Happy reading ❤️
________________Siang ini keadaan kantin cukup ramai dari hari-hari biasanya. Mereka semua berlomba-lomba untuk mencapai kantin lebih dulu demi mendapatkan makanan untuk mengisi perut yang kosong. Tiga jam sudah dilalui dengan belajar, berkutat dengan materi dan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru.
Pun Raina yang sudah tak sabar untuk mengisi perutnya yang kosong. Dengan keempat temannya, Raina memilih duduk di bangku yang terletak di ujung kantin dan tidak terlalu ramai.
Banyu dan Bintang sedang memesan makanan mereka, juga Awan dan Bulan yang menitip. Sementara dirinya sudah dibekali makanan oleh ibunya pagi tadi. Lagi pula ia tidak bisa memakan makanan sembarangan. Ia juga memiliki gangguan pencernaan sehingga membuatnya harus memilih-milih dalam menentukan makanan yang harus dimakannya.
"Bulan jadinya masuk ekskul apa?" tanya Raina kepada Bulan.
"Marching band aja deh, Rain. Bingung mau ikut apa," jawab Bulan.
Raina mengangguk, bertepatan dengan Banyu dan Bintang yang baru saja kembali dengan membawa nampan yang berisikan makanan dan minuman mereka. Banyu meletakkan minuman yang dibawanya sesuai dengan pesanan Awan dan Bulan, sementara Bintang meletakkan makanannya.
"Kalo Bintang ikut ekskul apa, Bin?" tanya Raina.
"Hah? Gimana?" Bintang yang tidak fokus langsung menatap Raina.
"Ekskul."
"Oh, ikut PMR sama olimpiade."
Mereka berlima kemudian mulai makan dengan tenang. Tidak perlu buru-buru karena jam istirahat masih panjang. Lagi pula setelah ini juga kelas Raina ada jam olahraga sedangkan kelas Bintang dan Bulan free. Berbeda dengan kelas Banyu yang justru masuk dengan mata pelajaran yang wajib.
Suasana kantin yang masih ramai dengan para murid yang juga sedang makan dan mengobrol bersama dengan teman-teman mereka. Sejatinya suasana itu adalah yang paling dirindukan ketika sekolah libur, terutama libur semester.
"Oh iya, Rain. Nanti berangkat les mau bareng nggak? Biar sekalian gitu," tawar Bintang kepada Raina.
"Nggak, Bin. Aku dianterin sama Pak Rudi, maaf ya." Raina menatap Bintang dengan perasaan tidak enak. Mereka berdua sama-sama mengikuti les di tempat yang sama. Mungkin hal itu yang membuat keduanya lebih akrab.
"Oh, oke deh."
"Lo nggak bosan apa setiap hari ketemu sama Bintang? Udah di rumah jadi temen main, di sekolah ketemu juga, terus di tempat les. Gue aja bosen, Rain." Banyu berkata dengan santai sambil memakan baksonya, menambahkannya sambal lagi.
Raina hanya tersenyum sedangkan Bintang sudah berdecak kesal. "Ngikut aja sih, lo Dugong! Terserah gue dong, lagian Rain aja nggak masalah kok malah lo yang repot," sahut Bintang.
"Santai dong, Bin. Mentang-mentang kepedesan terus ngomongnya ngegas gitu."
"Iyalah, harus!"
Raina dan Bulan tertawa melihat Banyu dan Bintang yang kembali memulai peperangan mereka. Keduanya sama-sama memiliki mulut yang pedas, ditambah lagi dengan mereka yang sedang memakan bakso dengan sambal yang banyak.
"Jadi cewek nggak usah marah-marah, cepet tua lo nanti!"
"Gue yang tua kenapa lo yang repot?"
"Iyalah, nanti gue nggak suka lagi."
Detik itu juga Bintang langsung tersedak makanannya. Kuah bakso yang pedas membuat tenggorokannya tercekat dan dadanya sesak. Matanya mulai memanas karena rasa sakit itu, juga hidungnya yang mulai berair.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Yang Hilang
Teen FictionSeperti namanya, Raina sangat menyukai hujan. Suaranya yang merdu saat bersentuhan dengan atap-atap rumah begitu menenangkan. Kepada hujan Raina menitip salam, tentang kerinduannya kepada Tuhan, mencoba bertahan untuk jiwa-jiwa yang tenang dan kedam...