Aku menampakkan diri didepan cermin ketika hendak memasang hijab ku, pagi-pagi begini abang ku Jeffry sudah teriak dari bawah, membuat gendang telinga ku ingin pecah.
Ku lirik jam mendekati 06.30 mendatang, pantas saja ia teriak-teriak sedari tadi. Aku buru-buru hendak keluar setelah aku rapih.
"Sebentar abang bawel banget," sergap ku saat sekontak mata dengan nya, lalu ia mendekati ku dan mengacak kepala ku lembut.
"Makanya tuan puteri, lain kali jangan telat buat bangun ya," katanya lembut sembari tersenyum getir, sungguh ia tampan tapi masih kalah jauh dengan Mark.
Aku membalas senyum nya lalu memutar bola mataku malas saat tatapan kami sudah berpaling. Kini abang Jeffry mengambil Hoodie yang diberikan kak Mina pacarnya.
"Ayo cepetan katanya mau buru-buru," cibirku setelah aku melihat bang Jeffry terus-terusan bercermin. Ck! Cari tampang sekali dia.
Kemudian ia terkekeh dan mengangguk pelan, "ayo tuan puteri," sepeninggalan kami menyisakan bunda yang tengah tersenyum di sebelah ku dan kami pamitan.
Rasanya sedikit gundah untuk masuk sekolah hari ini, aku agak sedikit malas bertemu dengan beberapa kelompok kerjaku. Tapi ya sudah lah ambil hikmah nya saja.
"Totebag kecil yang semalem dari siapa? Kok kamu gak bawa keatas, kata bunda disemutin," ia terkekeh aku pun mendelik mengingat semalam Mark memberi ku makanan.
Aku menepuk jidat.
"Kenapa? Ada sesuatu?" Tanya abangku yang masih fokus menyetir, "gak ada apa-apa lanjut,"
Abangku, dia orang nya plinplan dan suka sekali dengan jokes, begitu pun dia juga cerewet membuat kamarku setiap malam nya menjadi berisik. Tapi, ia juga sosok abang yang membuat aku nyaman, karena di rumah aku sering bercerita masalah ku dengan abang Jeffry.
Ponsel ku bergetar ketika kami sudah ada di pertigaan sekolah, aku memandangi benda pipih tersebut. Senyum ku merkah saat membaca nya.
Kamakeu>3
Kiyla sudah sampai sekolah?
Selamat pagi ya!Aku sebentar lagi sampai
Selamat pagi kembali >3Jantung ku berdebar. Ia, dia sosok lelaki yang ku maksud, pria dingin yang amat sangat ramah.
Lamunan ku buyar saat abang Jeffry menepuk pundak ku, "udah sampe tuan puteri ayo turun," kini aku mengangguk. Aku mulai turun dan menggendong tas ransel ku.
"Bismillah,"
Kelas aku dengan bang Jeffry memang agak jauh, tetapi sama sama satu pemandangan yaitu ruang guru. Aku menarik senyum simpul setelah melihat Mark di ujung gerbang sambil membawa Hoodie nya, sungguh aku menganggumi nya namun berkali-kali bang Jeffry melarang ku untuk mendekati nya. Maka dari itu aku suka minta turun di depan gerbang daripada aku harus jalan bersama abang Jeffry dari parkiran.
"Kiyla, selamat pagi," sapa nya membuat aku ingin menangis.
Aku ikut mengangguk pelan sambil tersenyum, "Assalamualaikum Mark," kataku.
"Iya shalom Kiyla," balasnya santai lalu tersenyum.
"Kamu kenapa gak masuk?"
"Nunggu kamu," balas nya cepat.
Aku paham apa yang Mark katakan, dan aku kembali mengajak nya jalan kearah kelas, "Kiyla sudah makan? Gimana makanan semalam?" Lagi-lagi aku terkejut dan merasa tidak enak dengan sikap ku yang ceroboh ini.
"Maaf ya Mark, kue mu semalam dimakan semut karena Kiyla lupa bawa ke kamar," aku terkekeh malu.
"Gak papa kok yang penting kamu gak digigit sama semut nya," balas nya.
Ia melirik kearah ku namun pandangan nya di alih kan secara cepat, aku yang melihat tingkah nya pura-pura lugu. Ia memang sangat lucu.
"Mark, apa boleh akhir minggu kita keluar? Aku mau beli modul," mulutku langsung berucap.
Mark belum menjawab pertanyaan ku, dan aku pun hanya mengangguk menunggu jawaban nya, "bisa tapi,"
"Tapi apa?"
"Aku harus ibadah dulu, apa sore saja bisa?" Aku mengangguk, "bisa kok Mark makasih ya,"
Aku sebenarnya agak malu dan takut karena aku merasa menganggu waktu ibadah nya untuk bertemu dengan Tuhan nya.
Aku jadi teringat ucapan bang Jeffry kemarin di kamar, rasanya sesak sekali dan ingin menangis mengingat ocehan nya kemarin.
"Apa gak papa aku ganggu hari minggu kamu yang harusnya kamu ibadah, Mark?" Ia menggeleng.
Kami sampai di lorong kearah kelas dan waktu nya kami untuk memisah untuk masuk ke kelas, karena kelas ku dengan Mark berbeda.
Sebelum kami berpisah tiba-tiba seseorang dari sebelah ku menarik lengan kiri ku, "Kiyla pagi," dan ternyata itu kak Mina pacar abang ku.
"Aku duluan ya Kiyla, semangat belajar nya ya Kiyla sampai ketemu nanti," ucap Mark sambil melambai.
Kini tersisa aku dengan kak Mina, aku sangat nyaman berada di dekat kak Mina karena aku suka dengan merk shampo yang ia pakai membuat ku ingin bertukar rambut, tapi sayang nya aku memakai hijab.
"Selamat pagi adikku, gimana? Semangat kan pasti, ya harus dong," katanya lalu aku tertawa sambil menggenggam jemari nya.
"Semangat dong kak,"
Ia melirik kelas Mark, "itu Mark? Yang sabar ya. Inget, kamu berteman boleh tapi jangan sedikit pun kamu ada rasa ya karena aku takut kamu gak berhasil, nanti banteng marah," lagi-lagi kak Mina mengingat kan ku pada ucapan bang Jeffry kemarin, aku pura-pura tertawa dan mengangguk.
Kami pun masuk kedalam kelas kami masing-masing, ya kak Mina kating ku tetapi ia juga berbeda kelas dengan bang Jeffry kekasih nya. Lalu kami berpisah di ujung lorong sambil menyapa sebelum aku masuk ke kelas.
Tuhan, aku sekarang sudah benar-benar mencintai nya—
KAMU SEDANG MEMBACA
Istiqlɑl - Kɑtᧉdrɑl √Mɑrk Lᧉᧉ
Fiksi PenggemarTasbih ku berbeda dengan kalung Salib mu walaupun 'Aamiin' kita sama. Kita yang berbeda bukan suatu hal yang harus selalu di persatukan, pada akhirnya kita terlerai menjadi seorang yang tak saling mengenal untuk selamanya. Kita yang satu namun Tuhan...