Pain 2

6.3K 482 10
                                    

.
.
.
.
.
.
Sabtu tiba.

Ten datang ke restoran La Vie Tosca seperti yang sudah Lay katakan sebelumnya. Saat sampai disana, seorang pelayan langsung menghampirinya.

"Tuan yang bernama Ten?" Tanya Pelayan tadi.

"Ya" Jawab Ten.
Pelayan itu tersenyum

"Tuan Lay sudah menunggu anda tuan, silahkan"...

Pelayan tadi mengantarkan Ten sopan ke arah meja yang disana ia lihat Lay sudah duduk dengan tenangnya. Dia tidak banyak berubah rupanya, hanya saja gaya rambutnya jauh lebih dewasa.

Mata Ten juga tidak sengaja menjelajah suasana restoran. Cukup mewah dan terkesan romantis dengan lampu yang sengaja dibuat sedikit redup berwarna putih sedikit keemasan. Ten dapat menyimpulkan semua designnya benar-benar cocok untuk pria dan wanita yang ingin makan dengan tenang, melamar kekasih, menyatakan cinta, ulang tahun sederhana untuk beberapa orang, ya sama sekali tidak cocok untuk geng/tongkrongan anak muda yang berisik.

Ten berjalan tenang ke arah meja yang dipesan Lay. Lay melihat Ten dari atas sampe bawah, ia tersenyum sedikit seperti seorang psikopat kalau menurut penglihatan Ten lalu Lay mempersilahkan Ten duduk.

Tiba-tiba Lay terkekah sambil bertepuk tangan lambat tanpa mengalihkan pandangannya dari tubuh Ten.

Ten mengerutkan dahinya, bingung apa yang membuat Lay tiba tiba saja bertepuk tangan seperti itu

"wah bravo bravo Ten lee, ah maksudku nyonya Seo? Ungkap Lay terkekeh sekaligus terkesan dan sedikit mendekatkan wajahnya ke arah lawan bicara.

"kau sudah memiliki 2 anak bukan, tapi hei lihat.... tubuhmu masih terlihat sangat sexy dan tampak masih lajang"

Ten tersenyum kikuk.

"Begitukah?" Jawab Ten tidak tau harus bagaimana mengatur ekspresinya.

Ten tidak terkejut sebenarnya dengan pernyataan Lay karena sewaktu ia menghandle restorannya pun tidak sedikit pelanggan² pria maupun wanita menggodanya, lebih banyak pria dengan meminta nomor telponnya, menyatakan perasaannya langsung walau hanya bertemu sekali atau hal membingungkan lainnya. Tapi tanpa pikir panjang Ten mengatakan kepada mereka semua kalau ia sudah menikah dan memiliki anak. Ya semacam itulah, tidak ingin memberikan harapan palsu.

"Kau masih melanjutkan usaha restoranmu?"

"Iya ge"

"Ah mungkin lain kali aku harus berkunjung kesana, bolehkan?"

"Emm ya tentu"

"Oh maaf aku asik bertanya sampai lupa kalau kita belum memesan apapun"
Jawab Lay kemudian mengangkat tangannya memanggil pelayan.

Setelah mereka memesan beberapa menu makanan yang bisa dikatakan tidak terlalu berat, mereka berdua terdiam sebentar.

Ten melihat keluar jendela yang disana sudah banyak orang menggunakan payung, ya sedang turun hujan tapi tidak terlalu deras. Sampai beberapa saat juga bisa Ten rasakan kalau Lay dari tadi sedang memandanginya. Namun Ten bersikap biasa saja, tidak bertanya apapun.

Tidak ada pembicaraan serius diantara mereka, hanya sekedar berbasa basi. Pesanan mereka datang dan makan seperti biasa, ditambah pertanyaan pertanyaan kecil dari mulut Lay seputar rumah tangganya yang Ten jawab sesingkat mungkin. Memangnya siapa yang mau terlalu asik menceritakan tentang rumah tangga sendiri dengan orang yang sudah tampak asing baginya, berbeda jika itu keluarga sendiri ataupun sahabat sahabatnya.

