Mega hitam pekat saling menyatu, menjadi gumpalan awan yang menghiasi cakrawala, menggantikan posisi senja yang sebelumnya sangat dinantikan oleh semua orang untuk menatap indahnya langit di penghujung hari.
Perlahan rintik hujan mulai turun dan membasahi bumi, melintas di balik celah-celah genting rumah hingga akhirnya turun ke bumi. Semakin deras dengan diiringi oleh gemuruh guntur yang tak henti-hentinya bersautan di langit.
Air hujannya yang deras terus menghujam bumi tanpa ampun, belum puas hingga air yang tertampung dalam gumpalan awan di langit habis. Namun, selama itu tanah yang menjadi pijakan di bumi tidak pernah membenci hujan yang terus menghujaamnya. Pun langit yang tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan kepada awan untuk menumpahkan segala apa yang telah ditampungnya untuk dijatuhkan ke bumi.
Raina tersadar, mendadak rasa sesak terus mendesak dadanya kala air hujan membasahi tubuhnya yang berada dalam kolam besar. Panggilan seseorang dari dalam rumah tak dihiraukan. Irama merdu dari sang hujan sudah membungkam suara-suara yang terus memanggil namanya.
Raina....
Raina....
Raina....
Alunan suara hujan itu terus memanggil namanya. Menggelitik telinganya dengan penuh suka. Membawa waktunya kembali mundur beberapa saat. Berawal dari sebuah kecelakaan hingga dirinya berakhir di dalam kolam ini. Hanya dengan menyembulkan kepalanya di permukaan kolam, dengan seluruh tubuhnya yang sudah tenggelam dalam kenikmatan rasa sakitnya.
Pagi itu ketika dirinya datang bersama dengan ibunya di sebuah rumah besar, Raina menatap takjub pada istana megah yang berdiri kokoh di hadapannya. Dulu, ayahnya pernah mengatakan bahwa akan membangun sebuah istana untuk putri kecilnya yang manis dan ia akan menjadi ratu di kerajaan cinta ayahnya.
"Bunda, di rumah Papa ada kolam besar 'kan, Bunda?" Bibir kecil itu bertanya dengan suara lembutnya.
Wanita itu tersenyum hangat kemudian membawa Raina kecil ke dalam gendongannya. "Iya, Sayang. Nanti Raina bisa berenang di sana."
"Asik!!!" sorak Raina kecil dengan binar gembira dalam bola matanya.
Membayangkan dirinya akan menjadi seorang ratu dalam istana yang megah adalah sesuatu yang indah. Setelah semua itu hidupnya berubah, bak seorang putri yang dilayani oleh semua orang, mendapatkan apa yang ia inginkan dan juga sebuah kolam renang luas yang menjadi idamannya selama ini.
Semuanya ia dapatkan dalam istana megah itu, kecuali hati Langit. Semenjak kehadirannya hanya menjadi malapetaka bagi laki-laki itu. Langit sangat membenci Raina yang selalu menghujani rumahnya dengan celotehan aneh yang dilontarkannya, dan sialnya hal itu membuat semua orang melupakan dirinya.
Semenjak kedatangan Raina, kegelapan menghiasi hidupnya. Langit yang cerah dengan warna birunya kini telah menjadi kelabu, dingin tak tersentuh. Hingga suatu hari pernyataan Langit kepada Raina membuat gadis itu tersadar bahwa dirinya hanyalah hujan yang tak pernah disukai oleh langitnya.
"Gue nggak pernah punya saudara yang penyakitan kayak lo! Sialan!" teriak Langit yang dipenuhi emosi.
Raina semakin memejamkan matanya kala rasa sakit itu kembali menusuk jantungnya. Nyeri dan pedih yang ia rasakan. Tubuhnya yang sepenuhnya tenggelam dalam kolam membuat dadanya semakin sesak. Hujan kembali memeluknya dengan erat, seolah memberikan kekuatan ketika makian itu kembali terngiang di telinganya.
Raina merindukan Tuhannya. Ia ingin segera berjumpa dengan-Nya. Untuk jiwa-jiwa yang tenang dengan segala perjuangannya, Raina sudah siap untuk pergi bersama ayahnya. Membangun istananya yang indah hingga tak ada yang bisa merobek hatinya dengan lebar. Luka dan rasa sakit itu sangat nikmat ketika menatap Langitnya yang terus menghujamnya dengan keras.
Raina tahu, Langit akan bahagia dan akan kembali cerah dengan warna birunya. Setelah mega hitamnya hilang, maka kelabu yang menyelimuti Langit akan hilang dan kembali cerah. Saat itu, Raina menarik napasnya dalam-dalam kemudian menenggelamkan dirinya hingga dasar kolam, berharap Langitnya akan kembali cerah dengan berhentinya hujan yang terus mengguyur bumi.
****
TBCVOTE DAN KOMEN JANGAN LUPA!❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Yang Hilang
Teen FictionSeperti namanya, Raina sangat menyukai hujan. Suaranya yang merdu saat bersentuhan dengan atap-atap rumah begitu menenangkan. Kepada hujan Raina menitip salam, tentang kerinduannya kepada Tuhan, mencoba bertahan untuk jiwa-jiwa yang tenang dan kedam...