02. Perkara tempat tidur
Setelah acara ijab kabul selesai, semua keluarga berkumpul didalam sebuah villa besar milik orangtua Adara. Dan jadilah saat ini semua keluarga berkumpul diruang tamu sambil menikmati teh panas mereka masing-masing karena cuaca sore ini agak dingin sehabis hujan.
Adara duduk kursi meja makan sambil membantu sang ibu dan ibu mertuanya memasak, gadis itu memotong kentang dan wortel kecil-kecil seperti yang diperintahkan oleh Bunda Sinta. Disore yang hujan membuat dua wanita paruh baya itu memutuskan untuk memasak sup untuk makan malam.
"Ara kamu ke kamar aja, istirahat." Ucap Bunda Alma- Bunda Samuel- pada sang menantu yang sedari tadi sudah bekerja membantunya didapur.
"Nanggung, bun. Dikit lagi selesai." Sahut Adara masih fokus memotong kentang yang ada didepannya.
Bunda Alma tersenyum lalu duduk disamping Adara, wanita itu mengambil alih pisau yang ada ditangan Adara lalu meletakkannya dimeja.
"Ara? Itukan panggilan orangtua kamu?" Adara mengangguk setelah merasa heran saat pisau nya diambil alih oleh Bunda Alma.
"Ara, kalau Sam nakal, nggak mau nurut sama kamu atau bikin kesalahan sama kamu jewer aja telinganya atau cubit perutnya. Bunda gak bakal marah kalau memang Sam yang salah."
"Emang gapapa, bun? Kalau anak satu-satunya aku jewer?" Tanya Adara terkekeh pada Bunda Alma yang tersenyum lalu mengangguk.
"Gapapa, dia kebal sama jeweran. Dirumah aja kalau dia bikin bunda kesel, bunda bakal jewer dia kalau nggak cubit perut dia." Balas Bunda Alma.
"Yang baik-baik ya tinggal sama Samuel, kalau dia bandel pukul aja. Bunda ikhlas kok!"
Adara terkekeh lalu tersenyum pada Bunda Alma, sekarang Adara memiliki dua ibu dan dua ayah. Bunda Sinta dan Ayah Gerald, dan sekarang ditambah dengan kehadiran Bunda Alma dan Ayah Pradika.
"Ekhem," dehem seseorang membuat Adara, Bunda Sinta, dan Bunda Alma menoleh pada arah sumber suara tersebut. Dan terlihat ada Samuel dibelakang mereka dengan baju santainya, baju kaos berwarna hitam dan celana selutut berwarna senada dengan baju kaos lelaki itu.
"Boleh pinjam Dara nya sebentar?" Tanya Samuel menatap gadis yang hendak dibawanya ke kamar. Karena ada masalah yang tidak bisa Samuel atasi.
"Masih sore, jangan asal bawa aja!" Komentar Bunda Alma pada anak semata wayangnya.
"Bunda otaknya kotor, bukan itu. Ayo ikut." Samuel menggengam tangan Adara, membawa gadis itu keluar dari dapur lalu membawanya ke dalam kamar.
Pintu kamar terbuka, lalu Samuel membiarkan Adara masuk terlebih dahulu baru dirinya. Tidak lupa juga lelaki itu menutup pintu dan mengguncinya. Saat Samuel menggunci pintu kamar, Adara belum menyadarinya karena gadis sedang membelakangi nya.
"Kenapa?" Adara berbalik dan bertanya pada Samuel. Untuk apa lelaki itu membawanya ke kamar sore-sore begini? Dilihat keluargakan tidak enak, takutnya keluarganya maupun keluarga Samuel salah paham.
"Tadi gue beres-beres isi koper kita buat beberapa hari disini, dan tadi gue buka koper lo niat gue cuman mau masukin baju lo ke dalam lemari. Tapi tadi gue nggak sengaja nemu benda segitiga lo." Ucap Samuel menatap tenang Adara yang sudah memerah mukanya. Samuel terhuyung ke belakang saat pundaknya didorong Adara.
"LO LANCANG BANGET SIH, GUE NGGAK PERLU BANTUAN LO. GUE BISA SENDIRI, MANA NGGAK IZIN DULU LAGI. NGGAK SOPAN TAU NGGAK?!" Seru Adara menutup kembali kopernya yang sudah bersih, tinggal benda segitiga milik Adara yang tersisa.
"Ya maaf, niat gue baik cuman mau bantu lo."
"Tapi lo harus izin dulu sama gue, jangan main buka-buka aja mana benda yang lo buka itu besifat pribadi!!" Ujar Adara enggan menatap Samuel yang berada dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAM & ARA (ON GOING)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA, DAN PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!] Perjodohan? ah itu sungguh kuno Tapi itulah yang dialami Samuel dan Adara, diumur baru menginjak 17 tahun mereka dipaksa menikah muda. bahkan diumur 17 tahun mereka masih duduk dibangku 2 S...