Tiba tiba seseorang menghubungi Lay, Ten tidak terlalu memperhatikan apa yang sedang dibicarakan karena panggilan itu terbilang singkat.

"Ten?"

"Ya hyung, ah maksudku..  Ya ge?" Ten yang baru saja selesai makan dan sedang memeriksa ponselnya teralihkan dengan panggilan Lay.

"Kau ini, selalu salah sebut tapi tak apa,
mm... Ten begini aku baru saja dapat kabar kalau tangan kananku baru saja sampai dari luar kota dan sedang berada di hotel untuk memberikan berkas penting padaku, tapi aku juga tidak mau kita langsung berpisah disini, aku masih mau mengobrol denganmu, aku juga tidak bisa meninggalkanmu disini untuk pergi mengambil berkas itu, aku merasa tidak enak. Jadi kau mau ikut denganku kan? Hanya sebentar...
Aku tidak bisa menitipkan berkas itu pada orang lain karena sangat penting, aku juga tidak bisa mengambilnya besok karena aku harus memprosesnya malam ini dan dibawa lagi dini hari"

Ten mengusap tengkuk nya perlahan.

"Ge, tak apa kita kan bisa bertemu lagi lain waktu, itu berkas penting kan? jadi gege bisa mengurusnya dulu".

"Ya memang penting tapi kita masih bertemu sebentar... Aku masih mau bicara banyak denganmu"

"Kalau begitu aku bisa menunggu disini, tak apa ge"...

"Itu hanya akan membuang waktu Ten, aku mengajakmu supaya setelah berkas itu sampai ke tanganku, kita bisa lanjut berbincang di cafe atau restoran di dekat hotel itu, mau kan?" Ucap Lay.

Terkesan memaksa memang

Ten mengulum bibirnya berusaha memikirkan kembali akhirnya ia mengiyakan ajakan Lay.

Mereka sekarang sudah meninggalkan restoran dan menuju hotel dengan Lay yang memegang tangan Ten cukup erat saat keluar dari restoran tadi.

Ten ingin melepas tangannya tapi merasa tidak enak hati jadi membiarkannya saja.

Sesampainya di Hotel, mereka langsung pergi meja resepsionis lebih tepanya Lay yang terus menarik tangan Ten supaya mengikutinya.

"Ge, aku menunggu di lobby saja" Ucap Ten sambil mencoba melepaskan tangannya dari genggaman pria itu.

Lay menggeleng
"Tapi aku juga mau menunjukkan sesuatu padamu Ten"..

Ten mengerutkan keningnya.
"Ada apa ge?"

"Makanya Ayo" ajak Lay sambil menggenggam kembali tangan Ten dan menariknya ke arah lift.

Lay menekan lift ke lantai 17.

Selama di lift Lay yang tadinya memegang tangan Ten berpindah mengelus rambut Ten pelan sembari merapikannya dengan menampilkan senyum dan lesung pipi yang tidak terlalu dalam.

Tidak terkejut, kebiasaan ini sudah biasa dilakukan Lay padanya sejak dulu, pastinya ya sebelum menikah. Tapi sekarang Ten merasa risih, ia mencoba menjauhkan sedikit tubuhnya yang cukup menempel di samping kiri Lay tapi gagal karena Lay langsung merangkul pinggang Ten, alhasil mereka jadi semakin dekat.

Ten tersenyum canggung sekarang.

Sampai...

Ting

Mereka sampai dilantai 17 dan pintu lift terbuka. Kemudian....

Mata Ten terbelalak, seketika terdiam.. dia melihat sosok yang sangat ia kenal berdiri tepat didepannya dan Lay.












"J--John?"


















~Tbc~




With You [JOHNTEN] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang