Don't try

7.1K 498 31
                                    

.
.
.
.
.
.

Ten menyesap minumannya.

Meskipun tidak banyak meminumnya, obat yang diberikan pada Ten itu efeknya cukup kuat, tak membutuhkan waktu lama untuk bereaksi.

3 menit berlalu....

Ten mengusap usap tenggorokannya.
"Ehm.. Ehm" ....
Ten menstabilkan kondisi tenggorokannya.

Kemudian ia mengusap usap tengkuknya mulai panas yang tak lama lagi turun ke dada nya. Ia terengah karena nafasnya sedikit memburu.

Alan mencuri curi pandang pada Ten.
"Bagus" batin Alan karena melihat reaksi obat yang ia berikan tadi mulai bekerja.

"Shh awhh'....
Refleks memegang kepalanya, Ten merasakan pening dibagian kepalanya tiba tiba, membuat keseimbangannya pun sedikit terganggu.

"Ten, ada apa? Kau tidak apa-apa?" panik Alan tentunya berpura pura. Melihat Ten yang hampir terjatuh.
Alan langsung mendekat memeluk tubuh Ten.

"kau yakin?.......

"a---ak aku tidak apa-apa"...

Ten menolak pelukan itu perlahan. Ten mencoba berdiri normal tapi seluruh Tubuhnya semakin menghangat, keringat perlahan mulai membasahi pelipisnya, penglihatannya juga mulai mengabur. Sesuatu diantara selangkangannya bereaksi. Ten refleks memeluk tubuhnya sendiri sambil meremas bahunya.

Ten merasa butuh............

Sentuhan.

...
"Astaga ada apa denganku" batin Ten.

"shhh" lenguh Ten.

Ten mencoba pergi dari hadapan Alan dengan jalan yang tidak teratur dan akan terjatuh lagi kalau bukan Alan yang memegangi tubuh mungil itu.

"Ten, kau sakit?

"a--aku tidak tau, maaf... Aku harus pergi" balas Ten cepat. Kedua mata cantik itu mulai sayu. Ten tidak berhenti memegangi kepalanya.

"Kau sakit Ten, aku akan mengantarmu ke kamar supaya kau bisa istirahat" tegas Alan menahan tangan Ten dan langsung membawa tubuh mungil itu bridal.

"Eumhh t--tunggu"
Ten bersikeras menolak digendongan Alan.

"Keras kepala rupanya", batin Alan kemudian menyeringai. Tidak mendengarkan penolakan Ten.

"J---Joh...Johnny" gumam Ten. Ia terengah.

Mendengar sebuah nama yang cukup jelas dipendengarannya, Alan mengernyit.

"Johnny? Aku seperti pernah mendengar nama itu" batin Alan namun tidak peduli lagi setelahnya.
Ia terus membawa Ten menuju ke sebuah kamar cukup luas yang memang sudah disiapkan beberapa digedung ini.

Selama menuju kamar, Ten refleks meremas kemeja Alan, mendekatkan tubuhnya, memeluk Alan ... melampiaskan keinginan tubuhnya. "Enghhh"....., lenguh Ten.

"Obat itu bagus juga" batin Alan.
Merasakan sedikit demi sedikit sentuhan Ten di dadanya.

"J--Johnnyhh.....

Lagi lagi Ten menyebut nama Johnny.

"Siapa Johnny ini, pacarnya?" batin Alan.

Alan tersadar,
"Sial,, kurasa dia berhalusinasi" ucap Alan.

Ternyata Ten memang sedang berhalusinasi sehingga sedari tadi Ten meletakkan kepalanya di dada Alan, memeluknya dan sesekali menyebut nama Johnny. Ten mengira Alan adalah Johnny.

Itu salah satu efek obat untuk orang orang yang tubuhnya tidak kuat pada reaksi obat itu.
Mudah berhalusinasi karena rasa 'ingin' ditubuhnya.

Mereka sudah masuk ke kamar yang dipilih Alan. Ia meletakkan tubuh mungil yang nampak gusar itu diatas ranjang. Mengurung Ten dengan kedua tangannya.

"Chh.. Aku tidak peduli, yang penting aku bisa mencicipi tubuh manis ini, bisa merasakan pijatan lubang yang aku yakin miliknya sempit" ucap Alan.

Alan mulai menyentuh pipi mulus Ten menggunakan bagian punggung tangan kanannya.
"Kau seorang pria tapi kau benar benar cantik, lihat pipi lembut ini dan bibir ini" ucap Alan dengan tatapan memuja.

Alan mulai membuka 2 kancing baju atas Ten. Menjilat bibir bawahnya, melihat leher jenjang itu saja Alan mulai ereksi.

Alan mendekat, sementara Ten mencoba mengumpulkan kesadarannya. Ia berusaha mendorong dorong tubuh Alan kasar semampunya.

Alan langsung menahan erat kedua tangan Ten disamping. Ten bahkan tidak cukup mampu untuk bicara apalagi berteriak. Tenggorokannya terganggu, ia hanya bisa terengah dan mendesah.

Alan mengecup leher mulus itu perlahan kemudian menelusurinya.

"ehmmm"....

"sangat wangi" gumam Alan.

Alan melanjutkan aksinya.

Tiba tiba Alan mendengar dobrakan pintu kamar ini. Seseorang menarik kasar kerah baju Alan dari belakang.

Bukk'

Belum melihat jelas siapa pria tinggi yang tiba tiba memukul lurus wajahnya sehingga hidungnya berdarah dan badan terhuyung, ia langsung mendapat satu pukulan susulan diperutnya.

Bukk'

Alan mencoba menahan kepalan tangan kekar itu tapi sepertinya tenaga mereka tidak sama.

Bukk'

Pukulan ketiga, Cairan merah  berhasil mengalir dari sudut bibir Alan.

"Berhenti S--sialan, siapa kau, shhh" ucap Alan menahan sakit dan memundurkan tubuhnya menjauh dari pria yang lebih tinggi darinya.

Johnny mencoba menstabilkan emosinya. Alan bisa melihat jelas tatapan marah menyeramkan
dari pria yang baru saja memukulnya.

Johnny tidak menjawab, ia menoleh pada Ten yang terengah, tampak tersiksa karena masih dipenuhi oleh nafsu yang belum tersampaikan sama sekali.

Johnny yang emosinya kembali menetral, perlahan mendekati Ten diatas ranjang,
Melihat peluh istrinya menahan nafsu.

"Why are you always off guard, babe?"
ucap Johnny lembut sambil mengusap peluh di sekitar dahi dan pelipis istrinya itu.




















~Tbc~

With You [JOHNTEN] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang