar negeri. Art itu juga melihat Ten sedikit cemberut kearahnya karena sebenarnya Ten tidak terlalu suka dipanggil nyonya atau ibu oleh para Art atau karyawan restorannya kecuali Mommy oleh anak anaknya karena ia selalu mengatakan "hei Aku pria".
Art tetap memanggil Ten dengan sebutan nyonya karena Johnny yang memerintahkan.

Anak anak ada di ruang keluarga.

Haechan sibuk dengan tontonan kartunnya sambil bermain puzzle di lantai dan Hendery yang duduk di sofa ikut melihat tontonan adiknya sambil memainkan bola basket dengan jarinya.


"Kids, Daddy pulang"
Seru Johnny yang sudah muncul bersama Ten. Tidak lupa Johnny sudah menenteng mainan yang ia beli tadi.

Hendery dan Haechan yang mendengar suara itu dan melihat sosok Johnny langsung berhambur antusias kepelukan Johnny.

Johnny memeluk lalu mengangkat kedua anaknya itu spontan

"Dad, you're home!" Kata Hendery antusias.

"Miss You, Dad .. Ucap Haechan pelan sambil meletakkan kepala nya di ceruk leher Johnny.

"Ya... Daddy lebih merindukan kalian" ucap Johnny tersenyum hangat sambil mencium pucuk kepala kedua putera kesayangannya.

Ten yang berada disamping Johnny ikut tersenyum, senang Suaminya pulang dengan keadaan baik baik saja.

Kegiatan Melepas rindu mereka terjadi beberapa saat, seperti biasa Johnny dan Ten tidak mau menunjukkan problema mereka dihadapan kedua puteranya, sampai mereka sudah masuk ke kamar masing masing.


Johnny dan Ten masuk ke kamar mereka dengan keadaan hening.

Ten mau membantu Johnny melepas jas dan kemeja kantornya seperti yang biasa ia lakukan tapi suaminya itu langsung membuka sendiri dengan cepat dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Itu membuat Ten semakin merasa diabaikan.

"Ada apa dengannya?" batin Ten dengan wajah cemberut

Tidak mau berlama lama menunggu Johnny, Ten pergi mandi ke kamar mandi bawah karena Johnny sudah memakai kamar mandi di kamar mereka.

Selang beberapa lama, Ten selesai dan masuk ke kamar  melihat Johnny sudah selesai mandi dengan kaos polos hitam  celana pendek itu sudah duduk menyenderkan punggungnya dikepala ranjang beserta laptop yang berada dipangkuan. Kesepuluh jari dikedua tangannya itu sudah sibuk menyentuh hampir semua benda berbentuk persegi dibawah layar laptopnya.

Ten ingin sekali bicara, dia sudah tidak tahan dengan situasi ini tapi melihat suaminya tidak berkutik malah sibuk dengan laptopnya membuat ia sedikit mengurungkan niat. Sepertinya pekerjaan Johnny sangat banyak.

Tapi tidak, niatnya yang tadinya ia urungkan langsung terabaikan lagi.

Ten yang masih menggunakan bathrobe kemudian mendengus dan perlahan berjalan ke arah Johnny, duduk didekatnya.

"John, ayo kita bicara" ucap Ten membuka pembicaraan sambil menarik narik pelan ujung kaos Johnny.

"Tunggu sebentar Ten" jawab Johnny cuek tanpa mengalihkan mata dari Laptopnya. Kemudian Johnny ingin mengambil sesuatu dari laci yang cukup jauh dari jangkauannya. Ia beranjak untuk mengambil.

With You [JOHNTEN] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang