Mimpi terindah - Tofu
Selagi kami berkumpul, Haechan menyeletuk persoalan kuliah kami. Ia mengatakan jika minggu depan tepatnya hari selasa, dirinya akan mulai melakukan pekerjaan sampingan.
Aku yang mendengar itu cukup senang, sosok nya yang sangat lengkap ini perlahan membuat ku luluh oleh dirinya. Bahkan aku pribadi tidak menyangka yang tadinya teman menjadi seperti ini.
"Oh bagus dong yang rajin ya," ucap abangku yang tersenyum padanya.
Kini mataku juga ikut menatap lelaki yang berada di hadapan ku sambil tersenyum hangat, ku lihat wajah yang manisnya yang benar-benar membuat ku terhipnotis.
Tanganku meraih punggung tangannya lalu mengusap nya dan tersenyum bangga pada Haechan. "Semangat,"
Ia tersenyum dan mengangguk kemudian ia izin pamit pulang lebih awal oleh kami semua, aku membiarkan dirinya bangkit dari duduknya dan bersiap diri.
Aku melangkah kan kaki ku kearah depan rumah untuk mengantarkan dirinya, "besok pagi jangan kesiangan ya bangun nya," ucapnya padaku.
"Kamu yang kebo Chan, aku mah bangun pagi terus ya," ku pukul pelan lengan nya lalu ia tertawa.
Ia menaiki motornya dan menatapku sebelum ia memakai helm miliknya. "Kenapa?" Tanyaku bingung.
Perlahan ia menempel telapaknya di kening ku, lalu ia mencium telapaknya sendiri dan aku pun terkejut, "kamu ngapain?"
"Mau cium tapi inget belum jadi muhrim nya jadi begini aja," ucapnya diselingi tawaan khas miliknya kemudian ia mengenakan helm nya dan mengusap kepala ku sebelum ia menghilang dari pandangan ku.
"Assalamualaikum," ucapnya padaku.
"Waalaikumsalam, hati-hati ya Chan," balasku.
Aku tersenyum malu sambil menundukkan kepala ku menatap aspal kemudian beranjak dari sana menuju kamar tidurku.
Selepas sampai aku membuka hijab ku dan mulai membersihkan tubuhku agak dapat tidur dengan nyenyak malam ini. Mulutku tak berhenti bersenandung kecil.
Butuh waktu 1 jam untuk bebersih dan kembali keatas kasur. Ku lihat awan dilangit semakin menggelap dan dentuman geluduk yang bergemuruh mulai terdengar membuat perasaan ku tak nyaman dibuat nya.
Aku membuka tirai kamar ku dan membuka jendela kamarku sambil menatap luas nya pemandangan dimalam hari yang larut ini.
Ponselku bergetar lama sekali, buru-buru aku meraihnya dan menatap layar ponselku memperlihatkan notifikasi dari Haechan yang ternyata belum tidur juga. "Tumben," gumamku.
Air mataku turun setelah membaca pesan darinya. Betapa tulusnya lelaki yang satu ini. "Terus bimbing aku ya? Terus jalanin semua ini sama aku ya?" Gumam ku dengan derai air mata.Aku mengatur nafasku sambil menatap pemandangan malam dari balkon kamar milikku. Aku mengusap air mata yang terus berjatuhan dari kelopak mataku.
Lalu ponselku bergetar kembali menandakan panggilan masuk darinya. Perlahan ku angkat dan terdengar suara miliknya.
"Kamu belum tidur ya?" Tanya dari sana.
Aku menggigit bibir ku pelan, "belum tidur aku,"
"Makasih banyak, i lucky have you jangan nangis terus ya, apapun yang kamu rasain kamu boleh tumpahin semua itu sama aku, terkadang aku pengen banget miliki kamu seutuhnya,"
"Masih banyak hal yang harus kita kejar," balasku.
Ia menghela nafasnya, "aku tau itu,"
"Kalau aja Allah ciptakan waktu berjalan 2 arah, maka aku akan kembali ke masa lalu untuk menghapus semua penyesalan yang lalu dan lebih memilih hal yang lain." Jawab ku.
"Dia bukan yang terbaik. Kamu cuma terbiasa hidup dengannya. Ketika kamu mau kembali membuka hati semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik. Percaya yang buruk sengaja Tuhan lepaskan supaya yang baik punya kesempatan untuk datang."
"Sampai detik ini kamu masih jadi alasan kenapa hati aku belum mau menerima siapa pun."
Ia terus berbicara dalam panggilan ini, rasanya aku tenang saat mendengar suara yang terus terdengar dalam indra pendengaran ku ini. Wajahku menunduk sambil mengigit bibirku sendiri.
Aku tau, aku memang wanita yang jahat dalam hal percintaan.
"Karena hati gak perlu memilih, dan akan selalu tahu kemana harus berlabuh." Ucapnya.
"Aku gak tau lagi harus ngomong apa dalam keadaan kayak gini, yang jelas aku bangga dan sayang banget sama kamu yang udah berhasil bikin aku kuat lagi dengan menghilangkan perlahan trauma yang aku punya," balasku.
"Buat aku itu gak ada apa-apanya, karena aku bahagia bisa liat kamu senyum lagi, bahkan kamu gak tau semua ini akan ada dijalan kehidupan kamu, aku bangga banget punya kamu,"
Aku terkekeh sambil menangis pelan karena terharu. "I lucky have you,"
Lalu ia menyuruh ku untuk beristirahat karena sudah larut sekali. Aku hanya mengiyakan perintah nya dan mematikan percakapan kami barusan. Ku buang nafas ku sambil menangis kembali.
Sudah tak perduli berapa banyak air mata yang telah aku keluarkan selama ini. "Tuhan, tolong jaga semua orang yang aku sayang, jangan buat mereka sedih dan bimbing mereka selalu berada dijalan mu,"
"Ayah, Kiyla kangen banget rasanya mau peluk ayah, sekarang ini Kiyla udah nemu kebahagiaan Kiyla yang sebenernya," aku memang terlihat sangat cengeng sekali.
Bahkan aku selalu mengumpat semua tangis ku dalam kamar ini. Karena ku pikir lebih baik aku yang merasakan ini semua sendirian tanpa menyangkut pautkan orang lain.
Whatever I feel, whatever I do, aku adalah aku yang tak pernah bisa menjadi orang lain.
________
TBC
GIMANA? LANJUT?
KAMU SEDANG MEMBACA
Istiqlɑl - Kɑtᧉdrɑl √Mɑrk Lᧉᧉ
FanfictionTasbih ku berbeda dengan kalung Salib mu walaupun 'Aamiin' kita sama. Kita yang berbeda bukan suatu hal yang harus selalu di persatukan, pada akhirnya kita terlerai menjadi seorang yang tak saling mengenal untuk selamanya. Kita yang satu namun Tuhan...