"Memang takdir hidup itu tidak ada yang tahu kecuali-Nya, kita hanya bisa berdoa dan pasrah dengan takdir yang sudah ditulis-Nya dengan sebaik-baiknya."
Sam & Ara
By:CORETAN_NA
01. Nikah
Disebuah villa yang berada dipuncak, tepatnya disebuah kamar Adara termenung didepan meja rias dengan wajah yang sudah dirias dan kebaya yang sudah melekat cantik ditubuhnya. Membuat gadis berrambut coklat itu terlihat anggun dan cantik dengan balutan kebaya berwarna putih ditubuhnya.
"Dunia sempit banget ya, dan gak ada yang tau jalan takdir kita gimana. Nikah muda, nggak pernah ada didalam benak gue buat nikah diumur 17. Gila ini bener-bener gila!" Ucap Adara menatap kosong cermin didepannya, "Dan yang lebih gilanya lagi, gue nikah sama cowok kulkas." Setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya, meratapi nasibnya dimasa yang akan mendatang.
Ceklek
Pintu kamar terbuka dan terlihat sosok kedua orangtuanya berada didepan pintu, Adara hanya menoleh sebentar lalu kembali menatap depan. Dari cermin yang langsung menghadap ke pintu membuat Adara dapat melihat kedua orangtuanya berjalan mendekatinya dengan pakaian yang sudah rapi. Sang ibu dengan selendangnya sedangkan sang ayah dengan blangkon batiknya.
Bunda Sinta menepuk pundak anak semata wayangnya lalu berjongkok disamping bangku rias Adara.
"Ara cantik banget hari ini, bunda sampai pangling." Ucap Bunda Sinta terkekeh sebelum wanita itu menghela napas pelan, "Ara bunda pesan sama kamu, kalau kamu udah jadi istri Samuel kamu harus nurut sama dia. Jangan membantah, layani dia dan mengalahlah untuk dia selagi itu membuat dia bahagia. Karena balasannya palaha sayang, jangan sedih lagi ya. Bunda sama ayah sayang banget sama kamu. Walau nanti kita bakal nggak serumah lagi, tapi do'a bunda dan ayah akan selalu ikut bersamamu." Ucap Bunda Sinta dengan menyeka air matanya yang hendak jatuh didepan sang anak. Malam kemarin ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, tidak akan menangis lagi didepan Adara. Namun bisa atau tidak bisa, tapi ia akan berusaha menahannya.
"Ara juga sayang sama kalian, tapi Ara sedih karena bakal pisah sama kalian. Kalau Ara pergi siapa yang bakal bantu bunda masak didapur lagi?"
"Kan ada Bi Iyem, sayang." Timpal Ayah Gerald berjongkok disamping Bunda Sinta. "Nanti kalau kamu udah ninggalin kita, kamu harus jaga kesehatan ya. Jaga pola makan dan tidur yang teratur. Ayah nggak mau anak gadis ayah sakit, anak gadis ayah harus kuat jangan sedih."
Adara mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca, namun belum sempat air mata Adara jatuh Ayah Gerald sudah terlebih dahulu menyekanya lalu mencium jari yang ia gunakan untuk menghapus air mata Adara tadi.
"Ayah nggak mau lihat kamu nangis, jangan nangis ya." Pinta Ayah Gerald pada sang anak. Adara mengangguk lalu memeluk kedua orangtuanya yang berada didepannya.
"Ara sayang kalian sampai kapanpun!"
Ayah Gerald melepas pelukan Adara lalu menghapus air mata Adara dan juga sang istri secara bergantian. Dua wanita yang menguatkannya.
"Jangan nangis lagi, sekarang ayah keluar dulu acara ijab kabulnya mau dimulai. Anak gadis ayah sebentar lagi jadi istri orang deh."
"AYAH!!" Gerald terkekeh lalu mencium lama kening Adara sebelum melangkah keluar dari kamar.
Suara Ayah Gerald terdengar lantang sampai ke kamar, jantung Adara mulai berdegup kencang saat sang ayah mulai mengucapkan ijab kabul dengan berawalan 'bismillah'
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Samuel Pradika bin Farhan Pradika dengan anak saya yang bernama Adara Clarissa Gerald binti Yahya Gerald dengan maskawin berupa satu buah rumah dan cincin sebesar 30 gram, tunai." Ayah Gerald menggengam tangan Samuel sangat kuat, dengan mata yang berhasil mengeluarkan air mata. Ada rasa bahagia bercampur sedih menjadi satu didalam diri ayah Gerald, bahagia karena sudah berhasil menikahkan anak gadisnya dan sedihnya karena mulai sekarang Adara bukan lagi tanggung jawab nya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Adara Clarissa Gerald binti Yahya Gerald dengan maskawin yang tlah disebutkan, tunai."
"Bagaimana para saksi, sah?"
"SAH,"
"SAH,"
"Alhamdullilah,"
Dan setelah ijab kabul dilaksanakan keluarlah Adara bersama sang ibu dan tantenya, gadis itu menunduk sampai ada tangan seseorang yang terulur didepannya dan sudah dipastikan itu adalah tangan ayah Gerald karena Adara sudah menggenalinya.
"Sini sama, ayah." Adara mengangguk lalu menerima uluran dari ayah Gerald. Adara menggandeng tangan ayah Gerald sampai pria itu membawa Adara ke depan Samuel.
Ada rasa tidak ikhlas, saat Adara diambil Samuel tapi apa boleh buat? Sekarang Adara sudah menjadi istri Samuel. Samuel memasangkan cincin ke jari manis Adara lalu Adara memasangkan cincin ke jari manis lelaki itu. Adara merasa pipinya memanas saat lelaki itu mencium keningnya lama dan membuat Adara memejamkan matanya.
"Samuel," panggil Ayah Gerald menatap dalam pada Samuel yang sudah mencium anaknya. Samuel menoleh lalu menatap ayah Gerald didepannya.
"Samuel, yang pertama memeluk dia adalah aku. Yang pertama mencium dia adalah aku. Dan yang pertama melihatnya tersenyum adalah aku. Aku titipkan anakku padamu, jaga dia dan sayangi dia untuku. Kalau suatu hari nanti kamu mulai bosan dan tidak mencintainya lagi, jangan beritahu dia. Beri tahu saja aku, jangan beritahu dia. Kalau dia tahu kamu sudah tidak mencintainya lagi, maka itu akan menyakitkan untuknya dan aku sebagai ayahnya tidak sanggup melihat anakku tersakiti. Aku mohon jangan pernah sakiti anakku. Dia anak gadis pertama sekaligus terakhir untukku, jangan sedikitpun kamu berani menyakitinya. Berjanjilah padaku, Samuel." Ucap Ayah Gerald dengan suara yang bergetar sampai pria itu sudah tidak bisa lagi menahan tangisnya, ayah Gerald menutup kedua matanya mengunakan tangannya.
Suasana sekitar yang mula haru kini semakin haru saat Ayah Gerald mengucapkan pesan sangat dalam maknanya pada menantunya. Bunda Sinta yang awalnya tidak mau nangis lagi, tapi sekarang wanita itu menangis. Adara tertunduk membiarkan air matanya jatuh, sungguh beruntung Adara memiliki ayah seperti Ayah Gerald yang sangat menyayanginya.
"Saya Samuel Pradika sudah berani mengambil alih tanggung jawab atas anak gadismu, maka dari itu kebahagiaannya terletak padaku. Saya akan berusaha membuatnya bahagia, saya berjanji padamu sebagai ayah nya." Balas Samuel dengan suara serak khas lelaki itu.
Suara tepukan tangan dari dua belah pihak keluarga mulai terdengar, sampai ada yang bersiul menggoda Samuel yang sudah berani mengambil tanggung jawab seorang ayah.
"PONAKAN JANGAN LUPA PONAKAN!!" Teriak salah satu lelaki dengan balutan kemeja rapi yang berada dibelakang.
"MASIH SEKOLAH, SIALAN."
"YAH, GAGAL BELAH DUREN DIMALAM HARI DONG." Teriak lelaki itu lagi membuat yang lain tertawa, tawa kedua keluarga yang sudah menjadi satu itu semakin keras saat kelinga sang lelaki dijewer oleh seorang wanita paruh baya yang sudah dipastikan adalah ibu dari sang lelaki itu.
"Otak kamu belah duren aja, belah pisang yang ada!" Ujar wanita itu.
"Ngeri sendiri aku, mah. Belah pisang ih nggak kebayang deh."
"HEH,"
♡♡♡
Hai, semoga suka:(
300 vote dan 100 komen lanjut.
Jangan lupa dan komen yang banyak ya
SEE U💜
KAMU SEDANG MEMBACA
SAM & ARA (ON GOING)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA, DAN PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!] Perjodohan? ah itu sungguh kuno Tapi itulah yang dialami Samuel dan Adara, diumur baru menginjak 17 tahun mereka dipaksa menikah muda. bahkan diumur 17 tahun mereka masih duduk dibangku 2 S...