The Time

7.3K 575 133
                                    

.
.
.
.
.
.
.

"Ini bukan bagian dari rencana"......
geram Johnny.

Johnny sadar hari ini ia sudah cukup keterlaluan pada Ten, tapi melihat foto foto dirinya dengan Dera yang sampai ke ponsel Ten diluar dari pilihan membuat nya merasa sangat keterlaluan. Pantas saja kemarahan Ten meledak dan terjadi perdebatan diantara mereka saat ia selesai mandi sore tadi. Sampai harus membentak Ten untuk semuanya itu.

sesuai rencana pilihan Johnny, Dera hanya akan mengirimkan 5 foto yang terbilang tidak terlalu dekat. Foto Itu hanya sebagai pemancing kemarahan biasa tapi ini ada 11 foto. Johnny melihat banyak posisi posisi aneh, sensual bahkan Johnny yakin pria yang ada di foto membuat posisi sensual itu bukan dirinya tapi tampak mirip hanya dari postur tubuh bagian samping. Ini jebakan. Dera benar benar sudah mengelabui Ten sebelum mengungkapkan perasaannya malam ini.

Johnny jadi khawatir Ten tidak mempercayainya lagi setelah ini.
Tanpa berpikir lebih lama, Johnny mengambil ponsel nya untuk menghubungi Yuta.

Terhubung.

"Ada apa Tuan besar"....
sapa pria asal Jepang itu dengan santai.

"Berikan imbalan pada wanita itu dan putuskan hubungan kerja dengannya. Aku tutup ------

"Hei tunggu tunggu, ada apa ini... Kenapa mendadak. Ada masalah apa?"

"Kau mengajak orang yang salah untuk rencana ini, Aku akan berikan buktinya setelah ini. Lakukan saja apa yang kuperintahkan NaYuta..."

"John, jang---

Klik_

Panggilan berakhir, diputuskan sepihak oleh Johnny.

Johnny pun mengirimkan semua bukti pada Yuta dan ia meletakkan ponselnya diatas tempat tidur.

Kriett'

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Ten yang baru saja selesai mandi dengan mengenakan bathrobe.

Johnny bangkit dari duduknya untuk menghampiri Ten dan memeluknya erat.

Ten tersentak karena pelukan erat mendadak itu. Ia hampir tak bisa bernafas.
"Astaga, hah .. kau mengagetkanku...
Ada apa John".....

Johnny masih diam dalam pelukannya itu.

"Ini hampir larut malam, cepat mandi"...
perintah Ten masih membiarkan Johnny memeluknya.

Johnny tetap belum berhenti memeluk Ten.

"Johnny......

Masih belum ada respon akhirnya Ten mendorong tubuh Johnny menjauh.

Johnny memperhatikan wajah Ten, sementara Ten bingung dengan tingkah Johnny.

"Kenapa masih menatapku, cepat mandi'...

Johnny menghela pelan lalu masuk ke kamar mandi tak bersemangat. Dia tidak tau harus bertingkah bagaimana lagi di depan Ten, yang jelas dia tidak ingin Ten terlalu mengingat sandiwara hari ini.

***

Ten selesai dan memakai piyama nya. Ia juga mengambil piyama Johnny dari lemari dan meletakkannya di atas tempat tidur.
Ten keluar sebentar dari kamar utama, masuk ke kamar Hendery dan Haechan. Hanya ingin memastikan mereka sudah benar benar tidur nyenyak atau tidak atau bisa saja mereka terbangun karena lapar.

Ten sudah memastikan kedua anak itu, mereka benar benar tidur nyenyak. Seperti nya hari ini cukup melelahkan untuk mereka, di sekolah sampai sore hari lalu lanjut ikut ke acara ulang tahun pernikahan Mommy Daddy nya.

"Hoammm....
Sembari keluar dan menutup kamar Haechan, Ten sedikit memijat bagian belakang lehernya, ia juga lelah. Ingin segera tidur.

Ten kembali ke kamar utama.
Ia melihat Johnny sudah duduk bersandar di kepala ranjang.

Tapi Ten tidak terlalu memperdulikannya, yang jelas Ten lelah dan ia ingin segera tidur.

"Ugh!'

Saat membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, Ten lagi lagi kaget karena tiba tiba Johnny memeluknya erat dan kali ini Johnny juga menyelusupkan kepalanya di ceruk leher Ten.

"John, ayo tidur. Aku lelah"....
ucap Ten pelan sambil mengusap belakang kepala Johnny.

Tidak mau ambil pusing dengan tingkah Johnny, Ten mengarahkan tubuh Johnny untuk ikut berbaring dengannya. Johnny yang sama sekali tidak mau melepas pelukan itu membuat Ten heran.

"John, ada apa?'....
tanya Ten.

"Maafkan aku"....
Jawab Johnny.

"Untuk?"

"Sandiwara hari ini"....

"John, Kita sudah bicarakan itu hari ini. Aku tidak apa apa. Aku bersyukur kalau itu hanya sandiwara".....
Ten masih terus mengusap kepala Johnny dan mengelus punggung suaminya itu.

"Maaf, Kau banyak menangis karena ku hari ini"...
ucap Johnny pelan. Ia tidak berhenti mengucapkan kata maaf pada Ten.

"Dan terimakasih untuk kejutan acara hari ini, suamiku sangat baik", balas Ten tersenyum.

Johnny mengangkat kepala nya menatap wajah Ten dan menghujani Ten dengan kecupan kecupan singkat di seluruh area wajah termasuk bibir.

Setelahnya Johnny menceritakan semuanya pada Ten mengenai latar belakang sandiwara hari ini, rencana, sampai semua fakta yang sudah terjadi setelah pesta acara ulang tahun pernikahan mereka.

"Huffff .... pantas saja akhir akhir ini kau tidak mau mengizinkanku menyentuh ponselmu, seharusnya tidak ada lagi kata rahasia ....
ucap Ten cemberut.

"Ya sekarang kau bisa memeriksa ponselku sepuasmu, sayang.... ", balas Johnny mengelus pipi Ten dengan ibu jarinya.

"Wanita bernama Dera itu keterlaluan, kalau kau tidak menghalangiku mungkin saja wajah nya sudah penuh cakaran, berani sekali dia menyukai pria yang sudah menikah dan mengirimkan foto aneh....
jelas Ten sambil menyubit pelan lengan Johnny seolah melampiaskan kemarahannya.

Johnny hanya bisa tersenyum melihat Ten yang menumpahkan kekesalannya sekarang, itu lebih baik daripada Ten hanya diam tanpa alasan.

"Sepertinya aku menyesal menghalangimu tadi"
balas Johnny sambil terkekeh pelan. Ten ikut tertawa pelan mendengar penuturan Johnny, menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Menggemaskan" batin Johnny melihat Ten dengan senyum manisnya.

Ia kemudian mencium bibir Ten dalam dan perlahan. Semakin hanyut dalam ciuman, tangan nakal Johnny mulai menelusup masuk ke dalam piyama Ten dan mengelus pelan punggung istrinya itu. Kemudian ciuman itu turun ke leher Ten dan tentu dengan keinginan suaminya sendiri, Johnny memberikan kissmark disana.

"Eunghh.... Hah... John sudah, kita tidak bisa melanjutkannya,.. ugh!"

Johnny membuka semua kancing piyama Ten, menampilkan nipple menggoda milik istrinya itu. Johnny menghisapnya dan tangannya masih mencoba menyentuh seluruh area tubuh atas Ten.

Ten menggeliat hanyut dalam sentuhan memabukkan suaminya tapi ia harus menyadarkan dirinya untuk tidak melakukan ini sekarang.

Ten perlahan mendorong kepala Johnny dan menangkup kedua pipi Johnny dengan tangannya.

"Ada apa sayang?"...
tanya Johnny masih mendekatkan bibirnya pada nipple Ten, tidak ingin berhenti menyentuh area sensitif itu.

"Euh.. Kita tidak bisa melakukannya sekarang"....
balas Ten sambil terengah, ia bersikeras menahan kepala Johnny agar wajah suaminya itu berhenti menyentuh bagian dadanya.

"Kenapa?"...
tanya Johnny lagi.

"Sayang, aku hamil"....























































~TBC~



With You [JOHNTEN] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang