Hujan-4

4 3 1
                                    

Happy reading ❤️
________________

Jadwal kelas dan penyusunan struktur kelas baru saja selesai dengan Awan yang terpilih sebagai ketua kelas. Laki-laki itu kini sudah memiliki tanggung jawab besar kepada kelasnya. Dengan terpilihnya dirinya sebagai ketua kelas, Awan harus bisa lebih membuka dirinya dan siap menampung segala keluh kesah dari teman-temannya mengenai segala sesuatu yang menyangkut nama kelasnya.

Sebenarnya laki-laki itu sama sekali tidak berniat untuk menjadi salah satu bagian dari struktur kelas. Namun, karena ulah Raina yang mengajukan namanya kepada wali kelas membuat dirinya mau tak mau harus menerima semua itu, bahkan dari hasil voting didapat suara terbanyak atas namanya.

Mengenai Raina, kini gadis itu masih tidur di mejanya setelah sebelumnya asyik mengobrol dengan teman-teman barunya. Berkenalan dengan semua orang dengan semangat dan ternyata respon semua orang pun baik dan menerimanya dengan senang hati.

Awan menggeleng-gelengkan kepalanya. Baru sepuluh menit yang lalu gadis itu mengeluhkan perutnya yang lapar dan kini sudah pulas dalam tidurnya.

Awan mencoba untuk memaklumi, gadis itu sudah lelah seharian karena ke sana kemari hanya untuk melihat-lihat sekolahnya dan berkenalan dengan semua orang. Awan meletakkan sekotak susu cokelat di atas meja Raina dan membiarkan gadis itu semakin dalam menyelami dunia mimpinya.

Dengan langkah lebar, Awan melangkah menuju ruang OSIS yang terletak di samping perpustakaan sekolah. Dirinya sudah membawa sebuah map yang berisikan biodata dan visi misinya dalam mengikuti organisasi OSIS. Entah dorongan dari mana sehingga membuatnya ingin sekali bergabung dengan organisasi tersebut.

Awan menatap pintu bercat putih dengan tulisan ruang OSIS di atasnya. Pintu itu terlihat berbeda dari pintu perpustakaan yang terbuat dari kaca. Tak mau menunggu lama, Awan langsung mengetuk pintu tersebut hingga seseorang yang ada di dalamnya langsung membukakan pintu untuknya.

"Iya, Dek, ada apa?" tanya seorang siswi yang memakai almamater OSIS.

"Maaf, Kak. Saya mau daftar OSIS," ucap Awan.

Gadis itu mengangguk kemudian mempersilahkan Awan untuk masuk. Sebuah ruangan yang tidak terlalu luas tetapi mewah. Di tengahnya terdapat sebuah meja panjang yang dikelilingi oleh kursi, tempat di mana setiap anggota akan duduk di sana untuk berdiskusi, lalu pada setiap dindingnya terdapat beberapa foto ketua OSIS dari angkatan-angkatan sebelumnya, juga foto-foto para senior yang mendapatkan nominasi di setiap kategori yang selalu diadakan oleh pihak OSIS setiap tahunnya.

Awan duduk di salah satu bangku kosong yang terletak di dekat pintu. Walaupun kakak kelasnya tadi sebenarnya sudah menyuruhnya untuk duduk di kursi lain yang tidak dekat dengan pintu, tapi Awan enggan berpindah tempat. Diliriknya Langit yang juga ada di sana sedang duduk dengan sebuah laptop di depannya.

Laki-laki bermata elang itu tampak tenang dalam kegiatannya, bahkan ketika sedang dihadapi dengan banyaknya berkas-berkas di samping laptopnya, laki-laki itu tetap dengan raut wajahnya yang tenang.

"Dari kelas berapa, Dek?" tanya gadis itu.

"Ah, iya, Kak?" Awan menatap gadis itu sedikit bingung.

"Kamu dari kelas mana?" tanya gadis itu mengulangi.

"Oh, X IPS 1, Kak." Awan menjawab kemudian gadis itu mulai mencatat namanya di dalam sebuah buku.

Selama kakak kelasnya sedang mencatat namanya di dalam buku yang Awan sendiri tidak tahu berisikan apa buku tersebut, pintu ruangan kembali terbuka. Kini ada enam orang dengan almamater OSIS yang memasuki ruangan. Sedikit gugup karena para senior sudah masuk ke dalam ruangan, Awan menelan ludahnya dan mencoba untuk tenang.

Hujan Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang